Kerangka berbasis hasil untuk pengurangan risiko bencana
Kotak 4 Kerangka berbasis hasil untuk pengurangan risiko bencana
Program Peredaman Bencana Perkotaan di Negara-negara di Asia (Asian Urban Disaster Mitigation Program/ AUDMP) yang dilaksanakan oleh Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) mengembangkan sebuah Tujuan Strategis dan Kerangka Hasil dengan target-target hasil dan indikator-indikator untuk memandu dan menilai kemajuan serta hasil program (disarikan dalam sebuah pohon tujuan dan hasil; lihat diagram)
C a t a t a n P a n d u a n 13
Sasaran program: Berkurangnya kerentanan nasional terhadap bencana di Asia, terutama untuk masyarakat perkotaan, infrastruktur, fasilitas-fasilitas kehidupan
dasar dan tempat tinggal
Tujuan program:
Terbentuknya mekanisme-mekanisme publik dan sektor swasta yang berkelanjutan untuk peredaman bencana di Asia
Indikator:
1. Jumlah rencana operasional yang dikembangkan dengan sumber-sumber daya yang diidentifikasikan oleh lembaga- lembaga yang bekerjasama di tingkat nasional untuk melaksanakan program-program peredaman bencana setelah kegiatan-kegiatan percontohan berakhir
2. Jumlah replikasi atau adaptasi keterampilan-keterampilan dan prosedur-prosedur peredaman bencana yang diperkenalkan melalui kegiatan-kegiatan percontohan AUDMP yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga, komunitas- komunitas atau negara-negara di Asia
3. Jumlah nilai investasi dari sumber-sumber pendanaan non-AUDMP yang tertarik oleh program dan kegiatan-kegiatan percontohan 4. Jumlah keluarga yang potensial menerima manfaat dari kegiatan-kegiatan yang didukung AUDMP untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana
Hasil no. 1
Hasil no. 2
Hasil no. 3
Meningkatnya prakarsa pejabat pemerintah kota dalam
Meningkatnya kapasitas para
Meningkatnya akses terhadap informasi dan
dan kebijakan untuk mengelola risiko dan menerapkan
keterampilan-keterampilan untuk meredam
peredaman bencana keterampilan-keterampilan dan
bahaya (misalnya, teknik-teknik, metodologi,
pengalaman) di seluruh kawasan
Indikator:
teknologi-teknologi peredaman
3.1 Jumlah kebijakan yang bencana
Indikator:
2.1 Persentase para profesional baik dari
disusun atau direvisi
Indikator:
untuk memfasilitasi 1.1 Jumlah metode dan panduan/
sektor publik maupun swasta yang telah
tindakan, peraturan, standar baru atau yang
mengikuti pelatihan peredaman bencana
penegakan peraturan telah disempurnakan untuk
AUDMP yang bekerja dan menggunakan
dan/atau insentif pengembangan sektor publik
pengetahuan yang didapat di lapangan
yang berdampak pada penanggulangan
dan swasta
bencana atau pembangunan di daerah
1.2 Jumlah rencana kesiapsiagaan
perkotaan
dan tanggap darurat yang
2.2 Jumlah organisasi yang melembagakan
disusun atau direvisi sesuai
modul-modul pelatihan dan kursus
dengan meningkatnya
pengembangan profesional AUDMP
informasi tentang bahaya dan
2.3 Tingkat partisipasi dalam jaringan informasi
kerentanan . dan kontak regional AUDMP Kerangka yang disusun juga merinci target-target, informasi data dasar, sumber-sumber data dan kegiatan-
kegiatan utama. Contohnya, untuk Hasil no. 2, Indikator 2.1 (persentase yang bekerja dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh), meliputi: Standar/target: 75 persen dari kalangan profesional dari sektor publik dan swasta yang memperoleh
pelatihan melalui kursus-kursus peredaman bencana AUDMP selama periode program. Data dasar: Jumlah yang telah memperoleh pelatihan diperkirakan ada 150 orang (termasuk para peserta kursus-kursus utama di tingkat regional dan nasional, tetapi tidak termasuk mereka yang mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan spesifik proyek.
