Hipotesis Desain Penelitian Pengolahan Data

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan pedagang pangan jajanan anak sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 2. Ada hubungan antara sikap pedagang pangan jajanan anak sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 3. Ada hubungan antara keterampilan pedagang pangan jajanan anak sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 4. Ada hubungan antara aksesibilitas pedagang pangan jajanan anak sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 5. Ada hubungan antara peraturan sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 6. Ada hubungan antara pengaruh sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B. 7. Ada hubungan antara pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B oleh pedagang pangan jajanan anak sekolah. 8. Ada hubungan antara pembinaan dan pengawasan oleh sekolah dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B oleh pedagang pangan jajanan anak sekolah. 68 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Dalam penelitian ini akan dipelajari faktor- faktor yang berhubungan dengan penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B pada pangan jajanan anak sekolah yang dijual oleh pedagang di SDN Sekelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di seluruh SDN Sekelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yaitu SDN Pondok Benda I, SDN Pondok Benda II, SDN Pondok Benda III, SDN Pondok Benda IV, SDN Pondok Benda V, SDN Pondok Benda VI, SDN Parakan I dan SDN Parakan II dengan waktu penelitian pada bulan Agustus-September Tahun 2015.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang pangan jajanan SDN di Sekelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 34 orang.

4.3.2 Sampel

1. Sampel Responden Pedagang pangan jajanan anak sekolah yang akan dijadikan sebagai sampel responden dalam penelitian ini akan ditentukan dengan cara estimasi Lemeshow dkk, 1997: Keterangan: Berdasarkan perhitungan rumus tersebut diperoleh besar sampel minimum adalah 14 pedagang namun karena jumlahnya yang relatif kecil maka sampel dipilih dengan metode sampel jenuh yaitu teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel Lusiana dkk, 2015 dengan kriteria inklusi pedagang pangan jajanan bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi pedagang pangan jajanan yang berjualan tidak tetap di lokasi penelitian. Pada akhirnya besar sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian adalah 30 pedagang pangan jajanan. 2. Sampel Pangan Jajanan Anak Sekolah Sampel pangan jajanan anak sekolah dipilih dengan metode accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan Lusiana dkk, 2015. Pangan jajanan yang secara kebetulan ditemukan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila pangan jajanan tersebut pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai sumber data. Tabel 4.1 Sampel Pangan Jajanan Anak Sekolah Responden Pangan Jajanan 1 Es Teh 2 Es Campur 3 Es Potong I Es Potong II 4 Es Mambo I 5 Bakso Saos Bakso 6 Lenting 7 Batagor I Saos Batagor 8 Minuman Merah I 9 Batagor II Saos Batagor 10 Cilung Saos Cilung 11 Telur Goreng I Saos Telur Goreng 12 Selendang Mayang 13 Sosis 14 Es Mambo II 15 16 Telur Goreng II Saos Telur Goreng Es Pipih I Es Pipih II Es Pipih III 17 Batagor III Responden Pangan Jajanan Saos Batagor 18 Es Doger I 19 Kerupuk Gulali Gulali 20 Telur Puyuh Goreng Saos Telur Puyuh Goreng 21 Bakso, Mie Saos Bakso, Mie 22 Ayam Tepung Saos Ayam Tepung 23 Siomay I Saos Siomay 24 Minuman Merah II Minuman Oranye Minuman Kuning 25 Minuman Merah III 26 Cilok Saos Cilok 27 Minuman Merah IV 28 Es Doger II 29 Es Dawet 30 Siomay II Saos Siomay

