Melaksanakan pengurangan risiko bencana melalui prioritas-prioritas lain
Kotak 8 Melaksanakan pengurangan risiko bencana melalui prioritas-prioritas lain
Dokumen strategi regional Komisi Eropa untuk wilayah Karibia memuat dukungan untuk manajemen bencana dalam sektor-sektor yang tidak menjadi prioritas. Namun, pendekatan yang dipilih ditekankan pada upaya penguatan strategi bencana di tingkat regional secara menyeluruh, sejalan dengan fokus dukungan Komisi Eropa di wilayah ini yang menekankan pada intensifikasi pengintegrasian wilayah.
Sumber: European Commission. European Community/Caribbean Regional Forum of ACP States Regional Strategy Paper and Regional Indicative Programme for the Period 2003–2007. Brussels: European Commission, DG Development, 2003. Dapat diakses di: http://europa. eu.int/comm/development/body/csp_rsp/print/r9_rsp_en.pdf
Langkah 5. Berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam bidang pembangu- nan
Pertimbangkan bagaimana lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam bidang pembangunan menangani risiko bencana. Berdasarkan analisis semacam ini, mungkin diputuskan untuk tidak menjadikan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas, bahkan di negara-negara dengan risiko tinggi sekalipun. Walaupun begitu, lembaga pembangunan harus memastikan agar portofolio dan tujuan-tujuan terkaitnya terlindung dengan baik dari bencana dan tidak akan memperburuk segala bentuk kerentanan (Kotak 9).
Kotak 9 Mencari landasan pemikiran bagi respons terhadap risiko bencana
Bangladesh memiliki mekanisme-mekanisme yang mapan dalam kesiapsiagaan darurat . Oleh karena itu, Departemen Pembangunan Internasional (Department for International Development/DFID) Kerajaan Inggris memilih untuk menaruh perhatian lebih besar pada isu-isu pembangunan jangka lebih panjang yang berdampak pada penghidupan termasuk tuberkulosis, kekurangan gizi dan kematian bayi dan anak- anak di bawah lima tahun, serta pada saat yang sama masih mengupayakan adanya ruang bagi kerja-kerja pengurangan risiko berdasarkan pertimbangan risiko yang eksplisit.
Sumber: NAO. Department for International Development: Responding to Humanitarian Emergencies. Report by the Comptroller and Auditor General. HC 1227 Session 2002–2003: 5. London: National Audit Office, 2003. Dapat diakses di: http://www.nao.org.uk/publications/ nao_reports/02-03/02031227.pdf
Langkah 6. Menyusun program operasional
Sertakan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana sesuai tujuan-tujuan dan strategi-strategi program di tingkat negara dalam menyusun daftar sumber daya bantuan dan program. Bila program bantuan terikat persyaratan- persyaratan tertentu dan pengurangan risiko bencana menjadi tujuan utamanya, perlu diidentifikasi persyaratan- persyaratan yang terkait dengan pengurangan bencana – sebagai contoh, mengaitkan antara pengesahan peraturan atau kebijakan manajemen risiko bencana dengan tingkat bantuan yang hendak diberikan.
Langkah 7. Mengindentifikasi risiko-risiko dalam pelaksanaan
Sebagai bagian dari pengkajian risiko yang lebih luas, sertakan pembahasan risiko bencana dan implikasi potensialnya secara eksplisit baik bagi pembangunan suatu negara secara keseluruhan maupun tujuan-tujuan program dan efektivitas lembaga pembangunan sendiri. (Kotak 10). Analisis ini harus mempertimbangkan pula bagaimana risiko bencana dapat berkontribusi pada bentuk-bentuk risiko yang lain, seperti risiko kelembagaan, lingkungan, keuangan, ekonomi dan politik; serta tetapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko-risiko bencana yang penting untuk diperhatikan.
64 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana
Catatan Panduan 4
Kotak 10 Mengenali risiko bencana: Penyusunan program di Republik Dominika
Suatu evaluasi program tingkat negara yang dilakukan IDB di Republik Dominika yang mencakup kurun waktu antara tahun 1991-2003 menyimpulkan bahwa dokumen-dokumen strategi tingkat negara terdahulu tidak memberikan analisis yang memadai terhadap meningkatnya kerentanan terhadap bahaya alam, yang diakibatkan oleh meningkatnya laju perusakan sumber-sumber daya alam, kemiskinan yang mengakar dan derasnya arus urbanisasi yang tidak terkontrol. Dokumen strategi untuk tahun 2001-2003 mendukung pembaruan yang menekankan pada pendekatan pencegahan dan antisipatif terhadap risiko bencana, dan konsep kelembagaan yang partisipatif, terdesentralisasi serta multisektor, tetapi pinjaman untuk program pencegahan bencana yang terkait dibatalkan sebelum dana dicairkan.
