3.2.4. Penentuan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan,
dengan memperhitungkan waktu kelonggaran sesuai dengan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut.
Waktu baku dihitung sebagai berikut:
allowance 100
100 Wn x
Wb unit
jam −
=
3.1
3.3. Keseimbangan Lintasan
Line Balancing biasanya terdiri dari sederetan area kerja yang dinamakan stasiun kerja yang ditangani seorang atau lebih operator dan ada kemungkinan
ditangani dengan bermacam–macam alat. Masing-masing operator mengerjakan elemen kerja apabila unit produk melewati stasiun kerja. Jadi dalam proses
pengerjaan satu unit produk, semua atau hampir semua kerja terlibat dan item yang menjalani pengerjaan akan bertambah komplit pada setiap stasiun.
3.3.1. Masalah Line Balancing
Masalah line balancing terdiri dari penyeimbangan operasi dalam waktu yang sama dan juga waktu yang diperlukan untuk memenuhi kecepatan produksi.
Setiap perubahan kecepatan produksi terhadap waktu dari stasiun kerja dinamakan waktu keseimbangan atau waktu stasiun. Tujuan dari keseimbangan ini adalah
untuk menentukan jumlah stasiun kerja dan jumlah tenaga kerja setiap stasiun
Universitas Sumatera Utara
kerja dengan kombinasi atau pembagian aktivitas sehingga dapat dicapai waktu operasi sama dengan waktu siklus atau waktu stasiun dan meminimalkan waktu
menganggur.
9
1 2
3 4
5 6
8 10
7 9
11 6
2 6
6 5
5 5
2
1 7
Salah satu tujuan dasar dalam menyusun line balancing adalah untuk membentuk dan menyeimbangkan beban yang dialokasikan pada tiap stasiun
kerja. Tanpa keseimbangan seperti ini, maka akan terjadi sejumlah ketidakefisienan dan peran beberapa stasiun akan mempunyai beban kerja yang
lebih banyak dari stasiun kerja yang lainnya. Penyeimbangan lintas perakitan berhubungan erat dengan produksi
massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan ke dalam beberapa pusat pekerjaan, yang dinamakan stasiun kerja. Waktu yang diizinkan untuk
menyelesaikan elemen pekerjaan ditentukan oleh kecepatan lintas perakitan; semua stasiun kerja sedapat mungkin memiliki kecepatan produksi yang sama.
Jika suatu stasiun bekerja di bawah kecepatan lintasan maka stasiun staiun tersebut akan memiliki waktu menganggur.
Gambar 3.2. Bentuk Diagram Jaringan
9
Saberi, M, Azadeh, A, Aliasgari, A, Faghihroohi, S, Assembly Line Blancing with Discrete Simulation, Nusa Dua, Bali-Indonesia December 3
rd
-5
th
,2008.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Keseimbangan Lintasan Pendekatan Bobot Posisi
10
1. Membuat diagram jaringan
Penerapan keseimbangan dengan pendekatan bobot posisi diperlukan langkah sebagai berikut:
Pembuatan diagram jaringan digunakan simbol-simbol unutk menggambarkan urutan suatu proses pengerjaan dari keseluruhan operasi pengerjaan dengan
tujuan agar memudahkan dalam pengawasan, evaluasi, serta perencanaan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya. Symbol-simbol yang dipakai
adalah: a.
Simbol O dengan nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi suatu proses operasi.
b. Tandah panah menunjukkan ketergantungan urutan proses operasi.
c. Angka di atas simbol O menunjukkan waktu standar yang diperlukan
untuk menyelesaikan tiap operasi. 2.
Menghitung bobot posisi yaitu jumlah waktu operasi dengan waktu sebelumnya yang saling berhubungan.
3. Mengurutkan bobot posisi mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil.
4. Menentukan waktu siklus kerja yaitu waktu yang dibutuhkan unutk
menghasilkan sebuah unit produk dalam suatu lintasan produksi yang dirumuskan dengan formulasi berikut:
10
Wignjosoebroto, Sritomo, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, PT. Candimas Metropole, Jakarta, 2000, Hal 290
Universitas Sumatera Utara
Q P
TC =
Keterangan: TC = waktu siklus P = periode waktu produksi
Q = output Setelah menentukan waktu siklus maka dapat menentukan jumlah stasiun
kerja sebagai berikut :
Tc x
N Te
min N
m 1
i i
∑
=
= 3.2
Waktu elemen Te
i
harus lebih kecil daripada waktu siklus Tc agar tercipta keseimbangan lintasan dan harga N harus berupa bilangan bulat integer.
Keterangan : N min = Jumlah stasiun kerja minimal N = jumlah stasiun kerja
Te
i
= waktu elemen kerja ke-i, dimana i =1,2,3,..m Tc = waktu siklus
5. Menugaskan operasi ke dalam suatu stasiun kerja mulai dari operasi dengan
bobot posisi terbesar. Apabila waktu kumulatif dari beberapa operasi tersebut kurang dari waktu siklus maka beberapa operasi tersebut ditempatkan dalam
stasiun kerja tersebut dan jika melebihi waktu siklus maka ditempatkan ke stasiun kerja yang berbeda.
Penerapan keseimbangan lintasan dilakukan dnegan tujuan untuk meningkatkan efisiensi di suatu lintasan produksi. Pengukuran tingkat efisiensi
digunakan indikator balance delay. Balance delay berfungsi untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
ketidakefisienan proses perakitan sebagai akibat tidak tepatnya alokasi pekerjaan di antara stasiun kerja.
Balance delay dapat difomulasikan dengan rumus sebagai berikut:
x100 Tc
x N
Te Tc
x N
L
m 1
i i
∑
=
− =
3.3 Sedangkan efisiensi lintasan dapat dihitung sebagai:
E = 100 – L 3.4
3.4. Uji Kesesuaian Distribusi Goodness of Fit Test