Sumber-sumber data: ADPC dan arsip lembaga pelatihan yang menjadi mitra. Survei atas peserta pelatihan dan para atasan mereka, yang diadakan sekitar enam sampai sembilan bulan setelah pelatihan, untuk mengetahui apakah pengetahuan yang disampaikan digunakan dalam kerja mereka. Laporan-laporan kegiatan yang memperlihatkan jumlah orang yang telah dilatih dan jumlah peserta pelatihan yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan terkait, jadwal-jadwal kursus, daftar peserta pelatihan dengan nama dan informasi tentang kedudukan mereka.
Kegiatan-kegiatan penting: Pengembangan kurikulum/bahan pelatihan, pelaksanaan kursus-kursus, perangkat untuk survei/penilaian tindak lanjut.
Sumber: Website AUDMP http://www.adpc.net/AUDMP/M&E.html dan http://www.adpc.net/AUDMP/ME-framework.html
186 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Langkah 2. Pengumpulan data
Sebagian besar evaluasi proyek PRB menggunakan metode pengumpulan data campuran (lihat Tabel 2 untuk contoh-contohnya). Pemilihan metode tergantung pada sifat dan skala proyek, frekuensi dan jenis informasi yang dibutuhkan, kemudahan dalam memperoleh dan biaya pengumpulan data.
Tabel 2 Metode-metode pengumpulan data 4
Metode
Contoh penggunaan dalam evaluasi PRB
Survei formal atas para Survei atas para tukang bangunan dan warga yang tinggal di rumah- penerima manfaat dan
rumah yang tahan bahaya untuk menilai apakah keterampilan- pemangku kepentingan lainnya 4 keterampilan yang diperoleh telah diterapkan dan apakah keamanan telah meningkat (lihat Kotak 5)
Survei rumah tangga tentang produksi pangan, ketersediaan pangan, konsumsi dan pemasaran untuk mengidentifikasi pola-pola dan perubahan-perubahan dalam hal kerentanan
Wawancara terstruktur dan semi Wawancara pemangku kepentingan individual untuk memperoleh terstruktur dengan staf, mitra,
gambaran akan tingkat pemahaman atas proyek, hubungan kerjasama para penerima manfaat dan
antara lembaga pelaksana-komunitas, efektivitas mekanisme koordinasi para pemangku kepentingan
dan hasil-hasil intervensi PRB
lainnya Diskusi kelompok dengan
Lokakarya para penerima manfaat untuk mengidentifikasikan dan para pemangku kepentingan,
menilai manfaat intervensi PRB tertentu dan dampak-dampak yang terutama komunitas penerima
tidak diperkirakan
manfaat (misalnya, melalui Lokakarya para ahli untuk menilai efektivitas potensial dari metode- lokakarya partisipatif, diskusi
metode atau pendekatan-pendekatan PRB yang baru
kelompok terfokus) Lokakarya umpan balik dengan para penerima manfaat dan pemangku kepentingan lainnya untuk menguji/mengkonfirmasi temuan-temuan evaluasi
Penilaian cepat Survei melalui telepon atau survei lapangan pascabencana untuk menentukan efektivitas mekanisme peringatan dini dan mekanisme respons serta faktor-faktor yang memengaruhi kedua hal ini
Pengamatan langsung dan Survei visual atas langkah-langkah peredaman struktural untuk survei visual
menilai kualitas perancangan dan pengerjaan, penggunaan teknologi atau teknik-teknik tertentu – ketangguhan terhadap bencana dapat disimpulkan dari ini atau dinilai melalui survei-survei pascabencana
Pengamatan atas strategi bertahan dan perilaku-perilaku lain yang mengurangi risiko – sebelum, selama dan setelah bencana
Studi kasus Cerita-cerita pribadi atau kelompok tentang digunakannya keterampilan- keterampilan, bahan-bahan dan kapasitas kelembagaan yang diperoleh melalui kursus-kursus penanggulangan bencana pada kejadian-kejadian bencana setelah kursus
Simulasi Simulasi atau latihan-latihan kelompok (di dalam kelas atau di lapangan) dalam kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana atau respons terhadap kejadian bencana, untuk menguji rencana-rencana, keterampilan, peralatan, dsb.
