Setelah menentukan jumlah replikasi sesuai hasil pengujian pada ketidaksamaan 3.8, maka penambahan jumlah replikasi adalah estimasi jumlah replikasi–jumlah
replikasi awal R – R .
3.6.2. Validasi
Sedangkan validasi yaitu bahwa model yang telah dibuat harus sesuai dengan sistem nyatanya. Proses validasi merupakan pengujian untuk menentukan
apakah model sudah sesuai dengan kenyataan yang ada. Proses validasi ini dilakukan dengan mengambil parameter proses dari simulasi yang telah dilakukan
untuk dibandingkan dengan hasil sesungguhnya pada sistem nyata. Validasi model merupakan langkah untuk menguji apakah model yang
telah disusun dapat merepresentasikan sistem nyata yang diamati secara benar. Model dikatakan valid jika tidak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda
secara signifikan dari sistem nyata yang diamati. Guna menentukan ukuran kuantitatif validitas model digunakan alat uji statistik.
Uji statistik yang digunakan dalam validasi model ini adalah uji-t berpasangan. Uji-t berpasangan paired t-test adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana dua sampel random berasal dari dua populasi data yang tidak bebas berpasangan.
15
H
1
: µ
d
≠ 0 Hipotesis yang digunakan adalah:
H : µ
1
- µ
2
= µ
d
= 0
15
Pfaffenberger, Patterson, Statistical Methods For Bussines and Ecconomics, Richard D. Irwin, 1977, Hal 352
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan uji t-berpasangan untuk melakukan perbandingan rata-rata dua populasi, maka uji statistik yang digunakan adalah:
n S
μ d
t
d d
− =
3.9
Dimana:
n d
d
n 1
j j
∑
=
=
dan
1 n
d d
s
n 1
j 2
j 2
d
− −
=
∑
=
3.10 Apabila nilai kritis
│t │ t
α2,R-1
, maka hipotesis nol gagal ditolak dan dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dua
populasi.
3.6.3. Analisis Output Hasil Simulasi
16
16
Wirabhuana, Arya, Penentuan Alokasi Skenario Sistem manufaktur Berdasarkan Simulasi Sistem diskrit Berbasis Komputer,
Dalam melakukan proses analisis output hasil simulasi, harus ditentukan terlebih dahulu metode yang tepat untuk menganalisisnya. Sebuah pilihan
pendekatan, untuk menentukan metode analisis yang tepat dari suatu model simulasi adalah dengan menilai tipe simulasi yang ada. Berkenaan dengan metode
analisis, maka simulasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu terminating simulation dan nonterminating simulation. Perbedaan antara kedua tipe tersebut adalah
ketergantungannya pada kejelasan untuk menghentikan proses simulasi.
http:www.google.com , diakses tanggal 14 January 2009.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3. Tipe Simulasi Berkaitan Dengan Metode
Simulasi yang merepresentasikan sebuah mekanisme kejadian yang memiliki initial condition dapat dikatakan sebagai sebuah simulasi yang bertipe
terminating. Kondisi inisial dapat dipahami sebagai sebuah kondisi dimana keadaan sistem akan di set-up seperti keadaan semula setiap akan melakukan
simulasi. Selain dari karakteristik tersebut diatas, maka dua hal yang biasanya menjadi perhatian dalam mengamati sebuah sistem selain ciri terminating dan
non-terminating adalah fase perubahannya yaitu fase transient dan fase steady- state.
Dalam menganalisis hasil simulasi perlu membedakan pengambilan data antara sistem yang masih berada dalam fase transient dan fase steady-state.
Perbedaan antara transient dan steady-state dalam karakteristik sistem kadang sulit dipahami dan membingungkan dengan pembedaan simulasi terminating dan
nonterminating. Akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar sistem, “terminating” dan “nonterminating” memiliki kondisi dalam fase “Steady-
State”.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Software Promodel Version Student