Penggunaan metode penghidupan berkelanjutan dalam mengkaji bahaya dan risiko bencana

5. Penggunaan metode penghidupan berkelanjutan dalam mengkaji bahaya dan risiko bencana

Metodologi umum

Tidak ada aturan baku tentang bagaimana menerapkan pemikiran penghidupan berkelanjutan ke dalam proyek atau dalam melaksanakan pengkajian. Tujuan utamanya adalah memahami penghidupan kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang berbeda yang terpengaruh oleh proyek dan pengaruh yang dialaminya. Dari sini, kemudian mungkin dapat segera diidentifikasi masukan-masukan atau pilihan-pilihan untuk memperbaiki penghidupan dengan membangun dan melindungi aset penghidupan atau memengaruhi lembaga, kebijakan dan proses yang terlibat. Meskipun pengkajian penghidupan berkelanjutan mengidentifikasi beberapa masukan serupa, pendekatan yang paling tepat mungkin adalah intervensi sektor tunggal sejauh hal itu memperhitungkan keterkaitan lintas sektor dan mempertimbangkan semua potensi dampak proyek terhadap penghidupan masyarakat rentan.

Kerangka kerja penghidupan berkelanjutan dapat digunakan bersama dengan perangkat penilaian yang lain sebagai daftar uji atau untuk merangkai gagasan. Dapat dilakukan analisis penghidupan yang khusus; selain itu, analisis yang lain dapat dimodifikasi untuk mempertimbangkan masalah-masalah penghidupan berkelanjutan, atau penemuan-penemuan dari penelitian teknis lain dapat ditinjau dari perspektif penghidupan berkelanjutan – banyak analisis penghidupan berkelanjutan memanfaatkan hasil dari pengkajian lain. Dalam beberapa proyek,

2 Perilaku yang identik dengan penggunaan kekuasaan secara tidak sah dan/atau penggunaan kekerasan oleh aktivis politik.

C a t a t a n P a n d u a n 10

Perencana sebaiknya lebih menitikberatkan pada analisis daripada pengumpulan informasi dan jika mungkin menggunakan informasi yang sudah ada. Informasi dan analisis tambahan kadangkala mungkin diperlukan, tetapi analisis penghidupan tidak harus mengkaji setiap aspek secara mendalam. Dalam melihat konteks kerentanan, misalnya, kita harus mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan, guncangan-guncangan dan aspek musiman yang ada yang sangat penting bagi penghidupan dalam wilayah proyek. Bagi proyek-proyek yang kecil dan terfokus, mungkin sebaiknya digunakan kerangka kerja penghidupan berkelanjutan sebagai daftar uji. Analisis yang lebih terperinci mungkin akan diperlukan bagi proyek-proyek yang lebih besar dan lebih rumit meskipun analisis yang menyeluruh seringkali dianggap lebih pas untuk program-program geografis dan sektoral berskala besar.

Seringkali tidak mungkin mengumpulkan anggota tim proyek yang berisi para pakar spesialis yang diperlukan untuk mengkaji setiap aspek penghidupan berkelanjutan. Jika demikian, maka penting bagi semua anggota tim proyek untuk memahami konsep-konsep dan pendekatan penghidupan berkelanjutan yang digunakan untuk memandang tugas mereka secara lebih luas, sehingga masalah-masalah dan kaitan-kaitan yang penting antara bagian-bagian kerangka analitis yang berbeda tidak diabaikan.

Fase analisis penghidupan berkelanjutan

Pendekatan sebaiknya dibagi dalam berbagai fase, 3 dimulai dengan melihat sekilas faktor-faktor risiko yang penting (sering lebih berbentuk deskriptif) dan proses identifikasi dari hubungan dan keterkaitan yang mungkin ada di antara faktor-faktor tersebut. Sebaiknya, proses tersebut mengarah pada analisis masalah kunci, sifat dari perubahan yang diharapkan, strategi bertahan dan solusi potensial secara lebih mendalam. Tahap-tahap pengumpulan data dan analisis ini dapat disesuaikan dengan urutan kegiatan baku dalam identifikasi dan penilaian proyek (lihat Tabel

2 yang menjelaskan secara ringkas perkiraan urutan pengkajian jaminan penghidupan keseluruhan: urutan yang tepat akan bervariasi tergantung tujuan proyek dan informasi yang dicari).

