Bahkan kerupuk ditambahkan Rhodamin B agar warna kerupuk lebih cerah dan menarik. Produk pangan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian yakni
saus dan sambal kemasan Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2005.
2.4 Dampak Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B
2.4.1 Hiperaktivitas
Hiperaktivitas dikenal juga sebagai Attention Deficit Disorder ADD atau Attention Deficit Hyperactivitity Disorder ADHD
Thompson, 2002. Kondisi ini disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut Minimal Brain Dysfunction
Syndrome Fadhli, 2010. Tingkah laku individu-individu yang mengalami gangguan hiperaktivitas tidak dapat dikontrol Semiun,
2006. Istilah hiperaktif atau ADD biasanya digunakan untuk
menggambarkan anak yang masih muda, yang dianggap sangat aktif, terlalu menuruti kata hati, kurang dapat berkonsentrasi atau anak yang
sulit diatur. Namun sebagian besar anak kecil umumnya mempunyai tingkat aktivitas tinggi dan sulit diatur, tanpa harus menjadi hiperaktif.
Hal itu seringkali menyulitkan orang tua bahkan tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi. Derajat hiperaktif pada anak berbeda-beda.
Beberapa anak mungkin menderita hiperaktif sedang sementara anak lain menderita hiperaktif tingkat tinggi Thompson, 2002.
Seorang anak untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif harus ada tiga gejala utama yang nampak dalan perilakunya
yaitu inatensi, hiperaktif dan impulsif. Inatensi adalah pemusatan perhatian yang kurang baik atau kegagalan seorang anak dalam
memberikan perhatian secara utuh Fadhli, 2010. Impulsif adalah kecenderungan bertindak tiba-tiba tanpa berpikir disebabkan
ketidakmampuannya mengendalikan dorongan Gichara, 2008. Berbagai tipe hiperkinetik atau ADHD adalah tipe sulit
berkonsentrasi, tipe hiperaktif-impulsif dan tipe kombinasi. Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori utama yaitu kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas Fadhli, 2010.
Ada beberapa teori tentang penyebab seorang anak menjadi hiperaktif akan tetapi belum ditemukan satupun penyebab pastinya.
Salah satunya adalah pangan, zat penambah pangan seperti pewarna Thompson, 2002. Semiun 2006 juga menegaskan bahan-bahan
tambahan pangan seperti pewarna dapat menjadi penyebab hiperaktif pada anak. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Feingold pada
1975 dan 1976, sekitar 50 dari anak-anak yang hiperaktif dapat berfungsi lagi secara normal ketika diberikan pangan yang tidak
mengandung bahan tambahan. Tetapi dalam penelitian-penelitian yang telah dikontrol, anak-anak yang hiperaktif diberikan pangan yang
mengandung bahan-bahan tambahan atau placebo ditemukan bahwa
kasus-kasus hiperaktivitas yang disebabkan oleh bahan-bahan tambahan itu hanya sekitar 5. Dari penelitian itu jelas bahwa akibat
dari bahan-bahan tambahan pangan tidak begitu kuat seperti yang dipikirkan walaupun begitu tidak bisa diabaikan pengaruhnya dalam
menimbulkan gangguan hiperaktivitas. Pangan tertentu belum terbukti bisa menyebabkan hiperaktif namun sebaiknya menghentikan
pemberian pangan dan minuman olahan yang mengandung pewarna atau pengawet Thompson, 2002.
2.4.2 Kanker