4.4 Sumber Data Penelitian

4.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil uji laboratorium dan data hasil kuesioner tentang pengetahuan pedagang pangan jajanan, sikap pedagang pangan jajanan, keterampilan pedagang pangan jajanan, akses pedagang pangan jajanan, peraturan sekolah terkait usaha pangan jajanan, pengaruh sesama pedagang dalam menjalankan usaha pangan jajanan serta pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan dan sekolah terhadap pangan jajanan.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah data jejaring keamanan pangan jajanan anak sekolah dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, data daftar SD di Kecamatan Pamulang Sekelurahan Pondok Benda dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. 4.5 Instrumen Penelitian Dalam pengumpulan data penelitian digunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu: 1. Kuesioner. Kuesioner merupakan hasil modifikasi dari kuesioner Sugiyatmi 2006 dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks dan Pewarna Pada Pangan Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar-Pasar Kota Semarang ”. Tabel 4.2 Variabel Pertanyaan Variabel Pertanyaan Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B Pada PJAS I1 Pengetahuan B1-B10 Sikap C1-C10 Keterampilan D1 Aksesibilitas E1-E3 Peraturan F1 Pengaruh Sesama Pedagang G1 Pembinaan dan Pengawasan Petugas Kesehatan H1 Pembinaan dan Pengawasan Sekolah H2 a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi bivariat pearson. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation dimana nilai r hitung yang terdapat pada kolom tersebut dibandingkan dengan nilai R tabel. Item kuesioner dalam uji validitas dikatakan valid jika nilai R hitung R tabel pada signifikasi 5. Sebaliknya item dikatakan tidak valid jika nilai R tabel R hitung pada signifikasi 5 Hastono, 2006. Adapun hasil uji validitas sebagaimana data dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Nomor Item Rhitung Rtabel 5 N=15 Keterangan B1 0,740 0,514 Valid B2 0,644 0,514 Valid B3 0,772 0,514 Valid B4 0,639 0,514 Valid B5 0,774 0,514 Valid B6 0,672 0,514 Valid B7 0,690 0,514 Valid B8 0,576 0,514 Valid B9 0,697 0,514 Valid B10 0,750 0,514 Valid C1 0,788 0,514 Valid C2 0,875 0,514 Valid C3 0,788 0,514 Valid C4 0,596 0,514 Valid C5 0,875 0,514 Valid C6 0,788 0,514 Valid C7 0,875 0,514 Valid C8 0,596 0,514 Valid C9 0,788 0,514 Valid C10 0,875 0,514 Valid D1 1 0,514 Valid E1 1 0,514 Valid F1 0,828 0,514 Valid F2 0,715 0,514 Valid G 1 0,514 Valid H1 0,632 0,514 Valid H2 0,632 0,514 Valid Hasil perhitungan uji validitas sebagaimana tabel di atas menunjukan bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini valid dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian karena nilai Rhitung Rtabel pada signifikasi 5. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Hasil pengujian reliabilitas dapat dapat dilihat pada kolom Cronbach’s alpha. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai apha lebih besar dari R tabel Hastono, 2006. Adapun hasil uji reliabilitas sebagaimana data dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Rhitung Rtabel 5 N=15 Keterangan 0,906 0,514 Reliabel Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas kuesioner sebesar 0,906. Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini reliable atau konsisten sehingga dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