Tabel 2 Fase-fase analisis penghidupan berkelanjutan dalam perencanaan proyek 4

Fase siklus

Fase analisis

Tujuan

Kegiatan utama

proyek 4 penghidupan berkelanjutan

Pemrograman

Penetapan tujuan

Membuat tujuan

Merancang kerangka pengkajian dan rencana kerja

dan kerangka kerja untuk memandu analisis penghidupan berkelanjutan

Mengkaji apakah informasi yang ada sudah akurat dan

dan penilaian

informasi yang ada parameter bagi

Mengidentifikasi masalah-masalah penghidupan pokok

informasi primer

untuk dikaji melalui pengumpulan data lapangan Mengesahkan kesimpulan melalui pembahasan dengan

para pemangku kepentingan. Merancang pendekatan untuk mengumpulkan informasi yang baru

3 Banyak pedoman tidak menetapkan rangkaian kegiatan untuk melaksanakan analisis penghidupan berkelanjutan, tetapi pada praktiknya hal ini harus diatur dalam suatu bentuk atau yang lain. Banyak pedoman tidak menetapkan rangkaian kegiatan untuk melaksanakan analisis penghidupan berkelanjutan, tetapi pada praktiknya hal ini harus diatur dalam suatu bentuk atau yang lain. 4 Lihat Catatan Panduan 5 untuk pembahasan tentang proses perencanaan proyek yang lebih mendetil.

144 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Pemilihan lokasi (yang dipilih untuk mencakup variasi

(persiapan)

lapangan yang

dalam sistem penghidupan, rintangan-rintangan dan baru atau

pemahaman akan

masalah-masalah

sumber-sumber kerentanan)

tambahan

pokok dan mengisi

Kerja persiapan dengan masyarakat yang terlibat dalam

kesenjangan

penelitian lapangan

informasi

Pelatihan tim lapangan Pengumpulan data lapangan, masukan data, penyusunan data dan analisis data lapangan (proses yang berulang- ulang)

Penilaian

Analisis masalah

Perbaikan informasi,

Analisis berbagai pemangku kepentingan dan rancangan

(Persiapan)

dan peluang

identifikasi masalah

lokakarya

dan peluang, dan seleksi intervensi

Penilaian

Rancangan proyek

(Persiapan)

Diadaptasi dari Frankenberger, T. Drinkwater, M. dan Maxwell, D. ‘Operationalizing household livelihood security’. Dalam Proceedings from the Forum on Operationalizing Sustainable Livelihoods Approaches, Pontignano (Siena) 7-11 Maret 2000. Roma: United Nations Food and Agriculture Organization. Dapat diakses di: http://www.fao.org/documents/show_cdr.asp?url_file=/docrep/003/x9371e15.htm; ibid., Lampiran 3; CARE. Household Livelihood Security Training & Facilitation Manual. Atlanta: CARE USA, Partnership and Househool Livelihood Security Unit, 2000. Dapat diakses di: http://www.kcenter.com/phls/hls.htm

Pengumpulan dan analisis data

Beragam teknik yang sering dipakai dalam pengumpulan dan analisis data penghidupan berkelanjutan dapat diterapkan untuk mengkaji konteks kerentanan, dampaknya terhadap aset dan strategi penghidupan, dan cara- cara untuk memperkuat aset dan strategi tersebut. Tabel 3 menyajikan daftar aset dan strategi yang paling relevan dengan kerentanan yang berkaitan dengan bahaya (meskipun aspek-aspek penghidupan berkelanjutan lain juga dibahas).

Tabel 3 Perangkat untuk mengkaji kerentanan yang diakibatkan oleh bahaya dalam

analisis penghidupan berkelanjutan

Metode

Penerapan dalam Kerentanan

Pengumpulan data sekunder Informasi kontekstual tentang berbagai macam masalah termasuk goncangan dan (laporan, riset, statistik, dll)

tekanan dari pihak luar yang kemungkinan akan mempengaruhi penghidupan (misalnya kecenderungan curah hujan dan suhu, lokasi dan ciri bahaya alam), kesehatan (morbiditas dan mortalitas), harga-harga, persediaan sumber daya – untuk melengkapi namun tidak untuk mengganti data primer.

Daftar periksa tentang Pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi dan permasalahan lingkungan

lingkungan, yang mengungkap keterkaitan antara penduduk miskin dengan lingkungan mereka (misalnya apa peran sumber daya lingkungan terhadap penghidupan; bagaimana bahaya, kerusakan dan perubahan lingkungan berpengaruh terhadap penghidupan dan sebaliknya?)