4 Informasi semacam ini juga dapat diperoleh melalui wawancara dan diskusi-diskusi kelompok.
C a t a t a n P a n d u a n 13
Metode
Contoh penggunaan dalam evaluasi PRB
Bukti-bukti dokumenter Analisis isi atas bahan-bahan pembelajaran tentang pengurangan dan
manajemen risiko yang diterbitkan oleh proyek Data kuantitatif dan kualitatif tentang hasil-hasil, efektivitas, dampak
dan biaya proyek, dari dokumentasi proyek Pengumpulan data sekunder untuk melengkapi atau memvalidasi
informasi yang dikumpulkan oleh para evaluator di lapangan
Kotak 5 Penggunaan survei untuk menilai pengurangan risiko
Suatu evaluasi atas program bantuan pendanaan untuk membangun dan meningkatkan perumahan di Andhra Pradesh, India, meneliti sampel seratus penerima manfaat dari lima desa melalui wawancara-wawancara individual, dengan menggunakan sebuah kuesioner formal yang mencakup serangkaian isu.
Sembilan puluh empat persen dari mereka yang diwawancarai sangat setuju dengan pernyataan pada kuesioner bahwa memiliki rumah yang baik telah meningkatkan keamanan terhadap pencurian, badai dan hujan di musim penghujan. Pada bagian komentar tambahan, banyak warga juga menyatakan bahwa risiko kebakaran yang dihadapi oleh mereka yang tinggal di pondok-pondok tradisional, yang merupakan ancaman yang terus-menerus mereka hadapi, kini juga telah sangat berkurang. Responden lain berkomentar bahwa mereka sekarang merasa tidak khawatir jika harus meninggalkan rumah untuk bekerja di ladang dan tidak takut rumah mereka dibobol pencuri ketika mereka tidak berada di rumah.
Sumber: Platt, R. Ensuring Effective Provision of Low Cost Housing Finance in India: an in-depth case analysis. Working Paper No. 9725. Bradford, UK: University of Bradford Management Centre, 1997, hal. 40.
Pilihan antara menggunakan metode partisipatif atau nonpartisipatif dalam evaluasi merupakan suatu keputusan penting. Belakangan ini pentingnya penggunaan pendekatan partisipatif dalam PRB kian luas diakui dan ini berlaku pula untuk evaluasi. Evaluasi partisipatif akan memungkinkan suara para pemangku kepentingan proyek, terutama komunitas-komunitas penerima manfaat, untuk didengarkan; membantu menggali pengetahuan lokal dan menciptakan “kepemilikan” atas temuan-temuan evaluasi.
Dalam proyek-proyek partisipatif, penting agar komunitas dilibatkan tidak hanya dalam pengumpulan data, tetapi juga dalam keseluruhan evaluasi, dan selanjutnya diberdayakan agar dapat mengambil keputusan-keputusan yang tepat berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang. Walaupun lembaga-lembaga dan para donor luar membutuhkan laporan-laporan evaluasi, pengumpulan data yang dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan luar dapat merusak proses partisipatif. Pengalaman dengan sistem-sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif menunjukkan bahwa masyarakat harus mengembangkan target-target, indikator-indikator dan prioritas- prioritas mereka sendiri karena hal-hal ini seringkali sangat berbeda dari apa yang dikembangkan oleh lembaga pelaksana program.
