Responden Pangan Jajanan
Saos Batagor 18
Es Doger I 19
Kerupuk Gulali Gulali
20 Telur Puyuh Goreng
Saos Telur Puyuh Goreng 21
Bakso, Mie Saos Bakso, Mie
22 Ayam Tepung
Saos Ayam Tepung 23
Siomay I Saos Siomay
24 Minuman Merah II
Minuman Oranye Minuman Kuning
25 Minuman Merah III
26 Cilok
Saos Cilok 27
Minuman Merah IV 28
Es Doger II 29
Es Dawet 30
Siomay II Saos Siomay
4.4 Sumber Data Penelitian
4.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil uji laboratorium dan data hasil kuesioner tentang pengetahuan pedagang
pangan jajanan, sikap pedagang pangan jajanan, keterampilan pedagang pangan jajanan, akses pedagang pangan jajanan, peraturan
sekolah terkait usaha pangan jajanan, pengaruh sesama pedagang dalam menjalankan usaha pangan jajanan serta pembinaan dan
pengawasan oleh petugas kesehatan dan sekolah terhadap pangan jajanan.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah data jejaring keamanan pangan jajanan anak sekolah dari Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan, data daftar SD di Kecamatan Pamulang Sekelurahan Pondok Benda dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan. 4.5
Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu:
1. Kuesioner. Kuesioner merupakan hasil modifikasi dari kuesioner Sugiyatmi 2006 dalam
tesisnya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks dan Pewarna Pada Pangan
Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar-Pasar Kota Semarang
”. Tabel 4.2 Variabel Pertanyaan
Variabel Pertanyaan
Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B Pada PJAS I1
Pengetahuan B1-B10
Sikap C1-C10
Keterampilan D1
Aksesibilitas E1-E3
Peraturan F1
Pengaruh Sesama Pedagang G1
Pembinaan dan Pengawasan Petugas Kesehatan H1
Pembinaan dan Pengawasan Sekolah H2
a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi bivariat
pearson. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation dimana nilai r hitung yang terdapat pada kolom
tersebut dibandingkan dengan nilai R tabel. Item kuesioner dalam uji validitas dikatakan valid jika nilai R hitung R tabel pada signifikasi
5. Sebaliknya item dikatakan tidak valid jika nilai R tabel R hitung pada signifikasi 5 Hastono, 2006. Adapun hasil uji
validitas sebagaimana data dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Nomor Item
Rhitung Rtabel 5
N=15 Keterangan
B1 0,740
0,514 Valid
B2 0,644
0,514 Valid
B3 0,772
0,514 Valid
B4 0,639
0,514 Valid
B5 0,774
0,514 Valid
B6 0,672
0,514 Valid
B7 0,690
0,514 Valid
B8 0,576
0,514 Valid
B9 0,697
0,514 Valid
B10 0,750
0,514 Valid
C1 0,788
0,514 Valid
C2 0,875
0,514 Valid
C3 0,788
0,514 Valid
C4 0,596
0,514 Valid
C5 0,875
0,514 Valid
C6 0,788
0,514 Valid
C7 0,875
0,514 Valid
C8 0,596
0,514 Valid
C9 0,788
0,514 Valid
C10 0,875
0,514 Valid
D1 1
0,514 Valid
E1 1
0,514 Valid
F1 0,828
0,514 Valid
F2 0,715
0,514 Valid
G
1 0,514
Valid
H1 0,632
0,514 Valid
H2 0,632
0,514 Valid
Hasil perhitungan uji validitas sebagaimana tabel di atas menunjukan bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini
valid dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian karena nilai Rhitung Rtabel pada signifikasi 5.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha.
Hasil pengujian reliabilitas dapat dapat dilihat pada kolom Cronbach’s alpha. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai apha
lebih besar dari R tabel Hastono, 2006. Adapun hasil uji reliabilitas sebagaimana data dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Rhitung
Rtabel 5 N=15
Keterangan 0,906
0,514 Reliabel
Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas kuesioner sebesar 0,906. Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini reliable atau konsisten sehingga dapat digunakan sebagai instrument
penelitian.
