Latar Belakang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B Pada Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Dijual Oleh Pedagang Di SDN Sekelurahan Pondok Benda Tahun 2015

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat bertahan hidup. Pada pangan dapat terkandung berbagai jenis zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Zat-zat gizi tersebut antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Meskipun begitu, pangan tidak hanya bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia saja namun pangan juga dapat menjadi media transmisi penyakit apabila pangan tersebut tercemar akibat faktor lingkungan maka mutu dan keamanan pangan perlu dijaga agar masyarakat dapat terlindungi dari hal merugikan dan membahayakan kesehatan tubuh oleh karena itu dibuatlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan Kementerian Kesehatan, 2010. Menurut Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Namun sampai saat ini masih ditemukan pangan yang tidak memenuhi persyaratan TMS secara mutu, kebersihan maupun keamanan sehingga dapat menimbulkan dampak tidak baik bagi kesehatan. Salah satu contoh pangan yang sering tidak memenuhi syarat adalah pangan jajanan anak sekolah PJAS. Badan Pengawasan Obat dan Makanan pada tahun 2011 menemukan sebesar 35,46 sampel pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan, pada tahun 2012 sebesar 23,89 dan pada tahun 2013 sebesar 19,21. Penyebab pangan jajanan anak sekolah tersebut tidak memenuhi persyaratan adalah penggunaan bahan tambahan pangan BTP yang melebihi batas, mengandung cemaran logam berat yang melebihi batas, kualitas mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat dan menggunakan bahan kimia berbahaya BPOM, 2011; 2012; 2013. Balai POM Serang yang memiliki cakupan kerja seluruh wilayah administrasi Provinsi Banten dari tahun 2011-2013 termasuk dalam kelompok Balai BesarBalai POM yang sering mengalami kejadian luar biasa KLB keracunan pangan. Salah satu asal penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan tersebut adalah pangan jajanan BPOM, 2011; 2012; 2013. Salah satu penyebab utama pangan jajanan anak sekolah tidak memenuhi persyaratan yang paling umum yaitu penggunaan bahan kimia berbahaya. Jenis pangan jajanan anak sekolah yang paling sering masuk dalam kategori tidak memenuhi persyaratan yaitu minuman es, minuman berwarnasirup, bakso dan jellyagar-agar. Agen yang paling sering menyebabkan tidak memenuhi persyaratan salah satunya yaitu AKK angka kapang khamir: pewarna tekstil Info DATIN, 2015. Di Indonesia ketentuan pewarna diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 37 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna serta Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 386 Tahun 1990 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika. Pada tahun 2011-2013, BPOM masih menemukan sampel pangan jajanan anak sekolah yang mengandung pewarna bukan untuk pangan seperti Rhodamin B, Methanil Yellow serta Auramin. Hasil tersebut menunjukan bahwa penggunaan pewarna sintetik berbahaya pada pangan jajanan anak sekolah masih kerap dilakukan oleh pedagang dimungkinkan karena anak sekolah dasar dalam memilih pangan jajanan mempertimbangkan daya tarik warna Kristianto dkk, 2009. Begitu pula dengan Pujiasuti 2002 yang menyatakan alasan pemilihan produk berwarna antara lain lebih menarik dan lebih murah. Menurut Nuraini 2007, warna mempunyai peran psikologis yang sangat kuat ketika anak-anak akan memilih produk pangan. Selain BPOM, Ardiarini dan Gunanti 2004 menemukan sampel minuman jajanan SDN Dukuh Mananggal yang mengandung Tartrazin, Rhodamin B dan Sunset Yellow. Nisma dan Setyawati 2014 menemukan sampel pangan jajanan SD di wilayah Kotamadya Jakarta Timur mengandung Rhodamin B, Karmoisin, Eritrosin dan Ponceau 4R. Survei Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa sampai dengan tahun 2012 sebesar 32 PJAS positif menggunakan bahan kimia bukan untuk pangan terdiri dari 29 mengandung boraks, 16 mengandung formalin dan 38 mengandung Metanil Yellow dan Rhodamin B. Tahun 2013 sebesar 16 terdiri dari 3 mengandung boraks, 7 mengandung formalin dan 14 Metanil Yellow dan Rhodamin B serta tahun 2014 sebesar 13 terdiri dari 7 mengandung boraks, 11 mengandung