Pendekatan partisipatif tidak melarang penggunaan metode-metode pengumpulan data yang bersifat lebih formal dan ekstraktif seperti data-data sekunder, dokumentasi proyek, survei-survei dengan kuesioner dan wawancara formal. Metode-metode ini dapat melengkapi informasi yang dikumpulkan melalui proses-proses partisipatif atau membantu dalam memvalidasinya. Setiap metode harus dipilih berdasarkan nilainya dalam membantu memahami dampak proyek.
Langkah 3. Analisis data
Bagian ini biasanya merupakan bagian paling kompleks dan sulit dalam proses evaluasi. Tantangan terbesar terutama berkaitan dengan indikator: penggunaan dan nilai dari beragam indikator yang berbeda dan bagaimana mengembangkan analisis dari kelompok-kelompok indikator yang berbeda.
Indikator kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi biasanya menggabungkan indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif.
188 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Indikator kuantitatif digunakan terutama untuk menilai kemajuan dalam mencapai target-target tertentu (misalnya, jumlah tim tanggap bencana komunitas dan para anggotanya yang telah menerima pelatihan dan telah diberi perlengkapan, jumlah rumah tahan bahaya yang telah dibangun atau bangunan-bangunan publik yang telah diperkuat dan jumlah rencana-rencana peredaman bencana yang telah disusun serta kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka merealisasikan rencana-rencana tersebut).
Para evaluator dapat tergoda untuk terlalu mengandalkan data kuantitatif. Angka belaka tidak dapat mengukur kualitas atau efektivitas. Misalnya, mengetahui jumlah orang yang telah menerima pelatihan penanggulangan bencana tidak dengan sendirinya membuat kita tahu kualitas pelatihan tersebut atau nilainya ketika diterapkan pada pengurangan risiko bencana di kehidupan nyata. (Namun, ini dapat bernilai sebagai indikator pendekatan/ proxy: lihat bawah).
Indikator kualitatif sangat luas digunakan dalam evaluasi PRB, terutama untuk menunjukkan adanya peningkatan kapasitas dalam mengelola risiko bencana. Data kualitatif biasanya berisi pandangan-pandangan para pemangku kepentingan yang dikumpulkan melalui lokakarya-lokakarya, diskusi-diskusi kelompok terfokus dan wawancara semi terstruktur (lihat Tabel 2). Indikator-indikator kualitatif sederhana dapat memberi suatu kesan baik akan adanya kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai, terutama jika diukur secara rutin.
Metode-metode partisipatif cenderung menghasilkan informasi yang bersifat kualitatif. Jika kita membutuhkan data kuantitatif, tetapi sulit untuk mendapatkannya, metode-metode partisipatif dapat memberikan data-data relatif melalui pemeringkatan dan perbandingan. Metode-metode partisipatif juga digunakan untuk menilai penggunaan strategi-strategi peredaman bencana dan efektivitas strategi-strategi ini.
Data dasar. Evaluasi mengandalkan data dasar yang baik. Perumusan data-data dasar merupakan salah satu unsur penting dalam perancangan proyek (lihat Langkah 1).
Analisis kerentanan dan kapasitas (vulnerability and capacity analysis/VCA) dapat memberikan data dasar yang baik dan menjadi panduan bagi intervensi program (lihat Catatan Panduan 9). VCA ulang yang dilaksanakan selama atau setelah proyek dapat memberi bukti akan dampak proyek. Sampai saat ini VCA belum digunakan dalam evaluasi, mungkin karena teknik ini masih relatif baru bagi banyak lembaga atau karena dianggap terlalu banyak memakan biaya.
Walaupun tidak mungkin memperkirakan semua informasi yang akan dibutuhkan di kelak kemudian hari, kurangnya data dasar yang memadai seringkali menimbulkan masalah bagi para evaluator program PRB. Mungkin kita perlu merekonstruksi data-data dasar dari dokumen-dokumen proyek, wawancara-wawancara dengan para informan utama dan data-data dari lembaga-lembaga lain (lihat Kotak 6). Temuan-temuan dari evaluasi terdahulu, jika tersedia, juga dapat digunakan.