2. Lembar hasil analisis kandungan pewarna sintetik pada pangan jajanan,

3. Seperangkat alat dan bahan analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan pewarna sintetik pada pangan jajanan. 4.6 Cara Pengumpulan Data 4.6.1 Wawancara Wawancara, digunakan untuk menggali data tentang pengetahuan pedagang pangan jajanan, sikap pedagang pangan jajanan, akses pedagang pangan jajanan, keterampilan pedagang pangan jajanan, peraturan sekolah terkait usaha pangan jajanan, pengaruh sesama pedagang dalam menjalankan usaha pangan jajanan serta pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan dan sekolah terhadap pangan jajanan. 4.6.2 Uji Laboratorium Uji laboratorium pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data ada atau tidaknya pewarna sintetik serta kadar pewarna sintetik dalam pangan jajanan anak sekolah. Analisis kandungan pewarna sintetik ini dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Visibel dan serat wol. 1. Spektrofotometri UV-Visibel Spektrofotometri UV-Visibel yang digunakan adalah merek Perkin Elmer Lambda 25 dengan jangkauan 190-1100 nm, bandwidth 1 nm dan metode operasional seperti pemindaian, pemrograman panjang gelombang, analisis kuantitatif, pemindaian analisis kuantitatif dan lain-lain. Fitur-fitur yang ada antara lain pengoperasian sinar ganda, throughput yang besar, penyimpangan lampu fiber optik rendah, memiliki beragam aksesoris dan peralatan serta berperangkat lunak WinLab UV. Keunggulannya yaitu dapat menganalisis semua jenis farmakope, cocok untuk semua jenis sampel cairan serta memiliki stabilitas, akurasi dan kemampuan memroduksi yang tinggi PerkinElmer, 2015. Pengukuran zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visibel Depkes RI dalam Sumarlin, 2010. a. Preparasi Standar Standar Rhodamin B 0 ppm – 10 ppm Memipet masing-masing 1107,4µl dan 2214,8 standar tartrazine 451,5 ppm ke dalam labu takar 100 ml. Menambahkan aquades masing-masing menjadi 100 ml kemudian di kocok. Deret standar ini mengandung 0, 1, 2.5, 5, 7.5 dan 10 ppm Rhodamin B. b. Preparasi Sampel Metode preparasi sampel pada analisa kuantitatif dengan Spektrofotometri menggunakan metode preparasi analisa kualitatif Kromatografi kertas, yaitu: 1 Memasukan ±10 ml sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 ml. 2 Diasamkan dengan menambahkan 5 ml asam asetat 10 . 3 Masukan dan rendam benang wol ke dalam sampel tersebut. 4 Panaskan dan diamkan sampai mendidih ±10 menit. 5 Ambil benang wol, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades. 6 Tambahkan 25 ml amoniak 10 ke dalam benang wol yang telah dibilas tersebut. 7 Panaskan benang wol sampai warna yang tertarik pada benang wool luntur kembali. 8 Warna yang telah ditarik dari benang wol dan masih larut dalam amoniak kemudian di analisa dengan spektrofotometer UV-Visibel. Perhitungan: FP = Faktor Pengenceran 2. Serat Wol Prinsip kerja serat wol digunakan untuk analisis zat warna karena sifatnya yang dapat mengabsorpsi zat warna baik yang asam maupun yang basa. Serat wol dan sutera mengandung protein amfoter yang mempunyai afinitas terhadap asam maupun basa dengan bentuk garam. Dengan mengamati perubahan warna dari benang wol yang telah dicelup dalam berbagai pereaksi maka jenis zat warna dapat ditentukan Hanafi dan Zulkarnain, 2009. Alat dan bahan yang digunakan adalah Piala gelas, Lempeng tetes, Pipet tetes, Hot Plate Stirer, Benang Wol, HCl 10, NaOH 10, HCl pekat, H 2 SO 4 pekat, NH 4 OH 12 dan contoh bahan pangan yang mengandung zat warna sintetik. Dan berikut adalah cara kerjanya, Hanafi dan Zulkarnain, 2009: a. 30-50ml contoh berupa cairan untuk padatan 25g contoh dihomogenkan dengan air kemudian diambil 30-50ml diasamkan dengan sedikit HCl 10; b. Masukan benang wol kurang lebih 20cm ke dalam larutan, didihkan selama 30 menit; c. Benang wol diangkat, cuci dengan air dingin; d. Keringkan, potong menjadi 4 bagian; e. Tempatkan keempat potongan benang wol diatas lempengan tetes kemudian tiap potongan ditetesi dengan satu zat yang berbeda, yaitu NaOH 10, HCl pekat, H 2 SO 4 pekat dan NH 4 OH 12; f. Amati perubahan warna, bandingkan dengan standar warna. Tabel 4.5 Indikator Perubahan Warna Serat Wol Bahan Pewarna Sintetik HCl Pekat H 2 SO 4 Jenuh NaOH 10 NH 4 OH Eritrosin Jingga-kuning Jingga-kuning Tidak berubah Tidak berubah Rhodamin B Jingga Kuning Biru Biru Sumber: Hanafi dan Zulkarnain 2009

4.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi: 1. Editing Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan maka pertanyaan yang jawabnya tidak lengkap tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”. 2. Coding Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting, selanjutnya dilakukan pe ngkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data data entry. Berikut adalah pengkodean pada masing-masing variabel: a. Penggunaan Eritrosin dan Rhodamin B oleh pedagang pangan jajanan “Ya” = “[0]” dan “Tidak” = “[1]”. b. Pengetahuan pedagang pangan jajanan tentang pewarna sintetik, “Kurang” = “[0]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 0-5 item; “Sedang” = “[1]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 6-7 item dan “Baik” = “[2]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 8-10 item. c. Sikap pedagang pangan jajanan terhadap penggunaan pewarna sintetik, “Kurang” = “[0]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 0- 5 item; “Sedang” = “[1]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 6- 7 item dan “Baik” = “[2]” jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 8-10 item. d. Keterampilan pedagang dalam mengolah sendiri pengan jajanannya, “Ya” = “[0]” = dan “Tidak” = “[1]”. e. Aksesibilitas pedagang dalam memperoleh pewarna, “Mudah” = “[0]” dan “Sulit” = “[1]”. f. Peraturan sekolah terkait persyaratan pangan jajanan, “Tidak Ada” = “[0]” dan “Ada” = “[1]”. g. Pengaruh sesama pedagang dalam menjual pangan jajanan, “Ada” = “[0]” dan “Tidak Ada” = “[1]”. h. Pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan terhadap pangan jajanan, “Tidak Pernah” = “[0]” dan “Pernah” = “[1]”. i. Pembinaan dan pengawasan oleh sekolah terhadap pangan jajanan, “Tidak Pernah” = “[0]” dan “Pernah” = “[1]”. 3. Entry Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” angka atau huruf dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. 4. Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan- kemungkinan kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembentulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data data cleaning.

4.8 Analisis Data