formalin dan 2 Metanil Yellow dan Rhodamin B Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2012; 2015. Data tersebut menunjukan bahwa penggunaan pewarna bukan untuk pangan memiliki persentase yang paling besar dalam pencemaran bahan kimia pada pangan jajanan dibandingkan dengan boraks dan formalin. Pasal 3 ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 37 Tahun 2013 menyatakan bahwa Eritrosin dapat digunakan pada pangan dengan batas maksimum 20-300mgkg. Karunia 2013 menyatakan Eritrosin tidak dapat dipakai dalam produk minuman karena mudah diendapkan oleh asam dan hal tersebut sejalan dengan peraturan BPOM yang tidak mencantumkan kategori minuman dalam penggunaan Eritrosin. Arisman 2008 berpendapat Eritrosin tidak dianjurkan untuk pangan. Meskipun diperbolehkan untuk digunakan pada pangan sebaiknya kita menghindari penggunaannya sebab pewarna sintetik tidak baik untuk kesehatan jika terus dikonsumsi, apalagi oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sedangkan Rhodamin B merupakan pewarna yang dilarang penggunaannya pada pangan PP No. 28 Tahun 2004. Eritrosin dapat mengakibatkan reaksi alergi seperti nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit Karunia, 2013. Kemudian pewarna sintetik juga dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak FDA, 2011. Sedangkan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit dan iritasi mata serta kanker jika penggunaan jangka panjang Praja, 2015. Oleh karena efek yang dapat ditimbulkan maka masyarakat perlu dilindungi dari pangan yang menggunakan bahan tambahan pangan yang belebihan dan bahan tambahan bukan untuk pangan. Pangan jajanan anak sekolah yang mengandung bahan tambahan berbahaya tidak lepas dari perilaku pedagang dalam mengolah atau menjual pangan jajanan. Pedagang pangan jajanan berperan penting dalam penyediaan pangan jajanan yang sehat dan bergizi serta terjamin keamanannya Yasmin dkk, 2010. Menurut Green dkk 1991, terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi termasuk diantaranya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai. Faktor pemungkin termasuk diantaranya keterampilan, sumber daya. Faktor penguat termasuk diantaranya dukungan sosial dan pengaruh teman. Sugiyatmi 2006 menyatakan pedagang yang memiliki pengetahuan dan sikap dengan kategori kurang kebanyakan melakukan praktek pembuatan pangan jajanan dengan kategori kurang baik. Selain itu sulitnya akses bahan tambahan pangan dengan harga terjangkau juga berkontribusi dalam penyalahgunaan bahan kimia berbahaya Rahayu dkk, 2012. Hal lain yang juga dapat mempengaruhi perilaku pedagang pangan jajanan adalah peraturan keamanan pangan jajanan Wijaya, 2009 serta pembinaan dan pengawasan petugas kesehatan dalam penjualan pangan jajanan Sugiyatmin, 2006; Mujianto, 2005. Kota Tangerang Selatan meskipun tergolong daerah otonom baru namun memiliki kondisi pendidikan yang relatif maju karena di Kecamatan Pondok Aren, Ciputat dan Pamulang banyak tersebar sekolah dan perguruan tinggi. Kecamatan Pamulang merupakan kecamatan dengan jumlah SDN terbanyak kedua di Tangerang Selatan direncanakan menjadi pusat kegiatan pendidikan, salah satunya di Kelurahan Pondok Benda Bappeda Tangerang Selatan, 2012; 2011. Sebagai kelurahan yang direncanakan menjadi pusat kegiatan pendidikan, Kelurahan Pondok Benda harus menyediakan fasilitas yang memadai agar siswa dapat belajar dengan baik. Salah satu fasilitas tersebut adalah kantin sekolah namun umumnya sekolah dasar negeri tidak memiliki kantin sehingga siswa jajanan pada pedagang PJAS di sekitar lingkungan sekolah. Pangan yang berasal dari pedagang di sekitar sekolah apabila tidak ditangani secara benar berpotensi menyebabkan penyakit BPOM, 2012b. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti perilaku pedagang pangan jajanan dengan keamanan pangan jajanan di SDN sekelurahan Pondok Benda terkait dengan penggunaan pewarna sintetik. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari tahun 2015 di delapan SDN di Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan, pangan jajanan yang dijajakan di sekitar sekolah antara lain sosis, saos, kue, jelly serta minuman berwarna maunpun es dimana beberapa pangan jajanan tersebut mungkin menggunakan pewarna sintetik berbahaya.

1.2 Rumusan Masalah