Sikap Pedagang Pangan Jajanan

lebih menarik dengan cita rasa yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah. Penggunaan bahan tambahan pangan masih perlu mendapatkan perhatian baik jenisnya maupun ukurannya, bahan tambahan yang digunakan harus khusus pangan dan ukurannya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Rahayu dkk 2012 pun menyatakan informasi mengenai keberadaan bahan tambahan pangan di pasaran belum diketahui oleh sebagian besar industri rumah tangga. Sedangkan bahan kimia berbahaya masih beredar dan hal ini berkontribusi terhadap penyalahgunaan bahan kimia berbahaya. Tinggi rendahnya pengetahuan pedagang pangan jajanan tergantung pada informasi terkait keamanan pangan jajanan yang mereka dapatkan oleh karena itu pemerintah maupun pihak sekolah diharapkan dapat meningkatkan program keamanan pangan jajanan anak sekolah dengan melakukan Training of Trainer TOT kepada penyedia PJAS pengelola kantin, penjaja PJAS, IRTP produsen PJAS mengenai keamanan pangan, melakukan pembinaan penyedia PJAS tentang Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB serta praktek penggunaan BTP BPOM RI 30 Balai BesarBalai POM, 2009.

6.3.2 Sikap Pedagang Pangan Jajanan

Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa seperti senang, tidak senang atau biasa-biasa saja netral dari seseorang terhadap sesuatu Sarwono, 2009. Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.3 dari 30 responden diketahui bahwa 56,7 dari pedagang pangan jajanan di sekitar SDN Sekelurahan Pondok Benda memiliki sikap dalam kategori baik terhadap penggunaan pewarna. Hal yang sama ditunjukan Pertiwi dkk 2014 bahwa 100 penjual pangan jajanan memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan pewarna pada pangan. Begitu pula Pujiasuti 2002 yang menyatakan 50 responden memiliki sikap dalam kategori baik tentang pemakaian bahan tambahan pangan. Berbeda dengan Sugiyatmi 2006 yang menyatakan 68,8 dari pembuat pangan jajanan memiliki sikap dalam kategori kurang terhadap penggunaan pewarna terlarang. Hasil analisis bivariat dengan pengujian Chi-square mengenai hubungan sikap pedagang pangan jajanan dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B pada tabel 5.11 diperoleh pValue = 0,698 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap pedagang jajanan dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. Damayanthi dkk 2013 juga berpendapat bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap gizi dan keamanan pangan dengan praktek keamanan pangan dan Pujiasuti 2002 mengatakan tidak ada hubungan antara sikap produsen dengan pemakaian bahan tambahan pangan. Namun Sugiyatmi 2006 menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap tentang penggunaan pewarna terlarang dengan praktek pembuatan pangan jajanan. Menurut Maulana 2007, sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu sikap yang baik belum tentu dapat diiringi dengan perilaku yang baik pula, terdapat hal-hal lain yang dapat memperngaruhi perilaku seseorang. Akan tetapi sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir yang dapat mempengaruhi tindakan. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif, pengetahuan tentang objek atau kognitif dan kecenderungan bertindak atau konatif Maulana, 2007. Dalam hal ini responden yang memiliki sikap yang baik dapat dikarenakan sisi afektifnya atau dimensi emosional responden terhadap pewarna pangan yang bersifat positif dan pewarna bukan untuk pangan yang bersifat negatif sehingga menghasilkan sikap yang baik namun tidak memiliki kecendurungan bertindak positif terhadap objek yang dihadapinya. Selain itu sebagian besar pedagang pangan menjual pangan jajanan atau menggunakan bahan pelengkap yang sudah jadi sehingga kurang dapat dilihat korelasi antara sikap dan perilakunya. Meskipun dalam penelitian ini 56,7 pedagang pangan jajanan memiliki sikap dalam kategori baik namun jika diteliti jawaban pedagang pangan jajanan satu per satu maka akan ditemukan adanya sikap kurang baik seperti penggunaan pewarna kain pada pangan bukanlah masalah, penggunaan pewarna terlarang pada pangan tidak berbahaya pada kesehatan, penggunaan pewarna yang berlebihan boleh digunakan saat pembuatan pangan. Dalam variabel sikap ini dapat terlihat pula nilai yang dimiliki oleh pedagang seperti pedagang memilih bahwa dalam pembuatan pangan boleh menggunakan pewarna apa saja asalkan dapat membantu meningkatkan keuntungan penjualan. Beragamnya sikap pedagang pangan jajanan dalam menanggapi penggunaan pewarna sintetik dapat dikarena pengetahuan yang mereka miliki dan sikap yang mereka paksakan sebagai pembenaran meskipun mereka tahu hal tersebut salah oleh karena itu pemerintah maupun pihak sekolah diharapkan dapat meningkatkan program keamanan pangan jajanan anak sekolah dengan melakukan Training of Trainer TOT kepada penyedia PJAS pengelola kantin, penjaja PJAS, IRTP produsen PJAS mengenai keamanan pangan, melakukan pembinaan penyedia PJAS tentang Cara Produksi Pangan yang Baik CPPB serta praktek penggunaan BTP BPOM RI 30 Balai BesarBalai POM, 2009.

6.3.3 Keterampilan Pedagang Pangan Jajanan