Belajar dari pengalaman ini dan kenyataan bahwa Republik Dominika masih perlu membangun mekanisme koordinasi antarwilayah dan kelembagaan untuk mencegah, mengurangi dan merespons bahaya alam, dokumen strategi tahun 2005-2008 mengidentifikasi bencana sebagai risiko program IDB dan berpotensi membahayakan pencapaian tujuan-tujuan strategis. Program-program yang diusulkan mencakup pembentukan sebuah fasilitas sektor untuk pencegahan bencana dan pengurangan risiko dalam rangka mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan yang terkait. Namun, strategi program di tingkat negara juga menyatakan bahwa: “Walaupun program menangani isu ini sebagai tantangan pembangunan dan mendorong diupayakannya tindakan-tindakan yang spesifik, kita tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa tetap saja bencana berskala besar dapat menggeser program dan portofolio ke arah operasi bantuan kemanusiaan darurat saja. Walau program memang mengusulkan tindakan-tindakan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, kemampuan IDB untuk mengurangi risiko masih terbatas” (hal. 29-30).
Sumber: IDB. Country program evaluation: Dominican Republic, 1991–2003. Washington, DC: Inter-American Development Bank, Office of Evaluation and Oversight, 2005; IDB. Dominican Republic: IDB Strategy with the Dominican Republic. Washington, DC: Inter-American Development Bank, 2005. Dapat diakses di: http://idbdocs.iadb.org/wsdocs/getdocument.aspx?docnum=566406
Langkah 8. Mengembangkan kerangka hasil dan kerangka indikator
Jika pengurangan risiko bencana menjadi tujuan pokok, masukkan sasaran-sasaran dan indikator-indikator terkait ke dalam kerangka hasil atau kerangka indikator untuk memantau pelaksanaan dan menilai dampak program. (Lihat juga Catatan Panduan 6).
Indikator-indikator hasil sebaiknya bersifat kuantitatif (dengan disertai data dasar/baseline untuk mengukur kemajuan), akurat, dapat diperoleh dengan cepat dan murah, relevan dan memadai untuk menilai kinerja. Untuk mengukur pencapaian keseluruhan program dan hasil-hasil strategis jangka lebih panjang, kita harus menggunakan indikator-indikator yang berdasarkan pada pengurangan kerentanan (pengurangan kemungkinan kerugian yang dapat timbul) dan bukan pengurangan kerugian-kerugian aktual yang ditimbulkan bencana karena dalam kerangka waktu pelaksanaan program belum tentu terjadi bencana. Berbagai upaya tengah dilaksanakan untuk mengembangkan indikator-indikator kuantitatif yang relevan di tingkat nasional dan subnasional (lihat Kotak 2) meskipun indikator yang sebagiannya didasarkan pada kerugian aktual harus ditangani dengan hati-hati. Selain itu, harus ditentukan juga apakah indikator-indikator yang dipilih dapat sering diperbarui agar dapat berguna sebagai perangkat pemantauan dan evaluasi. Peluang potensial untuk mengukur pengurangan risiko bencana melalui indikator-indikator hasil lainnya juga harus dijajaki, misalnya, melalui penurunan tingkat korelasi antara fluktuasi persentase penduduk yang berpendapatan di bawah satu dolar AS perhari dengan tingkat kejadian bahaya; atau korelasi antara jumlah anak dengan berat badan di bawah normal dengan suatu kejadian bahaya (Lihat Catatan Panduan 13 dan UNDP dan UN-ISDR [2006] untuk informasi lebih lanjut). Dalam memilih indikator, penting juga untuk membedakan antara wilayah-wilayah geografis dan/atau tematik yang memiliki risiko lebih tinggi dan yang lebih rendah
Kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana dapat diukur dengan menggunakan indikator keluaran yang lebih spesifik yang relevan (misalnya, disahkannya undang-undang manajemen bencana; dilaksanakannya percontohan/pilot investasi-investasi skala kecil di bidang pengurangan risiko bencana; jaring pengaman sosial kebencanaan terintegrasi sepenuhnya ke dalam strategi penanggulangan kemiskinan; atau penguatan kesadaran publik akan risiko-risiko bencana).
Pemantauan dan evaluasi Langkah 9. Pemantauan dan evaluasi
Jajaki peluang yang tercipta melalui evaluasi-evaluasi kinerja untuk menentukan apakah strategi-strategi di tingkat negara perlu disesuaikan setelah terjadi suatu bencana, dan kaji pencapaian serta kelemahan-kelemahan risiko bencana dari strategi-strategi ini sebagai bagian dari evaluasi final di akhir program.
Evaluasi final harus mempertimbangkan: apakah analisis awal terhadap risiko bencana sudah memadai; apakah risiko bencana telah ditangani dengan efisien dan selayaknya dalam batas-batas program; bagaimana bencana yang terjadi selama pelaksanaan program telah memengaruhi hasil dan efektivitas program; dan apakah keberlanjutan hasil program potensial terancam oleh bencana di masa depan. Isu-isu ini harus ditelaah dalam mengevaluasi program di tingkat negara di semua negara yang rawan bencana, baik di negara yang menangani risiko bencana secara eksplisit maupun yang tidak.
