Metode Pengolahan dan Analisis Data

X 5 = Pembersihan lahan berapa kali D 1 = Status lahan 1 = milik sendiri ; 0 = bukan milik sendiri D 2 = Sistem pola tanam 1= dengan tumpangsari ; 0 = tanpa tumpangsari D 3 = Bebas gangguan penggembalaan liar 1 = Bebastidak ada gangguan penggembalaan liar ; 0 = Tidak bebasada gangguan penggembalaan liar βo = Intersep βi = Koefisien regresi faktor ke-i α i = Koefisien regresi variabel dummy ke-i μi = Komponen acak ke-i error Berdasarkan model persamaan regresi tersebut maka dapat dirumuskan dugaan pengaruh faktor teknis dan sosial ekonomi terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat, sebagai berikut : 1. Umur petani X 1 diduga berpengaruh negatif β 1 0. Umur petani hutan rakyat dengan satuan tahun diduga berpengaruh negatif, artinya semakin bertambah umur atau semakin tua petani maka tingkat keberhasilan hutan rakyat semakin rendah, karena semakin bertambah umur akan menyebabkan tingkat produktifitas kerja akan semakin menurun. 2. Tingkat pendidikan petani X 2 diduga berpengaruh positif β 2 0. Tingkat pendidikan petani dengan satuan tahun menunjukkan lamanya pendidikan formal yang ditempuh oleh petani. Untuk petani lulusan SD lamanya 6 tahun, SLTP lamanya 9 tahun dan SLTA lamanya 12 tahun. Faktor tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan atau semakin lama petani menempuh pendidikan formal akan semakin besar tingkat keberhasilan hutan rakyat. 3. Pendapatan petani X 3 diduga berpengaruh positif β 3 0. Pendapatan petani per bulan dalam satuan rupiah diduga berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat yang berarti semakin besar pendapatan petani per bulan akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan hutan rakyat. 4. Pemupukan X 4 diduga berpengaruh positif β 4 0. Pemupukan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat. Semakin sering petani melakukan pemupukan maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan hutan rakyat. Yang dimaksud dengan faktor pemupukan dalam penelitian adalah frekuensi atau berapa kali petani melakukan pemupukan setelah pelaksanaan penanaman bibit tanaman. 5. Pembersihan lahan X 5 diduga berpengaruh positif β 5 0. Pembersihan lahan adalah frekuensi atau berapa kali petani melakukan pembersihan lahan lokasi hutan rakyat setelah pelaksanaan penanaman bibit tanaman. Faktor pembersihan lahan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat, artinya semakin banyak frekuensi pembersihan lahan akan semakin tinggi tingkat keberhasilan hutan rakyat. 6. Status lahan D 1 diduga berpengaruh positif α 1 0. Status lahan merupakan variabel dummy, dengan asumsi jika lahan milik petani sendiri nilainya 1 dan jika lahan bukan milik petani sendiri nilainya 0. Status lahan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat, artinya jika lahan lokasi hutan rakyat milik petani sendiri maka tingkat keberhasilan hutan rakyat lebih tinggi dibandingkan jika lahan lokasi hutan rakyat bukan merupakan milik petani. 7. Sistem pola tanaman D 2 diduga berpengaruh positif α 2 0. Sistem pola tanam di lokasi hutan rakyat juga merupakan variabel dummy, dengan asumsi jika sistem pola tanam dengan tumpangsari nilainya 1 dan jika tanpa tumpangsari nilainya 0. Sistem pola tanam diduga berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat, artinya tingkat keberhasilan hutan rakyat akan semakin tinggi jika dengan menggunakan sistem pola tanam tumpangsari. 8. Bebas gangguan penggembalaan liar D 3 diduga berpengaruh positif α 3 0. Faktor ini juga merupakan variabel dummy dengan asumsi jika lokasi hutan rakyat bebas dari gangguan penggembalaan hewan liar nilainya 1 dan jika ada gangguan penggembalaan liar nilainya 0. Faktor ini diduga berpengaruh positif, artinya pada lokasi hutan rakyat yang bebas dari gangguan penggembalaan liar, tingkat keberhasilannya akan lebih tinggi.

3.5. Metode Perumusan Strategi Pembangunan

Hutan Rakyat Di Kabupaten Purwakarta Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya penanganan lahan kritis yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta, dan sedang giat dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan daerah. Dalam rangka pembangunan hutan rakyat di daerah perlu adanya perumusan strategi yang tepat sehingga program dan kegiatan hutan rakyat dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah dengan : 1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal, atau IFE Internal Factor Evaluation dan EFE External Factor Evaluation. Analisis IFE dan EFE digunakan untuk menganalisis dan mengetahui bobot faktor internal yang terdiri kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. 2. Analisis SWOT Strength-Weakness-Opportunity-Threats. Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang dari faktor internal Strength dan Weakness dan eksternal Opportunity dan Threats. 3. Analisis QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix. Analisis QSPM digunakan untuk mendapatkan prioritas strategi dari berbagai alternatif strategi yang telah dirumuskan. Untuk menentukan penilaian atau skor dalam analisis faktor internal dan faktor eksternal IFE dan EFE serta analisis QSPM dilakukan dengan cara pengisian angket atau kuisioner oleh responden terbatas sebanyak 7 tujuh responden. Responden ini dipilih dari pejabat dan pelaksana pada Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta.

3.5.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

A. Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE Internal Factor Evaluation dengan langkah sebagai berikut :