terhadap pembangunan kehutanan, dan menangkap peluang adanya sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat yang
dialokasikan untuk program pembangunan hutan rakyat di tingkat kabupaten.
2. Membangun kemitraan antara UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas Penelitian dan Pengembangan dengan penangkar bibit daerah. Perumusan
strategi ini yaitu dengan memanfaatkan faktor kekuatan adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan, dan menangkap peluang adanya penangkar
bibit daerah yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta. Adanya kemitraan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam
penyediaan bibit yang berkualitas baik untuk kegiatan pembangunan hutan rakyat.
b. Strategi W-O, yang merupakan penggabungan antara faktor
kelemahanweakness dengan faktor peluangopportunity. Alternatif strategi W-O adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan data lahan kritislahan potensi hutan rakyat dengan memanfaatkan dana pusat dan provinsi. Strategi ini dirumuskan dengan
mempertimbangkan faktor kelemahan data lahan kritislahan potensi hutan rakyat yang belum akurat, yang akan diatasi dengan menangkap peluang
adanya sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat. Mengalokasikan dana untuk membuat data lahan potensi hutan rakyat
yang akurat akan sangat berguna bagi penyusunan perencanaan pembangunan hutan rakyat.
c. Strategi S-T, yang merupakan penggabungan antara faktor kekuatanstrength
dengan faktor ancamanthreat. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan peranan pemerintah daerah dalam menangani hutan rakyat
pada tanah guntai. Strategi ini dirumuskan dengan menggunakan faktor kekuatan komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan,
untuk mengatasi ancaman faktor adanya tanah guntai. Pemerintah daerah dapat menjadi perantara atau mediator antara pemilik lahan dengan petani
penggarap dalam membuat sebuah kesepakatan yang berhubungan dengan penggunaan lahan untuk hutan rakyat. Isi kesepakatan itu berasal dari
kedua belah pihak pemilik dan penggarap, yang dapat berisi mengenai jaminan alih fungsi lahan dan bagi hasil tanaman hutan rakyat.
2. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan rakyat. Strategi ini merupakan penggabungan antara faktor kekuatan adanya tenaga PKL
Penyuluh Kehutanan Lapangan, untuk mengatasi ancaman pemeliharaan hutan rakyat yang kurang intensif. Frekunsi dan materi penyuluhan
mengenai pemeliharaan hutan rakyat harus lebih ditingkatkan sehingga petani termotivasi untuk memelihara hutan rakyat secara lebih intensif.
3. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. Strategi ini dirumuskan dengan melihat faktor
kekuatan adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan, untuk mengatasi ancaman faktor pemeliharaan hutan rakyat yang masih kurang intensif.
UPTD Penelitian dan Pengembangan ini dapat melakukan penelitian dan pengembangan mengenai teknik-teknik budidaya dan pemeliharaan hutan
rakyat, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatpetani. Penelitian dan