Survei-survei contoh Data kuantitatif tentang ekonomi rumah tangga (pendapatan, biaya, dll.), aset dan strategi penghidupan

Wawancara (perseorangan, Informasi dari berbagai perspektif (masyarakat, pemangku kepentingan setempat yang keluarga, kelompok

lain, pakar dari luar) tentang kejadian-kejadian yang menyebabkan tekanan penghidupan, masyarakat, nara sumber

kerentanan diferensial dan efektivitas dari perilaku adaptif.

kunci), kelompok fokus Studi Kasus Perseorangan dan Data tentang pengalaman dan ketangguhan penghidupan yang berbeda terhadap

Keluarga

ancaman-ancaman lingkungan dan guncangan-guncangan lainnya

C a t a t a n P a n d u a n 10

Metode

Penerapan dalam Kerentanan

Urutan waktu Kejadian historis dan profil kejadian atau kecenderungan jangka panjang (misalnya banjir, kekeringan, epidemi, kecenderungan dan siklus lingkungan setempat)

Kalender musiman Menggambarkan kejadian dan kecenderungan musiman, dengan mengidentifikasi konteks kerentanan, aset dan strategi penghidupan (misalnya curah hujan, tingkat pangan pada masa yang berbeda dalam satu tahun, jadwal tanam dan pemanenan, harga bahan pangan, perubahan dalam status kesehatan)

Preferensi, matriks, dan Mengungkap kerentanan aset penghidupan kelompok yang satu dengan yang lainnya ranking kesejahteraan

terhadap gejolak dan guncangan dan strategi yang mereka pakai dalam mengatasinya Pemetaan

Identifikasi ciri-ciri fisik dan lingkungan (termasuk bahaya), penggunaan lahan, sumber daya alam dan sosial (aset/modal) 5

Diagram Venn dan metode- Modal sosial, hubungan antar kelompok, kebijakan kelembagaan dan lingkungan metode penilaian/pemetaan kelembagaan lainnya

Sumber: DFID (1999-2005), Sustainable Livelihoods Guidance Sheet 4; CARE/TANGO International (2002). 5

Pengkajian sebaiknya menggunakan bermacam metode untuk mencakup unsur-unsur yang berbeda dalam kerentanan dan ketangguhan penghidupan, mengesahkan data melalui proses triangulasi dan pengecekan silang. Banyak data yang diperoleh melalui kerja lapangan bersifat kualitatif (terutama jika digunakan teknik penilaian partisipatif), tetapi banyak data sekunder yang cenderung kuantitatif dan pengkajian lapangan dapat memasukkan metode kuantitatif seperti survei rumah tangga atau kesehatan. Banyak informasi kontekstual tentang ciri lingkungan (termasuk bahaya) dan ketangguhan penghidupan bisa dikumpulkan melalui pengkajian awal yang berdasar pada data sekunder, wawancara dengan nara sumber kunci dan barangkali pertemuan masyarakat (lihat juga Catatan Panduan 2 ). Tinjauan informasi yang ada sebaiknya dibuat sekomprehensif mungkin dan hasil-hasil penelitian biasanya disahkan oleh pemangku kepentingan sebelum mengumpulkan data lapangan yang baru.

Pengkajian risiko formal biasanya tidak dianggap perlu dalam analisis penghidupan rutin, tetapi bisa diperlukan dalam berbagai situasi.

Indikator

Konteks kerentanan. Berbagai indikator dapat digunakan untuk mengidentifikasi pentingnya kerentanan dan perubahan yang diakibatkan pihak luar sepanjang waktu. Contoh yang dijelaskan pada Tabel 4 adalah hasil dari pengkajian penghidupan yang dilaksanakan bagi proyek irigasi di India Selatan, indikator yang dikembangkan oleh tim diselidiki dan dibahas dengan masyarakat yang terpengaruh oleh proyek.

