Beberapa keberhasilan yang teramati

Kotak 3 Beberapa keberhasilan yang teramati

Untuk bisa memastikan apakah penggunaan teknik-teknik mendirikan atau menguatkan bangunan secara aman berhasil memberikan daya tahan yang memadai terhadap bahaya bukanlah hal yang mudah karena konstruksi yang dimaksud belum pernah terkena bahaya yang dimaksudkan dalam rancang bangun tersebut. Namun, ada juga beberapa pengecualian, seperti:  Pada 1977, menyusul terjadinya siklon yang menghancurleburkan kawasan pesisir di Andhra Pradesh,

India, sebuah kelompok sukarelawan bernama AWARE membangun 1.500 rumah di Distrik Krishna. Rumah-rumah ini menggunakan rancangan tahan siklon dari Institut Riset Bangunan Sentral (Central Building Research Institute) yang menggunakan dinding beton batako (terbuat dari semen dan kerakal andesit) dengan atap papan beton. Dari rumah-rumah ini, 1.474 rumah bisa menahan siklon yang lebih Dari rumah-rumah ini, 1.474 rumah bisa menahan siklon yang lebih kuat saat menghantam kawasan itu pada 1990. 10

 Di Peru, lembaran-lembaran anyaman besi yang dilapisi adonan pasir dan semen dipasang di dinding rumah-rumah dari adobe (tanah liat yang dijemur) yang ada selama program penguatan prototipe. Ketika gempa Arequipa mengguncang Peru pada 2001, rumah-rumah ini tetap tegak tidak mengalami kerusakan, sementara rumah-rumah di sekitarnya runtuh atau rusak berat. 11

 Hanya dua sekolah yang masih berdiri di Grenada setelah Badai Ivan melanda (September 2004). Dua sekolah tersebut dulu pernah mengalami peremajaan melalui satu program Bank Dunia. Salah satu sekolah digunakan untuk menampung pengungsi setelah badai tersebut. 12

 Setelah Angin Topan Sisang melanda Filipina tahun 1987, Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan, bekerja sama dengan Pusat Kesiapsiagaan Bencana Asia (Asian Disaster Preparedness Center/ ADPC), membangun 450 unit rumah. Rumah-rumah tersebut dirancang dengan rumah inti yang terdiri dari tiang-tiang beton dengan selempang (pengikat) baja ke empat ujung atap dan rangka serta tiang penyangga. Digunakan bahan-bahan asli dari daerah setempat untuk semua atap dan pelapisan dinding. Rumah-rumah tersebut bisa bertahan dari dua angin topan berikutnya tanpa kerusakan berarti. 13

 Antara 27 Agustus dan 18 September 1995, Badai Luis dan Marilyn telah menyebabkan kerusakan pada 876 unit rumah di Dominika, sehingga menimbulkan total kerugian sebesar 4,2 juta dolar AS. Rumah-rumah kecil dari kayu yang hancur ternyata tidak mengikuti aturan setempat tentang mendirikan bangunan. Namun, semua bangunan yang telah diremajakan melalui Program Konstruksi yang Lebih Aman dari CDMP dengan melakukan secara sederhana terhadap konstruksi setempat, berhasil bertahan dari badai tersebut. 14

 Pada 29 Mei 1990, sebuah gempa dengan skala 5,8 melanda Alto-Mayo di Peru timur laut. Buruknya standar bangunan (terutama rumah-rumah yang terbuat dari tapial atau tanah liat) telah mengakibatkan lebih dari 3.000 rumah roboh; 65 orang tewas dan 607 terluka. Tecnologia Intermedia (IT Peru) 15 memperkenalkan satu model rumah quincha yang lebih baik, yang agak mengubah teknologi tradisional agar bisa mengurangi kerentanan terhadap gempa bumi di masa mendatang. Ketika gempa kedua dengan skala 6,2 menghantam kawasan itu pada bulan April 1991, sudah ada 70 rumah quincha yang dibangun

10 Sri, A.V.S. and Reddy, I.A.S. ‘The cyclone-prone coastal region of the State of Andhra Pradesh, India – A state-government approach’. Dalam Aysan, Y. et al., Developing building for safety programmes: Guidelines for organizing safe building improvement programmes in disaster-prone areas. London: Intermediate Technology Publications, 1995.