Kotak 6 Merekonstruksi data dasar
Evaluasi Pusat Penelitian Bencana (Disaster Research Centre) Universitas Delaware atas program pemerintah Amerika Serikat Disaster Resistant Communities Initiative (“Project Impact”) membuat data dasar retrospektif: sebuah daftar uji yang berisi sebelas tindakan peredaman bencana yang seharusnya dapat dilakukan oleh ketujuh komunitas percontohan (pilot) sebelum proyek dimulai. Untuk menilai seberapa jauh kemajuan yang telah tercapai selama pelaksanaan proyek, diadakan wawancara-wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan utama dan pendokumentasian proyek. Digunakan sebuah sistem pemberian skor kuantitatif sederhana untuk menilai dalam bidang mana saja kegiatan peredaman bencana telah dilaksanakan. Peningkatan dalam lingkup atau jenis kegiatan mitigasi menjadi indikator akan adanya kemajuan. Tinjauan umum ini dilengkapi dengan tindak lanjut lebih terperinci yang menilai kemajuan kegiatan-kegiatan individual di setiap komunitas dan hal-hal yang mendorong kemajuan ini.
Sumber: Nigg, J.M. et al. Disaster Resistant Communities Initiative: Evaluation of the Pilot Phase Year 2. Newark, USA: University of Delaware, Disaster Research Center. Dapat diakses di: http://www.udel.edu/DRC/projectreport41.pdf
C a t a t a n P a n d u a n 13
Mengidentifikasi hubungan sebab-akibat (mengaitkan proses dengan dampak). Analisis atas hubungan antara indikator-indikator proses (kegiatan dan keluaran) dan indikator-indikator hasil atau dampak akan membantu kita dalam memahami hubungan-hubungan sebab-akibat. Hal ini dapat menjadi sulit terutama dalam program- program PRB yang kompleks, yang melibatkan rangkaian langkah-langkah program yang sifatnya struktural dan nonstruktural.
Indikator-indikator proses seringkali harus digunakan sebagai indikator pendekatan (proxy) dalam mengukur dampak intervensi-intervensi PRB, terutama untuk bahaya-bahaya yang tergolong jarang terjadi (misalnya, gempa bumi). Tindakan-tindakan yang dilakukan selama pelaksanaan proyek potensial digunakan sebagai indikator efektivitas. Dalam proyek kesiapsiagaan komunitas terhadap bencana, misalnya, indikator-indikator prosesnya dapat berupa: perekrutan, pelatihan dan pembentukan tim penanggulangan bencana dari komunitas; penyelenggaraan pertemuan-pertemuan masyarakat untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman dan keluarga-keluarga yang paling rentan; pembangunan struktur-struktur terkait; dan gladi-gladi evakuasi rutin. Dampak-dampak yang potensial dapat disimpulkan dari beragam jenis data berbeda (lihat Kotak 7).
Kotak 7 Indikator-indikator dampak PRB yang potensial
Sebuah evaluasi proyek ketahanan pangan di Kamboja menyimpulkan bahwa pendistribusian 86,8 ton benih padi kepada 3.750 keluarga di 98 desa yang disertai dengan perbaikan sistem-sistem irigasi skala kecil akan dapat membawa dampak positif yang signifikan dalam hal ketahanan pangan pada tahun berikutnya.
Kesimpulan ini tidak diambil dengan hanya berdasarkan pada data distribusi saja, tetapi juga dari bukti-bukti yang lebih kualitatif. Melalui pertemuan-pertemuan partisipatif, para warga desa sasaran memilih keluarga- keluarga penerima manfaat yang paling rentan (orang tua, mereka yang cacat, warga yang tidak memiliki lahan atau hanya memiliki sedikit lahan atau tidak memiliki cukup benih padi untuk ditanam akibat banjir-banjir terdahulu). Departemen Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memberikan bantuan teknis: sebuah survei pasar tentang benih-benih yang tersedia dan uji kendali mutu atas varietas-varietas benih yang potensial.