2. Lembar hasil analisis kandungan pewarna sintetik pada pangan jajanan,
3. Seperangkat alat dan bahan analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan pewarna sintetik pada pangan jajanan. 4.6
Cara Pengumpulan Data 4.6.1
Wawancara
Wawancara, digunakan
untuk menggali
data tentang
pengetahuan pedagang pangan jajanan, sikap pedagang pangan
jajanan, akses pedagang pangan jajanan, keterampilan pedagang pangan jajanan, peraturan sekolah terkait usaha pangan jajanan,
pengaruh sesama pedagang dalam menjalankan usaha pangan jajanan serta pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan dan sekolah
terhadap pangan jajanan. 4.6.2
Uji Laboratorium
Uji laboratorium pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data ada atau tidaknya pewarna sintetik serta kadar
pewarna sintetik dalam pangan jajanan anak sekolah. Analisis kandungan pewarna sintetik ini dilakukan dengan Spektrofotometri
UV-Visibel dan serat wol. 1. Spektrofotometri UV-Visibel
Spektrofotometri UV-Visibel yang digunakan adalah merek Perkin Elmer Lambda 25 dengan jangkauan 190-1100 nm,
bandwidth 1 nm dan metode operasional seperti pemindaian, pemrograman panjang gelombang, analisis kuantitatif, pemindaian
analisis kuantitatif dan lain-lain. Fitur-fitur yang ada antara lain pengoperasian sinar ganda, throughput yang besar, penyimpangan
lampu fiber optik rendah, memiliki beragam aksesoris dan peralatan serta berperangkat lunak WinLab UV. Keunggulannya
yaitu dapat menganalisis semua jenis farmakope, cocok untuk semua jenis sampel cairan serta memiliki stabilitas, akurasi dan
kemampuan memroduksi yang tinggi PerkinElmer, 2015.
Pengukuran zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visibel Depkes RI
dalam Sumarlin, 2010. a. Preparasi Standar
Standar Rhodamin B 0 ppm – 10 ppm
Memipet masing-masing 1107,4µl dan 2214,8 standar tartrazine 451,5 ppm ke dalam labu takar 100 ml.
Menambahkan aquades masing-masing menjadi 100 ml kemudian di kocok. Deret standar ini mengandung 0, 1, 2.5, 5,
7.5 dan 10 ppm Rhodamin B. b. Preparasi Sampel
Metode preparasi sampel pada analisa kuantitatif dengan Spektrofotometri menggunakan metode preparasi analisa
kualitatif Kromatografi kertas, yaitu:
1 Memasukan ±10 ml sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 ml.
2 Diasamkan dengan menambahkan 5 ml asam asetat 10 . 3 Masukan dan rendam benang wol ke dalam sampel
tersebut. 4 Panaskan dan diamkan sampai mendidih ±10 menit.
5 Ambil benang wol, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
6 Tambahkan 25 ml amoniak 10 ke dalam benang wol yang telah dibilas tersebut.
7 Panaskan benang wol sampai warna yang tertarik pada benang wool luntur kembali.
8 Warna yang telah ditarik dari benang wol dan masih larut dalam
amoniak kemudian
di analisa
dengan spektrofotometer UV-Visibel.
Perhitungan:
FP = Faktor Pengenceran 2. Serat Wol
Prinsip kerja serat wol digunakan untuk analisis zat warna karena sifatnya yang dapat mengabsorpsi zat warna baik yang asam
maupun yang basa. Serat wol dan sutera mengandung protein amfoter yang mempunyai afinitas terhadap asam maupun basa
dengan bentuk garam. Dengan mengamati perubahan warna dari benang wol yang telah dicelup dalam berbagai pereaksi maka jenis
zat warna dapat ditentukan Hanafi dan Zulkarnain, 2009. Alat dan bahan yang digunakan adalah Piala gelas,
Lempeng tetes, Pipet tetes, Hot Plate Stirer, Benang Wol, HCl 10, NaOH 10, HCl pekat, H
2
SO
4
pekat, NH
4
OH 12 dan
contoh bahan pangan yang mengandung zat warna sintetik. Dan berikut adalah cara kerjanya, Hanafi dan Zulkarnain, 2009:
a. 30-50ml contoh berupa cairan untuk padatan 25g contoh dihomogenkan dengan air kemudian diambil 30-50ml
diasamkan dengan sedikit HCl 10; b. Masukan benang wol kurang lebih 20cm ke dalam larutan,
didihkan selama 30 menit; c. Benang wol diangkat, cuci dengan air dingin;
d. Keringkan, potong menjadi 4 bagian; e. Tempatkan keempat potongan benang wol diatas lempengan
tetes kemudian tiap potongan ditetesi dengan satu zat yang berbeda, yaitu NaOH 10, HCl pekat, H
2
SO
4
pekat dan NH
4
OH 12;
f. Amati perubahan warna, bandingkan dengan standar warna. Tabel 4.5 Indikator Perubahan Warna Serat Wol
Bahan Pewarna
Sintetik HCl Pekat
H
2
SO
4
Jenuh NaOH 10
NH
4
OH
Eritrosin Jingga-kuning Jingga-kuning Tidak berubah Tidak berubah
Rhodamin B Jingga
Kuning Biru
Biru
Sumber: Hanafi dan Zulkarnain 2009
4.7 Pengolahan Data