Tabel 4 Indikator guncangan, tren dan variasi musiman

Goncangan

 Kesehatan manusia (epidemi, masa kelaparan, dll)  Goncangan dari alam (kekeringan, banjir, dll)  Penyakit ternak dan gagal panen  Gejolak ekonomi (variasi harga yang mendadak, masa pengangguran, dll)  Konflik (antara pemilik lahan dengan yang tidak memiliki lahan, antara pihak dinas irigasi dengan petani dan

pihak lain)  Kejadian teknis dan sosial lain yang penting (misalnya, pengenalan mekanisasi, pembangunan sumur/ pengeboran, persediaan air, pengenalan televisi dan telepon ke pedesaan)

5 Ini dilakukan dengan menggunakan peta, survei resmi dan kumpulan data lain. Dalam kerja yang berbasis masyarakat, teknik partisipatori seperti jalur transect dan pemetaan sosial bisa digunakan.

146 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Kecenderungan dan perubahan seiring dengan waktu

 Perubahan dalam sumber penghasilan utama, kemunculan kegiatan-kegiatan baru yang menghasilkan uang  Hasil produksi pertanian (jenis panenan) dan perubahan-perubahan pekerjaan yang dilaksanakan, dampak

pada menu makanan, penggunaan pupuk dan pestisida, dampak dari mekanisasi dan irigasi  Pemasaran bahan pangan yang berbeda, akses pasar, harga bahan pangan dan barang konsumsi  Akses dan penggunaan sumber daya alam seperti air, perikanan, kayu dan pakan ternak, perubahan keragaman

hayati dan dampak terhadap kehidupan sehari-hari  Perubahan penduduk, termasuk perpindahan penduduk, keluarga berencana, jumlah anggota keluarga,

persentase pemilik tanah/penggarap  Cara-cara yang memungkinkan hidup membaik atau memburuk, termasuk kecenderungan konsumsi,

kesehatan, pendidikan, taraf hidup, nilai-nilai keluarga, infrastruktur (transportasi, rumah sakit), perilaku menabung

Variasi musiman

 Harga ikan, beras, dan hasil penen lain serta sayur mayur (variasi harga menunjukkan ketersediaan dan produksi makanan ini)  Frekuensi makan, dibedakan antara orang dewasa, orang tua dan anak-anak  Ketersediaan air, baik di bendungan dan sumur, maupun dari curah hujan  Beban kerja dan peluang bekerja  Kesehatan (kasus penyakit)  Konsumsi ikan, ayam dan daging kambing  Pengeluaran rumah tangga (perayaan keagamaan dan sekolah, dll)  Ketersediaan pakan ternak dan kayu bakar  Akses pasar dan infrastruktur lain

Sumber: Brugere, C. dan Lingard, J. Evaluation of a Livelihoods Approach in Assessing the Introduction of Poverty-Focused Aquaculture into a Large- Scale Irrigation System in Tamil Nadu, India. Newcastle-upon-Tyne, UK: University of Newcastle, School of Agriculture, Food and Rural Development, 2001. Dapat diakses di: http:/www.livelihoods.org/post/Docs/SLA_Aqua.pdf

Kerentanan penghidupan terhadap guncangan dan tekanan. Berbagai macam indikator dapat digunakan untuk mengkaji kerentanan penghidupan atau jaminan penghidupan secara komprehensif. Dalam banyak kasus, satu fokus yang lebih sempit bisa jadi bersifat lebih praktis, tergantung pada kapasitas, sumber daya dan besar sampel. Hal ini dapat menitikberatkan pada guncangan-guncangan dan tekanan-tekanan yang berasal dari pihak luar (Kotak

3 adalah contohnya).

Kotak 3 Mengkaji kerentanan terhadap cuaca musim dingin

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 berupaya untuk mengidentifikasi dampak cuaca musim dingin terhadap penghidupan keluarga-keluarga miskin di ibukota negara Afganishtan, Kabul, dan untuk mengidentifikasi program pembangunan yang tepat. Penelitian ini mensurvei 100 keluarga yang telah dipilih, yang anggotanya diwawancarai tiga kali selama 3,5 bulan. Penelitian ini menaruh perhatian pada ancaman- ancaman cuaca tertentu yang disebabkan oleh musim dingin, kerentanan keluarga terhadap dampak tersebut, strategi pertahanan diri mereka, dan dampak dari program pemberian uang tunai sebagai upah kerja (cash- for-work) yang dilakukan oleh organisasi nonpemerintah.

