Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti Perhitungan Allowance

2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan yang sedang diamati. Aktivitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia.

3.2.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh F. W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini sangat baik diaplikasikan untuk pekerjaan–pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang repetitive. Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaikan pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama. Pengukuran kerja ini dilakukan dengan langkah-langkah yang dimulai dengan pengambilan sejumlah pengamatan kerja dengan stop watch untuk setiap elemen kegiatan, menetapkan rating factor dan allowance dari kegiatan yang dilakukan operator, melakukan uji keseragaman data dan kecukupan data. Dalam penelitian ini, dalam melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data digunakan tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5. Pengolahan data dengan metode Stop Watch Time Study ini meliputi : - Uji keseragaman data, dilakukan dengan mengaplikasikan peta kontrol. Peta kontrol adalah alat yang tepat untuk menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Universitas Sumatera Utara Batas Kontrol Atas : σ k x BKA + = Batas Kontrol Bawah : σ k x BKB − = - Uji kecukupan data, dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 2 2 2           − = ∑ ∑ ∑ i i i X X X N s k N Apabila N’ ≤ N, maka jumlah siklus pengamatan yang dilakukan sudah mencukupi dan tidak perlu melakukan pengukuran lagi.

3.2.2. Penentuan Performance Rating

Aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan kerja operator adalah dengan menentukan performance rating atau faktor penyesuian yang penilaiannya lebih cenderung bersifat subjektif. Dengan lakukan performance rating maka diharapkan waktu kerja yang diukur dapat dinormalkan. Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuianrating ”p”. Rating ”p” ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat atau bekerja di atas batas kewajaran maka p1 atau p100. 2. Apabila operator bekerja terlalu lambat atau bekerja dengan kecepatan dibawah batas kewajaran maka p1 atau p100. Universitas Sumatera Utara 3. Apabila operator bekerja secara normal sesuai batas kewajaran maka p=1 atau p=100.

3.2.2.1. Penentuan Performance Rating Dengan Westinghouse

8 a. Keterampilan Skill Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. b. Usaha Effort Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. c. Kondisi Kerja Condition Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Bila tiga fakto rlainnya yaitu keterampilan, usaha dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan untuk merubahnya. 8 Sutalaksana, Iftikar J., John H. Tjakraatmadja, Ruhana Anggawisastra, TeknikTata Cara Kerja, Bandung, Departement Teknik Industri – ITB, 1979, Hal 140 Universitas Sumatera Utara d. Konsistensi Consistency Konsistensi kerja adalah faktor yang sangat penting diperhatikan karena kenjhyataan bahwa setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya.

3.2.3. Perhitungan Allowance

Kelonggaran allowance diberikan kepada tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja selama pengamatan karenanya setelah mendapatkan waktu normal perlu ditambahkan kelonggaran. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa kelelahan Kelelahan dapat terjadi pada diri manusia akibat melakukan suatu pekerjaan. 3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaankendali pekerja. Universitas Sumatera Utara

3.2.4. Penentuan Waktu Baku