Langkah berulang: Konsultasi terus-menerus dengan para pemangku kepentingan
Libatkan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai untuk memunculkan isu-isu kebencanaan utama, seperti langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani aspek-aspek risiko dan kerentanan tertentu; kekurangan dalam sistem dan mekanisme tanggap bencana yang ada pada saat ini, termasuk dalam perangkat-perangkat perlindungan sosial; bagaimana pengaruh bencana dan risiko-risiko terkait pada tantangan- tantangan pembangunan lainnya; serta bagaimana suatu kejadian bahaya berpotensi untuk menghambat pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran jangka panjang. Pengetahuan dan keahlian semacam ini bisa didapatkan dari kementerian terkait (misalnya, kesejahteraan sosial, pertanian, transportasi, kesehatan) dan badan-badan yang khusus mengurusi bencana di pemerintah pusat dan daerah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta serta lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Dalam proses konsultasi dengan para pemangku kepentingan kita harus memperhatikan dan memastikan agar kelompok-kelompok yang sangat rentan benar-benar terwakili dan kepentingan serta kebutuhan mereka yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana dibahas secara eksplisit.
Konsultasi dengan pihak luar perlu diulang beberapa kali dalam tahap-tahap persiapan dari penyusunan dan pelaksanaan strategi.
3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
Strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan internal yang sesuai. Strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan besar lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan menjadi kerangka perumusan program di tingkat negara. Strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan ini perlu memperhatikan pengurangan risiko bencana, sebagai suatu isu pembangunan alih-alih sebagai tanggung jawab dari bagian-bagian kemanusiaan lembaga mereka saja.
Prioritas pemerintah dalam pengurangan risiko bencana. Sejalan dengan semakin diselaraskannya program- program tingkat negara yang disusun lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dengan strategi-strategi pembangunan dan penanggulangan kemiskinan nasional dan karena program-program tersebut disusun semakin disusun agar bisa berperan dalam pencapaian tujuan-tujuan nasional, pemerintah di negara-negara dengan risiko tinggi juga perlu memprioritaskan pengurangan risiko sebagai sebuah tantangan pembangunan yang penting. Ini terutama penting ketika, sebagaimana berlaku pada sejumlah lembaga pembangunan, program di tingkat negara harus dinegosiasikan dengan pemerintah nasional. Lembaga- lembaga pembangunan perlu menjajaki insentif-insentif yang perlu untuk mendorong pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pengurangan risiko bencana. Mereka juga harus melakukan kerja advokasi terkait untuk mempromosikan manfaat pengurangan risiko bencana dan meyakinkan pemerintah bahwa bantuan pascabencana yang berasal dari luar seringkali bukan merupakan dana tambahan bagi pembangunan, melainkan sebaliknya malah menggerogoti dana pembangunan itu sendiri.
Penyusunan sasaran-sasaran pengurangan bencana yang diakui secara internasional. Sehubungan dengan faktor di atas, ada kecenderungan yang semakin menguat untuk menyepakati sasaran-sasaran pembangunan utama yang lebih koheren, seperti misalnya Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (MDG), yang memberikan satu fokus yang sama bagi donor maupun pemerintah. Penyusunan sasaran-sasaran yang sama dalam hal pengurangan bencana maupun pemaduan pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana secara eksplisit ke dalam
66 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana
MDG akan berperan penting dalam menggalang perhatian yang lebih besar terhadap risiko-risiko bencana (lihat Catatan Panduan 3 ).
Konsultasi yang transparan, menyertakan semua pihak dan bertanggung gugat. Proses konsultasi harus memberikan
peluang kepada kelompok-kelompok miskin dan terpinggirkan, yang seringkali merupakan kelompok yang paling rentan terhadap bahaya alam, untuk menyampaikan aspirasi mereka, dan memastikan agar kepentingan- kepentingan kelompok ini ditangani dengan memadai dan hak-hak mereka dilindungi.
Motivasi perseorangan. Staf yang bertanggung jawab atas wilayah-wilayah geografis tertentu atau para pimpinan
tim yang bertanggung jawab atas penyusunan strategi-strategi tingkat negara perlu ditingkatkan kepekaannya terhadap pentingnya risiko bencana.
Dukungan teknis. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menyediakan dukungan
teknis internal yang sesuai untuk membantu pemaduan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana ke dalam penyusunan program di tingkat negara.
Minimalisasi biaya. Pertimbangan-pertimbangan risiko bencana harus dipadukan ke dalam penyusunan program
di tingkat negara dengan biaya seminimal mungkin. Pengumpulan informasi dan analisis serta kajian awal yang akurat akan seberapa penting dan relevannya risiko bencana dapat membantu mencapai hal ini. Lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan harus selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak lain, terutama bila program-program tingkat negara lembaga mengikuti siklus-siklus yang sama (misalnya, mengikuti siklus penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan atau siklus pemilu).