Metode Perancangan Program Pembangunan Hutan Rakyat Di Kabupaten Purwakarta

Perancangan program dan kegiatan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta mengacu pada strategi yang terpilih, dan dikaitkan dengan visi dan misi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Visi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta adalah Terwujudnya Sistem Pengelolaan Hutan Lestari Kabupaten Purwakarta . Adapun misi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta ada lima yaitu : 1. Mempertahankan luasan hutan dengan sebaran yang proporsional. 2. Meningkatkan pengelolaan fungsi hutan dan manfaat hasil hutan. 3. Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air. 4. Meningkatkan pelayanan dan hubungan kerja sama dalam rangka membangun jaringan usaha hasil hutan. 5. Membuka peluang kerja di bidang kehutanan yang akan meningkatkan pendapatan petani hutan. Metode yang digunakan dalam perancangan program pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah metode Focus Group Discussion FGD. FGD adalah wawancara secara berkelompok dari sejumlah individu dengan status sosial yang relatif sama. Dalam FGD ini pengkaji berperan sebagai moderator yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta diskusi seputar topik pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Peserta diskusi harus dipilih secara selektif dengan status sosial sama dan memahami topik diskusi. Dalam penelitian ini peserta diskusi ditentukan sebanyak 7 tujuh orang yang terdiri dari pejabat dan pelaksana di Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam serta Penyuluh Kehutanan Lapangan PKL yang memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Pelaksanaan diskusi selama satu hari dan bertempat di kantor Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta. Adapun prosedur pelaksanaan FGD menurut Tonny 2003 adalah sebagai berikut : 1. Pengkaji melakukan pendekatan terhadap kepala instansi terkait untuk menjelaskan latar belakang dan tujuan dilaksanakan FGD. Pendekatan tersebut diharapkan dapat menghasilkan rencana waktu dan tempat pelaksanaan FGD. 2. Dengan menggunakan wewenang-wewenang instansi tersebut, diharapkan dapat mengundang peserta atau partisipan FGD. 3. Pada saat pelaksanaan FGD, pengkaji berperan sebagai moderator dan asisten bertanggung jawab mencatat seluruh alur dan materi diskusi dan mensuplai butir-butir pertanyaan kepada moderator agar pembahasan semakin tajam dan tidak kehilangan arah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut biasanya dilemparkan langsung dalam diskusi. 4. Moderator harus memberikan kesempatan yang seimbang kepada seluruh peserta diskusi untuk mengekspresikan pandangan, ide, masukan dan gagasannya mengenai topik diskusi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Moderator juga sebisa mungkin dapat memunculkan perdebatan atau adu pendapat antara peserta diskusi tentang topik yang dibahas. 5. Hasil FGD digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan butir-butir pertanyaan yang lebih tajam dari pertanyaan umum yang telah dirumuskan sebelumnya.

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA

Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta terhadap hutan rakyat tahun 20042005 menunjukkan bahwa nilai persentase tumbuh tanaman hutan rakyat sangat beragam sebagaimana terdapat pada Lampiran 4. Nilai persentase tumbuh tanaman yang terendah 30,00 persen dan tertinggi 93,75 persen, dengan nilai rata- rata persentase tumbuh tanaman sebesar 64,65 persen. Kriteria tingkat keberhasilan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta berdasarkan persentase tumbuh tanaman sebagai berikut : a. Nilai 85 persen : Sangat Baik b. Nilai 70 persen sampai dengan 85 persen : Baik c. Nilai 55 persen sampai dengan 70 persen : Agak Baik d. Nilai ≤ 55 persen : Tidak Baik Dengan mengacu pada kriteria tersebut dapat diketahui banyaknya petani hutan rakyat yang termasuk kriteria berhasil dengan sangat baik, baik, dan agak baik, serta petani yang termasuk kriteria tidak berhasil atau tidak baik, sebagai berikut : Tabel 1. Sebaran Jumlah Petani Hutan Rakyat Tahun 20042005 Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Tingkat Keberhasilan No. Kriteria Jumlah Petani Orang Persentase 1. Sangat Baik 4 3,77 2. Baik 34 32,08 3. Agak Baik 36 33,96 4. Tidak Baik 32 30,19 Jumlah 106 100,00 Petani hutan rakyat yang termasuk kriteria berhasil dengan sangat baik hanya 3,77 persen. Sedangkan yang termasuk kriteria berhasil dengan baik, agak baik, dan yang tidak berhasil tidak baik banyaknya relatif sama yaitu berkisar antara 30 persen sampai 34 persen. Jika dipisahkan menjadi dua, antara petani yang berhasil dan tidak berhasil, maka petani yang termasuk kriteria berhasil sangat baik + baik + agak baik sebanyak 69,81 persen, sedang petani yang termasuk kriteria tidak berhasil tidak baik sebanyak 30,19 persen. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara dengan petani, yang menyebabkan 30,19 persen petani hutan rakyat tidak berhasil adalah faktor teknis yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pertumbuhan tanaman di lapangan. Faktor-faktor tersebut adalah pemupukan, pembersihan lahan dan faktor bebas gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar. Sebanyak 32 orang petani yang termasuk kriteria tidak berhasil ternyata semuanya 100 persen hanya melakukan pemupukan sebanyak satu kali selama satu tahun, dan waktu pelaksanaan pemupukan tersebut berdekatan dengan waktu penanaman. Secara teknis dapat dijelaskan bahwa tanaman yang kurang pemupukannya menyebabkan pertumbuhannya kurang baik, dikarenakan tanaman kurang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hasil pengambilan data faktor pembersihan lahan menunjukan ternyata sebanyak 25 orang petani 78,13 persen yang termasuk kriteria tidak berhasil hanya melakukan pembersihan lahan sebanyak satu kali selama satu tahun. Bahkan sebanyak 4 orang petani 12,50 persen tidak pernah melakukan pembersihan lahan setelah melaksanakan penanaman bibit tanaman. Sisanya sebanyak 3 orang petani 9,37 persen melaksanakan pembersihan lahan sebanyak dua kali. Lahan atau lokasi hutan rakyat yang tidak dibersihkan secara intensif menyebabkan tumbuh dan berkembangnya tanaman-tanaman pengganggu seperti semak, rumput dan gulma. Keberadaan tanaman pengganggu ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok hutan rakyat karena adanya persaingan dalam memperebutkan unsur hara tanah, ruang tumbuh, air dan penyerapan sinar matahari. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara dengan petani menunjukan sebanyak 27 orang petani yang termasuk kriteria tidak berhasil 84,37 persen memiliki lokasi hutan rakyat yang terganggu oleh adanya penggembalaan hewan ternak secara liar, sedangkan hanya 5 orang petani saja 15,63 persen yang lokasinya bebas dari gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar. Adanya gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar pada lokasi hutan rakyat dapat menyebabkan kematian atau kerusakan tanaman akibat dimakan atau diinjak oleh hewan ternak. Kematian dan kerusakan tanaman ini secara langsung menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan dan persentase tumbuh tanaman hutan rakyat. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat Berdasarkan hasil analisis regresi didapat model persamaan yang menunjukkan pengaruh faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah sebagai berikut : F = 32,84263 + 0,00573 X 1 – 0,13313 X 2 + 0,00001 X 3 + 4,46508 X 4 + 4,22216 X 5 + 4,80748 D 1 + 2,41460 D 2 + 1,90996 D 3