Dengan memanfaatkan bukti semacam ini, evaluasi dapat menyusun asumsi-asumsi berdasarkan informasi tentang dampak potensial pada ketahanan pangan pada tahun berikutnya.
Sumber: Tracey, R. Food Assistance through Small-Scale Infrastructure Rehabilitation. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies/Cambodian Red Cross/European Community Humanitarian Office, makalah tidak diterbitkan.
Dalam menggunakan indikator-indikator proses, para evaluator menilai kualitas proses dan mempertanyakan ke mana proses ini akan menuju. Jika proyek dirancang dengan menggunakan semacam kerangka berbasis hasil (lihat Langkah 1), seharusnya sudah ada hierarki indikator yang jelas, yang dapat membantu para evaluator dalam memberikan penilaian mereka pada semua tingkat (kegiatan keluaran hasil dampak). Di tingkat komunitas, metode-metode partisipatif seperti pohon dampak dapat juga digunakan untuk mengidentifikasikan hubungan-hubungan sebab-akibat.
Uji silang data. Uji silang (triangulasi) dari berbagai kelompok data dan sumber-sumber yang berbeda dapat membantu dalam menetapkan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan program. Uji silang terutama penting untuk data-data kualitatif yang dikumpulkan melalui wawancara dengan para pemangku kepentingan, terutama karena banyak bukti akan lebih bersifat individual dan subyektif. Triangulasi data-data yang didapat dari wawancara atau dokumen juga dapat memperlihatkan perbedaan dalam hal maksud dan tujuan antara satu mitra dengan mitra lainnya. Lokakarya-lokakarya umpan balik dengan para pemangku kepentingan dapat menjadi mekanisme yang menggabungkan antara uji silang dan validasi, tetapi jika ini diadakan menjelang akhir evaluasi, mungkin akan terlalu terlambat bagi kita untuk mengumpulkan data lebih lanjut atau mengadakan uji silang.
Di lapangan, pengamatan langsung menjadi salah satu cara yang berguna dalam mengidentifikasi ketidaksesuaian antara apa yang dikatakan orang dengan apa yang mereka lakukan (lihat Kotak 8), walaupun para evaluator tidak selalu mempunyai cukup waktu untuk melakukan ini.
190 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Kotak 8 Menggunakan pengamatan langsung untuk menguji silang temuan
Orang-orang yang tinggal di bantaran dan pulau-pulau di Sungai Jamuna, Banglades, sangat rentan terhadap banjir dan erosi. Para peneliti yang menanyai warga tentang pandangan mereka atas risiko-risiko ini menemukan bahwa sebagian besar dari mereka menganggap hal tersebut sebagai “kehendak Tuhan” dan melihat doa sebagai tanggapan terbaik atas situasi ini. Para peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat di sana sebagian besar fatalistik dan strategi yang mereka miliki untuk mengelola risiko sangatlah terbatas.
Seorang antropolog yang mengadakan penelitian di pulau-pulau yang berada di tengah sungai juga memperoleh jawaban yang serupa ketika ia menggunakan kuesioner standar. Namun, ketika tinggal di kepulauan tersebut selama banjir tahun 1998, ia mengamati bahwa masyarakat memiliki bermacam-macam strategi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka membangun panggung dari alang-alang dan batang-batang pisang untuk hewan ternak mereka, memasang tempat tidur di bawah atap rumah, memasak dengan kompor yang dapat dipindah-pindah, makan dari cadangan bahan pangan yang mereka simpan dari panen musim dingin sebelumnya, sementara waktu beralih pekerjaan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain dan bekerja sama dengan jaringan saudara mereka yang luas.