11 Blondet, Garcia and Brzev (2003). 12 World Bank. Grenada, Hurricane Ivan: Preliminary Assessment of Damages, September 17, 2004. Washington, DC: World Bank, 2004. Dapat diakses di: http://siteresources.worldbank.org/

INTDISMGMT/Resources/grenada_assessment.pdf 13 Diacon, D. ‘Typhoon resistant housing in the Philippines: The Core Shelter Project’. Disasters, 16 (3), 1992. 14 CDMP. Toolkit: A Manual for Implementation of the Hurricane-resistant Home Improvement Program in the Caribbean. Caribbean Disaster Mitigation Project publication series. Washington, DC:

Organization of American States, 1999. Dapat diakses di: http://www.oas.org/cdmp/document/toolkit/toolkit.htm 15 Berdasarkan pada Maskrey, A. ‘The Alto-Mayo reconstruction plan, Peru – an NGO approach’. Dalam Aysan et al. (1995) dan di Ferradas, P., ‘Post-disaster housing reconstruction for sustainable risk

reduction in Peru’, Open House International, 2006, 31(1).

168 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana 168 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Agar bisa membuat kriteria rancangan untuk sebuah proyek pengurangan risiko, harus dilakukan identifikasi bahaya, risiko yang ada saat ini dan tingkat risiko yang dapat diterima secara sosial. Satu pengkajian multibahaya harus dilakukan pada tahap awal untuk mengidentifikasi jenis-jenis bahaya, kemungkinan tingkat keparahan dan pengulangan kembali (lihat Catatan Panduan 2 dan 7). Suatu evaluasi tentang risiko yang ada saat ini mencakup identifikasi lokasi-lokasi yang paling mungkin menjadi tidak aman ketika terjadi bahaya alam (misalnya, wilayah- wilayah yang rentan banjir, tanah longsor atau liquifaksi yang diakibatkan gempa bumi) dan mengkaji tata guna lahan lokasi-lokasi tersebut serta mengkaji kemampuan konstruksi setempat untuk bertahan terhadap bahaya- bahaya yang telah diidentifikasi. Sebuah survei tentang bangunan-bangunan dan prasarana-prasarana yang ada dapat mengenali kerentanan-kerentanan yang tinggi sebelum terjadinya peristiwa berbahaya. Dalam sebuah skenario pascabencana, dapat dipetik pelajaran-pelajaran dari perilaku berbagai jenis konstruksi yang berbeda selama peristiwa tersebut. Survei-survei pascadiagnostik harus dimasukkan ke dalam program-program rekonstruksi

bahaya. Agar bisa menentukan risiko yang bisa diterima secara sosial, 16 aturan-aturan setempat dan tingkat nasional tentang mendirikan bangunan, 17 peraturan dan praktik unggulan internasional harus ditelaah untuk mendapatkan satu gagasan tentang tingkat risiko saat ini yang bisa diterima untuk berbagai bahaya dan prasarana berbeda. Sebagai contoh, dalam hampir semua aturan teknis mendirikan bangunan yang memperhitungkan gempa, struktur dirancang untuk bisa menahan gempa bumi yang berdistribusi normal dengan probabilitas 10 persen selama lebih dari 50 tahun (yaitu, peristiwa mempunyai periode perulangan 475 tahun). Pemerintah dan komunitas setempat harus diajak berdiskusi dan harus ditentukan tingkat risiko untuk rancangan tersebut. Penting diingat bahwa tingkat risiko yang diterima secara sosial akan berbeda-beda sesuai dengan pemanfaatan dan nilai penting fasilitas dan perkiraan kinerja setelah terjadinya peristiwa bahaya alam. Akhirnya, jika bahaya yang teridentifikasi memiiki tingkat risiko yang lebih besar dari yang bisa diterima secara sosial, harus ditetapkan kebutuhan untuk melakukan penilaian bahaya (dan/atau pemilihan ulang lokasi), dan risiko yang bisa diterima secara sosial dan bahaya-bahaya yang telah diidentifikasi menjadi kriteria rancangan untuk kerja-kerja konstruksi baru atau kerja-kerja penguatan.