Tujuan dan Manfaat KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hutan dan Hutan Rakyat

Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan Zain, 1998. Nurfatriani 2006 mengemukakan sumberdaya hutan Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur tangible berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur intangible berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebih. Nilai sumberdaya hutan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kelompok. Davis dan Johnson 1987 dalam Nurfatriani 2006 mengklasifikasi nilai berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, terdiri dari : a nilai pasar, yaitu nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar, b nilai kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh individu tertentu, dan c nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat. Hutan berdasarkan statusnya menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sedangkan yang dimaksud hutan hak yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Menurut Zain 1998 hutan milik ialah hutan yang tumbuh atau ditanam di atas tanah milik, yang lazimnya disebut hutan rakyat dan dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun secara bersama atau badan hukum. Unsur-unsur hutan rakyat dicirikan antara lain : 1. Hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum. 2. Berada di atas tanah milik atau tanah hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. 3. Dapat dimiliki berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan. Bagi perorangan atau kelompok non badan hukum dalam kegiatan pengusahaan hutan rakyat, dihadapkan pada berbagai kendala antara lain : 1. Ketentuan batas pemilikan tanah. 2. Ketersediaan sarana dan prasarana pengusahaan hutan. 3. Tingkat kemampuan teknis pengelolaan hutan terbatas. 4. Keterbatasan daya pemasaran produk hasil hutan. 5. Jangka waktu untuk memperoleh hasil hutan rakyat cukup lama. Antara penanaman dan pengolahaneksploitasi diperlukan waktu 15 - 20 tahun.