Pada saat yang sama, warga mengungkapkan iman atas Tuhan dan menafsirkan banjir sebagai cara Tuhan untuk memperlihatkan kuasa-Nya dan menguji iman mereka. Masyarakat memandang bahwa Tuhan telah mengirimkan banjir, tetapi Dia juga memberi kekuatan untuk mengatasi bahaya ini kepada mereka yang percaya.
Sumber: Schmuck, H. ‘“An Act of Allah”: Religious Explanations for Flood in Bangladesh as Survival Strategy’, International Journal of Mass Emergencies and Disasters, 2000, 18(1): 85–95. Dapat diakses di: http://www.ijmed.org/PDF_Files/March_2000.pdf
Dampak-dampak yang tidak terduga. Dari segi metodologi, upaya menemukan dampak-dampak yang tidak terduga merupakan suatu tantangan besar. Indikator-indikator yang dipilih untuk memverifikasi dampak hanya dapat mengidentifikasi perubahan yang diharapkan dan hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan yang jelas dan telah disepakati oleh para pemangku kepentingan. Namun, sistem pemantauan dan evaluasi harus peka terhadap perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, perubahan yang tidak disepakati oleh para pemangku kepentingan atau di kala satu kelompok tertentu tidak memperlihatkan perubahan pada bidang yang penting bagi mereka.
Untuk proyek-proyek yang lebih kecil, staf proyek cukup mengidentifikasi dan memantau dampak-dampak yang tidak terduga ini ketika muncul, tetapi untuk program-program yang lebih besar dan kompleks kita perlu menggunakan metode-metode yang lebih formal. Kotak 9 menggambarkan salah satu metode yang sering digunakan untuk menangani masalah dampak-dampak yang tidak terduga. 5
Kotak 9 Penilaian perubahan berbasis kelompok
Metode ini, yang diujicobakan oleh ActionAid di Vietnam, bekerja tanpa indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan membuat pertanyaan-pertanyaan seterbuka mungkin, evaluasi ini melahirkan informasi yang tidak diharapkan tetapi penting, yang mungkin tidak akan diperoleh melalui evaluasi yang lebih terstruktur. Sampel yang mewakili kelompok-kelompok kaum miskin yang didukung proyek ditanyai bagaimana keadaan anggota-anggota lain dari kelompok mereka, khususnya: Keluarga mana di antara anggota kelompok yang telah mengalami peningkatan situasi, mana yang
situasinya malah memburuk dan mana yang tetap menghadapi situasi yang sama? Untuk keluarga-keluarga yang situasinya telah membaik atau memburuk, bagaimana situasi mereka dapat
berubah? Untuk keluarga-keluarga yang situasinya telah membaik atau memburuk, mengapa situasi mereka dapat
berubah?
5 Pendekatan-pendekatan seperti ini, yang tidak menggunakan indikator-indikator yang telah didefinisikan sebelumnya, semakin lama semakin luas digunakan. Salah satu yang terbaik yang pernah dikembangkan adalah ‘Most Significant Change’ metode: lihat Davies, R. and Dart, J. The ‘Most Significant Change’ (MSC) Technique: A Guide to its Use. Cambridge: privately published, 2005. Dapat diakses di: http://www.mande.co.uk/docs/MSCGuide.htm
C a t a t a n P a n d u a n 13
Jawaban- jawaban perorangan diolah untuk memperoleh gambaran akan perubahan yang terjadi di dalam kelompok. Pengulangan kegiatan yang sama memberi gambaran yang lebih penuh akan dinamika perubahan yang terjadi.
Uji coba metode yang dilaksanakan di Vietnam, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh akan penghidupan warga setempat ini, menjelaskan kerentanan terhadap bahaya dengan memperlihatkan arti penting kegagalan panen yang diakibatkan oleh kemarau pada keluarga-keluarga yang situasinya telah memburuk. Rendahnya tingkat kepentingan yang diletakkan pada faktor ini mengejutkan para fasilitator (dan mungkin menyesatkan, karena data dari kegiatan ini memperlihatkan bahwa kekurangan produksi pangan merupakan salah satu aspek penting yang menyebabkan memburuknya situasi).