Bukti-bukti dikumpulkan berhubungan dengan indikator berikut ini: Ancaman musim dingin

 Mutu bangunan rumah dan fasilitas pokok  Daya beli bahan bakar  Kepemilikan barang-barang seperti selimut dan baju hangat  Jaminan hak milik  Akses mendapatkan pekerjaan selama musim dingin dan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan

dan akses mereka untuk mendapat pekerjaan  Kepemilikan aset produksi (misal, lahan, ternak, peralatan) dan aset materi lain (misal, radio, perhiasan)  Status kesehatan

C a t a t a n P a n d u a n 10

Strategi Pertahanan diri (dalam kaitannya dengan):  Cuaca musim dingin (misalnya cara memperoleh bahan bakar dan makanan, berganti makanan atau pola

konsumsi)  Pendapatan (misalnya dengan mencari pekerjaan alternatif, meminjam, menjual harta benda, mengemis,

berbagi pendapatan dan pengeluaran antaranggota keluarga dalam keluarga besar, pindah rumah, berpaling pada bantuan sosial)

Perubahan terhadap indikator-indikator seiring perjalanan waktu sebagai akibat dari pemberian uang tunai sebagai upah kerja juga diukur.

Berdasar pada temuannya, penelitian ini mampu merekomendasikan berbagai modifikasi dan perbaikan praktis bagi program pendampingan pembangunan.

Sumber: Grace, J. One Hundred Households in Kabul: A study of winter coping strategies, and the impact of cash-for-work programmes on the lives of the “vulnerable”. Kabul: Afghanistan Research and Evaluation Unit, 2003. Datap diakses di: http://www.areu.org.af

6. Faktor-faktor penentu keberhasilan

Secara umum, analisis penghidupan berkelanjutan sebaiknya berdasar pada pemikiran holistik dan pendekatan lintas disiplin dalam usaha mengidentifikasi semua halangan, aset dan peluang yang relevan dan menghubungkannya satu dengan yang lain.

Faktor-faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam memasukkan bahaya-bahaya alam ke dalam pengkajian penghidupan berkelanjutan antara lain adalah:  Pengakuan bahwa kerentanan (baik eksternal maupun internal) merupakan hal yang sangat mendasar bagi

penghidupan.  Penghargaan bahwa konteks penghidupan dan kerentanan bersifat dinamis dan dapat berubah dengan cepat.  Pertimbangan yang eksplisit tentang signifikansi bahaya dan dampaknya dalam pengkajian kerentanan (hal

ini tidak berarti bahwa harus ada penekanan khusus pada bahaya, hanya bahwa kepentingan relatifnya dalam konteks kerentanan sebaiknya dikaji dengan lebih layak dan diingat).

 Pengakuan terhadap pentingnya pendapat dan pengalaman orang miskin dalam memahami konteks kerentanan dan dampak yang ditimbulkannya.

Kotak 4 Peristilahan dalam bidang bahaya dan kebencanaan

Mereka yang telah lama bergerak dalam bidang kebencanaan umumnya mengakui bahwa penggunaan istilah dalam bidang bahaya dan kebencanaan seringkali tidak konsisten, sesuatu yang mencerminkan bahwa bidang ini melibatkan para praktisi dan peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Rangkaian Catatan Panduan ini menggunakan istilah-istilah kunci di bawah ini:

Bahaya alam adalah suatu kejadian geofisik, atmosferik (berkaitan dengan atmosfer) atau hidrologis (misalnya, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin ribut, ombak atau gelombang pasang, banjir atau kekeringan) yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian.

Kerentanan adalah potensi untuk tertimpa kerusakan atau kerugian, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari dampak bahaya. Baik kerentanan maupun lawannya, ketangguhan, ditentukan oleh faktor-faktor fisik, lingkungan sosial, politik, budaya dan kelembagaan.

Bencana adalah berlangsungnya suatu kejadian bahaya yang luar biasa yang menimbulkan dampak pada komunitas-komunitas rentan dan mengakibatkan kerusakan, gangguan dan korban yang besar, serta membuat kehidupan komunitas yang terkena dampak tidak dapat berjalan dengan normal tanpa bantuan dari pihak luar.

148 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Risiko Bencana adalah gabungan dari karakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur- unsur tersebut. 6

Mitigasi adalah segala bentuk langkah struktural (fisik) atau nonstruktural (misalnya, perencanaan penggunaan lahan, pendidikan publik) yang dilaksanakan untuk meminimalkan dampak merugikan dari kejadian-kejadian bahaya alam yang potensial timbul.

Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan sebelum terjadinya bahaya- bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan harta benda jika mereka terancam dan untuk memastikan respons yang efektif (misalnya dengan menumpuk bahan pangan).

Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana untuk, secara berurut, menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta pelayanan masyarakat.

Bacaan lebih lanjut

Ariyabandu, M.M. dan Bhatti, A. Livelihood Centred Approach to Disaster Management: A Policy Framework for South Asia . Colombo/Islamabad: ITDG South Asia/Rural Development Policy Institute, 2005.

Ashley, C. dan Carney, D. Sustainable Livelihoods: Lessons from early experience. London: Department for International Development (UK), 1999. Dapat diakses di: http://www.livelihoods.org/info/docs/nrcadc.pdf

Cannon, T., Twigg, J. dan Rowell, J. Social Vulnerability, Sustainable Livelihoods and Disasters: Report to DFID Conflict and Humanitarian Assistance Department and Sustainable Livelihoods Support Office. London: University of Greenwich, Natural Research Institute, 2003. Dapat diakses di: http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/projects/soc_vuln_ sust_live.pdf

CARE/TANGO International. Household Livelihood Security Assessment: A Toolkit for Practitioners. Atlanta: CARE USA Partnership and Household Livelihood Security Unit, 2002. Dapat diakses di: http://www.kcenter.com/phls/ HLSA%20Toolkit_Final.PDF

Carney, D. et.al. Livelihoods Approaches Compared. London: Department for International Development (UK), 1999. Dapat diakses di: http://www.livelihoods.org/info/docs/lacv3.pdf

DFID. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. London: Department for International Development (UK), 1999-2005. Dapat diakses di: http://www.livelihoods.org/info/info_guidancesheets.html

Situs web Livelihoods Connect (http://www.livelihoods.org) (kumpulan dokumen-dokumen utama yang bisa diakses di internet: konsep, metode, penerapan, pelatihan).

Pasteur, K. Tools for Sustainable Livelihoods: Project and Programme Planning. Brighton, UK: Institute of Development Studies, 2001. Dapat diakses di: http://www.liveihoods.org/info/tools/pas-pp01.rtf

Pasteur, K. Tools for Sustainable Livelihoods: Livelihoods Monitoring and Evaluation. Brighton, UK: Institute of Development Studies, 2001. Dapat diakses di: http://www.liveihoods.org/info/tools/PAS-ME01.rtf

Twigg, J. Sustainable Livelihoods and Vulnerability to Disasters. Disaster Studies Working Paper 2. London: Benfield Hazard Research Centre, 2001. Dapat diakses di: http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/working_papers/workingpaper2.pdf

6 Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih umum digunakan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pengurangan risiko.

C a t a t a n P a n d u a n 10

Catatan panduan ini ditulis oleh John Twigg. Penulis menyatakan terimakasih kepada Madhavi Ariyabandu (UNDP Srilanka), Eleanor Fisher (Centre for Development Studies, University of Wales Swansea), Jonathan Wadsworth (DFID), Hilary Warburton (Practical Action), Tim Penasihat proyek dan Sekretariat Konsorsium ProVention atas saran dan komentarnya yang sangat berharga. Terima kasih juga dihaturkan atas dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia (Sida). Pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat Proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek.

Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang diterbitkan oleh Konsorsium ProVention bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyesuaikan alat-alat penilaian dan evaluasi proyek agar dapat mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan mereka di negara-negara yang rawan bahaya. Rangkaian ini mengulas topik-topik berikut: (1) Pengantar buku panduan; (2) Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam; (3) Strategi Penanggulangan Kemiskinan; (4) Penyusunan program di tingkat negara; (5) Manajemen siklus proyek; (6) Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil; (7) Pengkajian lingkungan; (8) Analisis ekonomi; (9) Analisis kerentanan dan kapasitas; (10) Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan; (11) Pengkajian dampak sosial; (12) Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi; (13) Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana; dan (14) Dukungan anggaran. Rangkaian catatan panduan dalam versi utuh, berikut studi pencakupan oleh Charlotte Benson dan John Twigg, Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation, dapat diakses di http://www.proventionconsortium. org/mainstreaming_tools

ProVention Consortium Secretariat

PO Box 372, 1211 Geneva 19, Switzerland E-mail: [email protected] Website: www.proventionconsortium.org

Hak Cipta © 2007 pada Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. Pandangan-pandangan yang terkandung di dalam catatan panduan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Internasional/Konsorsium ProVention.

P E R A N G K AT U N T U K M E N G A R U S U TA M A K A N P E N G U R A N G A N R I S I KO B E N C A N A