Pengertian Strategi dan Manajemen Strategis

pelaksanaan rencana tersebut. Kegiatan perencanaan selalu mengandung resiko karena bagaimanapun cermatnya perhitungan dan perkiraan tentang masa depan, dalam perencanaan selalu terdapat elemen ketidakpastian. Di lain pihak Stoner 1986 dalam Sudrajat 2007 menyatakan bahwa strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana cara melaksanakan misinya. Ada tiga hal penting yang secara khusus perlu diperhatikan dalam lingkup strategis, yaitu : 1. Strateginya sendiri, yang meliputi rumusan arah organisasi, sarana untuk mencapai hal tersebut, dan dukungan dari daya saing kuat. 2. Keberhasilan aplikasi strategi yang mencakup pembahasan tentang penerapan strategi untuk memperoleh hasil paling efektif. 3. Inovasi upaya pembaharuan atas strategi yang ada, agar organisasi tetap mampu memberi tanggapan pada berbagai perubahan yang ada, sehingga strategi dapat diubah atau diperbaharui dalam aplikasinya. Adapun tipe-tipe strategi menurut Kotten terdiri dari : a. Corporate strategi strategi organisasi, strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif strategi baru. Pembatasan diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. b. Program strategy strategi program, strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kiranya dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. c. Resources support strategy strategi pendukung sumberdaya, strategi sumberdaya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya esensial yang tersedia guna meningkatkan kreativitas kinerja, sumberdaya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. d. Institusi strategy strategi kelembagaan, fokus strategi institusional adalah menggambarkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik. Pengertian manajemen strategis adalah serangkaian keputusan atau tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut Siagian,2002. Dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal. 1. Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi karena manajemen puncak menyatakan secara garis besar apa yang menjadi pembenaran organisasi, filosofi yang digunakan, dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. 2. Dalam merumuskan dan menetapkan strategi, manajemen puncak mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil yang dimaksud harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi organisasi yang bersangkutan. 3. Pengenalan dengan lingkungan dimana organisasi akan berinteraksi, terutama situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi, apabila organisasi yang bersangkutan tidak hanya ingin melanjutkan eksistensinya tetapi juga berkeinginan untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerjanya. 4. Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimiliki organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya, berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan, serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi. Dengan analisis yang tepat berbagai alternatif yang dapat ditempuh akan terlihat. 5. Mengidentifikasi beberapa pilihan yang wajar ditelaah lebih lanjut dari berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. 6. Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat dikaitkan dengan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai paling stratejik dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi. 7. Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit empat ciri yang menonjol, yaitu : sifatnya yang idealistik, jangkauan waktunya jauh ke masa depan, hanya bisa dinyatakan secara kualitatif, dan masih abstrak. 8. Memperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana dan waktu. 9. Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan secara teknis dan perilaku, serta mempersiapkan sistem manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan manusia dalam organisasi. 10. Teknologi yang akan dimanfaatkan, yang karena peningkatan kecanggihannya memerlukan seleksi yang tepat. 11. Bentuk, tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan sudah harus turut diperhitungkan. Apakah akan mengikuti pola tradisional dalam arti menggunakan struktur yang hirarkikal dan piramidal, ataukah akan menggunakan struktur yang lebih datar dan mungkin berbentuk matriks. 12. Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa sehingga daya inovasi dan kreativitas para pelaksana kegiatan operasional tidak dipadamkan. 13. Sistem penilaian tentang keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan strategi yang dilakukan berdasarkan serangkaian kriteria yang rasional dan obyektif. 14. Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, hanya sekedar tercapai atau mungkin bahkan tidak tercapai. Lembaga Administrasi Negara 2003 dalam Supriyadi 2004 menyebutkan manajemen strategis merupakan salah satu ilmu manajemen yang bersifat konseptual dan juga berkaitan dengan aspek-aspek operasional. Proses perencanaan strategis lebih bersifat konseptual dan manajemen kinerja lebih bersifat operasional. Adapun aplikasi manajemen strategis tidak hanya sebatas pada aspek operasional dalam manajemen kinerja, tetapi juga ditingkat konseptual dalam perencanaan stategis. Lebih lanjut disebutkan bahwa tahapan dalam penyusunan manajemen strategis meliputi tujuh tahap. Pertama adalah perumusan visi, misi dan nilai-nilai. Kedua perumusan dan analisa lingkungan strategis. Ketiga analisis pilihan strategis dan kunci keberhasilan. Keempat rencana strategis. Kelima pengukuran kinerja. Keenam sistem pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan. Ketujuh merupakan pertanggungjawaban. Sedangkan menurut David 2002 manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mempu mencapai tujuannya. Tahapan dalam manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu : 1. Perumusan strategi, meliputi pengembangan misi, pengenalan peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. 2. Implementasi strategi, disebut juga tindakan strategi yang berarti memobilisasi unsur dalam organisasi untuk melaksanakan apa yang telah dirumuskan. 3. Evaluasi strategi, terdapat tiga macam aktivitas yang mendasar yakni terdiri dari a meninjau faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, b mengukur prestasi, dan c mengambil tindakan korektif. Sudrajat 2007 menyatakan pentingnya strategi dirasakan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah untuk lima tahun, yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP daerah, dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJM daerah itu sendiri memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Adapun untuk lebih jelas hal tersebut tersirat dalam Pasal 151 Bab VII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagai berikut : 1. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM daerah dan bersifat indikatif. 2. Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dirumuskan dalam bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Semenjak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Hubungan Antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan KabupatenKota sebagai daerah otonom, memiliki dampak yang signifikan terhadap pengelolaan hutan Rumboko dan Hakim, 2006 Sektor kehutanan menjadi salah satu perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menyusun program pembangunan, mengingat fungsi dan peranannya yang cukup strategis bagi perekonomian daerah, masyarakat dan lingkungan. Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam rangka penanganan lahan kritis dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat diantaranya melalui pembangunan hutan rakyat, yang tercakup antara lain dalam kegiatan : a. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL yang merupakan program pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan dananya berasal dari APBN. b. Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis GRLK yang merupakan program Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan dananya berasal dari APBD Propinsi Jawa Barat. Dampak dan manfaat pembangunan hutan rakyat baru dapat dirasakan jika hutan rakyat dapat berhasil dengan baik, serta untuk memperoleh dampak dan manfaat ini memerlukan waktu yang lama yaitu apabila pohon yang ditanam telah cukup dewasa dan siap diambil hasilnya. Secara ekonomi hutan rakyat merupakan bentuk tabungan petani yang dapat diambil pada waktu pohon diambil kayunya. Secara ekologi hutan rakyat dapat memperbaiki kondisi lingkungan serta meningkatkan daya dukung tanah, udara dan air. Keberhasilan hutan rakyat dapat diketahui dari pertumbuhan tanaman hutan rakyat, yang dapat dinilai dengan indikator persentase tumbuh tanaman. Tingkat keberhasilan hutan rakyat ini diduga dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis antara lain pemupukan, pembersihan lahan, sistem pola tanam, dan bebastidaknya lokasi dari gangguan penggembalaan hewan ternak secara liar. Faktor teknis ini berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman hutan rakyat. Adapun faktor sosial ekonomi diantaranya adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, pendapatan petani, dan status kepemilikan lahan. Faktor sosial ekonomi petani memiliki pengaruh yang cukup penting terhadap keberhasilan hutan rakyat. Setiap organisasi dihadapkan kepada dua jenis lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu organisasi makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi dalam menghadapi kedua jenis lingkungan tersebut. Salah satu implikasi kompleksitas itu ialah proses pengambilan keputusan yang semakin sulit dan rumit. Untuk itulah diperlukan manajemen strategik Siagian, 2002. Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta sebagai suatu organisasi perangkat pemerintah daerah yang mempunyai tugas dan fungsi dalam pengelolaan urusan kehutanan di daerah,