Rhodamin B Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B Pada Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Dijual Oleh Pedagang Di SDN Sekelurahan Pondok Benda Tahun 2015

dengan NOAEL 0,0015 dalam pangan 22,35 mgkg bbhari untuk laki-laki dan 27,86 mgkg bbhari untuk wanita European Commission, 2010. Eritrosin selain sebagai pewarna pangan juga dapat digunakan dalam pencetakan tinta atau sebagai noda biologis, agen pengungkap plak gigi serta sebagai sensitizer untuk film orthochromatic dalam dunia fotografi Praja, 2015.

2.3 Rhodamin B

Rhodamin B memiliki nomor indeks 45170 C.I.Food Red 15 berwarna merah dan sangat beracun dan berfluorensi bila terkena cahaya matahari. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia Djarismawati dkk, 2004. Rhodamin B juga memiliki banyak nama sinonim antara lain D dan C Red No. 19, ADC Rhodamin B, Aizen Rhodamin dan Brilliant Pink B Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2005. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah- merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH. Kelarutan Rhodamin B pada air adalah 50gL namun kelarutan dalam asam asetat larutan 30 adalah 400gL. Air keran yang diklorinasi terurai dengan Rhodamin B. Rhodamin B cenderung menyerap plastik dan harus disimpan dalam wadah gelas Praja, 2015. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004, Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata, iritasi saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati dan dapat menyebabkan kanker Praja, 2015. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan didapatkan LD50 pada 89,5 mgkg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organnya Merck Index dalam Utami dkk, 2009. Toksisitas Rhodamin B adalah ORL-RAT LDLO 500mg.kg -1 Praja, 2015. Rhodamin B tergolong dalam pewarna sintetik yang diperbolehkan untuk pewarna barang hasil industri seperti plastik, tekstil, kertas, keramik, ubin dan sebagainya Wasis dan Irianto, 2008. Selain itu Rhodamin B juga biasanya dipakai dalam laboratorium sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg dan Th Praja, 2015. Rhodamin B merupakan senyawa kimia dan juga pewarna sehingga sering digunakan sebagai pewarna, pelacak dalam air untuk menentukan laju dan arah aliran serta transportasi. Pewarna Rhodamin berpedar sehingga dapat dideteksi dengan mudah dan murah dengan instrumen yang disebut fluorometers. Pewarna Rhodamin digunakan secara ekstensif dalam aplikasi bioteknologi seperti mikroskop fluoresensi, sitometri, fluoresensi, spektroskopi korelasi dan ELISA Praja, 2015. Rhodamin B digunakan dalam biologi sebagai pewarnaan zat warna neon, kadang-kadang dikombinasikan dengan Auramine O, sebagai Auramine-Rhodamin noda untuk menunjukan asam cepat organisme terutama Mycobacterium Praja, 2015. Rhodamin B bersifat racun jika digunakan dalam pewarna pangan dan dapat memicu pertumbuhan zat karsinogenik yang menyebabkan munculnya penyakit kanker Wasis dan Irianto, 2008. Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai tahun 1984 karena Rhodamin B termasuk karsinogen yang kuat. Dampak negatif lainnya yaitu dapat menyebabkan ganguan fungsi hati. Efeknya tidak akan dirasakan saat ini tetapi akan terasa setelah sepuluh atau dua puluh tahun kemudian Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2005. . Meskipun telah dilarang penggunaannya ternyata masih ada produsen yang sengaja menambahkan Rhodamin B untuk produknya Praja, 2015. Rhodamin B terkadang digunakan sebagai bahan tambahan pewarna pangan hasil olahan industri kecil atau industri rumah tangga. Sebagai gambaran zat pewarna ini sering digunakan pada produk seperti sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es kelapa, kue basah dan pangan kipang. Bahkan kerupuk ditambahkan Rhodamin B agar warna kerupuk lebih cerah dan menarik. Produk pangan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian yakni saus dan sambal kemasan Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2005.

2.4 Dampak Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B