peraturan sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. Wijaya 2009 pun menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang
nyata antara penerapan peraturan dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan dan tidak adanya hubungan yang nyata antara
penerapan peraturan dengan praktek keamanan pangan. Sekalipun ada peraturan namun masih belum diterapkan secara optimal karena
sebagian besar praktek keamanan PJAS responden berkategori kurang dan responden masih menggunakan BTP oleh karena itu dibutuhkan
pembinaan. Banyak produsen dan pengusaha kecil yang menggunakan
bahan-bahan yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan dapat dikarenakan pengawasan terhadap pangan jajanan yang kurang atau
tidak adanya peraturan yang ditetapkah oleh sekolah terkait keamanan pangan menyebabkan praktek penggunakan BTP yang berlebihan atau
bahan berbahaya lainnya oleh karena itu kepala sekolah sebaiknya berperan dalam menetapkan kebijakan dan peraturan mengenai
keamanan PJAS di lingkungan sekolah serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung keamanan pangan di sekolah yang memadai
BPOM RI 30 Balai BesarBalai POM, 2009.
6.3.6 Pengaruh Sesama Pedagang
Pengaruh teman adalah kemampuan memengaruhi perilaku individu di antara anggota kelompok berdasarkan norma-norma
kelompok, kesadaran kelompok atas apa yang merupakan hal atau cara
benar untuk melakukan hal-hal serta kebutuhan untuk dinilai dan diterima oleh kelompok Pearce dan Robinson, 2008. Berdasarkan
hasil analisis univariat pada tabel 5.7 dari 30 responden diketahui bahwa 80 dari pedagang pangan jajanan di sekitar SDN Sekelurahan
Pondok Benda menyatakan tidak saling berdiskusi mengenai bahan- bahan yang digunakan dalam membuat pangan jajanan. Umumnya
pedagang pangan jajanan hanya berdiskusi mengenai hal sehari-hari namun tidak berdiskusi tentang bahan apa yang digunakan dalam
pangan jajanan yang dijualnya. Pujiasuti 2002 menyatakan sebesar 38,6 produsen mendapatkan informasi mengenai bahan tambahan
pangan untuk produk jualannya dari penjual bahan tambahan dan 27,3 lainnya dari teman serta sisanya dari orang tua dan saudara.
Hasil analisis bivariat dengan pengujian Chi-square mengenai hubungan pengaruh sesama pedagang pangan jajanan dengan
penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B pada tabel 5.15 diperoleh pValue = 0,287 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengaruh sesama pedagang dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B.
Kurangnya pengetahuan pedagang pangan jajanan membuat mereka tidak bisa membuat keputusan baik oleh karena itu ada baiknya
pemerintah meningkatkan edukasi tentang gizi dan keamanan pangan berupa Training of Trainer TOT kepada penyedia PJAS pengelola
kantin, penjaja PJAS, IRTP produsen PJAS, pembinaan Cara Produksi
Pangan yang Baik CPPB dan praktek penggunaan BTP BPOM RI 30 Balai BesarBalai POM, 2009.
6.3.7 Pembinaan dan Pengawasan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan seperti kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan Pasal 1
UU No. 36 Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.8 dari 30 responden diketahui bahwa 53,3 dari pedagang
pangan jajanan di sekitar SDN Sekelurahan Pondok Benda menyatakan pernah terdapat pembinaan dan pengawasan dari petugas kesehatan
terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah. Mujianto dkk 2005 menyatakan 64 pedagang pangan jajanan di Kecamatan Pondok
Gede tidak pernah mendapatkan pembinaan dan 83 pedagang pangan tidak pernah mendapatkan pengawasan. Damayanthi dkk 2013 juga
menyatakan hampir dari seluruh penjaja PJAS tidak pernah mengikuti pelatihan atau training terkait gizi maupun keamanan pangan.
Kemudian Wariyah dan Dewi 2013, 80 pedagang PJAS belum pernah mengikuti penyuluhan tentang pengolahan pangan yang baik.
Hasil analisis bivariat dengan pengujian Chi-square mengenai hubungan pembinaan dan pengawasan petugas kesehatan dengan
penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B pada tabel 5.16 diperoleh pValue = 1 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pembinaan dan pengawasan petugas kesehatan dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B.
Mujianto dkk 2005 menyatakan pedagang yang tidak diberikan pembinaan mempunyai kecenderungan menggunakan bahan
tambahan terlarang 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan pedagang yang telah menerima pembinaan dan pedagang yang tidak
diberikan pengawasan mempunyai kecenderungan menggunakan bahan tambahan terlarang 1,58 kali lebih besar jika dibandingkan
dengan pedagang yang telah diberikan pengawasan. Hal tersebut menunjukan pedagang yang tidak mendapat pembinaan dan
pengawasan menjadi faktor resiko penggunaan bahan tambahan terlarang.
Pemerintah adalah pihak yang secara resmi mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pangan. Kewenangan ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Pangan
Jajanan pada pasal 15 tertulis pembinaan dan pengawasan pangan jajanan dilakukan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota. Pada pasal
17 tertulis dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan KabupatenKota mengikut sertakan instansi terkait, pihak
pengusaha, organisasi, profesi, asosiasi, paguyuban dan atau lembaga swadaya masyarakat Mujianto dkk, 2005.
Kurang terkontrolnya pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah mungkin terjadi karena terlalu banyak industri rumah
tangga maka menyebabkan kurang terjangkau oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk melakukan pembinaan keseluruh industri
rumah tangga. Untuk melakukan inspeksi mendadak dipasar-pasar khususnya pada pangan jajanan juga terlalu berat, menginggat berbagai
macam jenis pangan yang dijajakan dari berbagai industri rumah tangga meskipun Direktorat Survailens Penyuluhan Keamanan Pangan
SPKP telah rnelakukan usaha membentuk jaringan di 400 kabupaten kota seluruh Indonesia dalam rangka pembinaan industri skala rumah
tangga Aminah dan Hidayah, 2012. Adapun dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebesar 79
pedagang pangan jajanan menyatakan bersedia ikut serta dalam acara penyuluhan dan kursus mengenai keamanan pangan jajanan apabila
kelak diadakan oleh pemerintah dan LSM, dengan persyaratan tidak mengambil waktu berdagang mereka dan lokasi yang terjangkau. Pada
dasarnya para pedagang pangan jajanan mempunyai keinginan untuk melakukan praktek pengolahan pangan yang baik hanya saja mereka
tidak memiliki sumber daya yang sesuai untuk melaksanakan keinginannya.
Pembinaan dan
pengawasan dapat
dilakukan dengan
menyediakan Peralatan Uji Cepat Rapid Test Kit yang dapat digunakan semua pihak untuk mengetahui kandungan bahan kimia
berbahaya pada pangan, melaksanakan pengawasan BTP dan bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan sebagai BTP, pembinaan
penyedia PJAS tentang Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB serta praktek penggunaan BTP BPOM RI 30 Balai BesarBalai POM,
2009.
6.3.8 Pembinaan dan Pengawasan Sekolah