Sumber: Smith, W. Group based assessment of change: method and results 1998. RDA 2 Can Loc district, Ha Tinh province. Hanoi: ActionAid Vietnam, 1998.
Kelompok pengendali. Beberapa evaluasi proyek pembangunan menggunakan kelompok pengendali (pengontrol) sebagai perbandingan. Dalam pengurangan bencana (dan khususnya dalam tanggap kemanusiaan), beberapa lembaga merasa kurang nyaman untuk mempelajari kelompok-kelompok rawan risiko yang tidak akan mereka lindungi. Namun, metode ini dapat berguna. Beberapa evaluasi mewawancarai anggota-anggota masyarakat yang tidak terlibat dalam proyek walaupun biasanya untuk mengidentifikasi alasan-alasan ketidakterlibatan mereka. Berbicara dengan kelompok-kelompok yang telah meninggalkan proyek dapat juga memberi kita informasi berharga terkait dengan bagaimana proyek telah dilaksanakan.
Dalam evaluasi Pusat Penelitian Bencana Universitas Delaware atas Project Impact (lihat Kotak 6) diadakan wawancara-wawancara kelompok fokus dengan para anggota komunitas yang baru saja bergabung dengan proyek dan mereka yang tidak terlibat, untuk mempelajari apakah pengalaman-pengalaman dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam ketujuh program uji coba dapat langsung ditransfer tanpa dana stimulus pemerintah yang cukup besar.
Para penerima manfaat. Kita perlu mengidentifikasi siapa-siapa yang akan menerima manfaat dari sebuah program PRB. Para evaluator tidak boleh mengandaikan bahwa manfaat yang dapat dipetik akan terbagi rata di masyarakat. Mereka harus menilai karakteristik sosial-ekonomi dari komunitas-komunitas penerima manfaat, dengan mempertimbangkan juga isu-isu gender dan orang-orang yang rentan karena faktor-faktor lain seperti latar belakang etnis, usia dan penyandang cacat.
Sekarang telah banyak tersedia panduan untuk memadukan aspek-aspek gender ke dalam analisis risiko dan kerentanan serta perencanaan proyek. Namun, perangkat-perangkat untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pengurangan bencana yang spesifik gender belum banyak tersedia. 6
Para evaluator tidak boleh berpuas diri dengan indikator-indikator kegiatan yang terbatas – misalnya, jumlah perempuan yang ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan proyek seperti pelatihan kesiapsiagaan darurat – sebagai bukti kesetaraan gender yang lebih luas dalam PRB.
Keberlanjutan. Selama pelaksanaan proyek kita mungkin akan kesulitan dalam menilai peluang tingkat keberlanjutan proyek pada jangka panjang dan replikasinya, tetapi hal ini dapat disimpulkan dari bukti lain. Seperti juga di bidang pembangunan, prakarsa-prakarsa PRB dapat menjadi lebih berkelanjutan bila kita mencurahkan banyak waktu dan upaya dalam mempersiapkan proyek bersama komunitas, para mitra dan para pemangku kepentingan lainnya baik di tingkat pusat maupun daerah. Suatu indikator lain yang juga telah digunakan adalah tingkat kontribusi keuangan dan sumber-sumber daya lainnya yang telah diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada proyek, dengan asumsi bahwa keberlanjutan berkaitan erat dengan tingkat rasa memiliki dari warga setempat.
Pada proyek-proyek berbasis masyarakat, kekuatan lembaga komunitas merupakan suatu faktor penting. Evaluasi seringkali memberi perhatian besar pada pembentukan atau upaya menghidupkan kembali kelompok-kelompok setempat seperti komite-komite penanggulangan bencana. Namun, sekadar keberadaan dari kelompok-kelompok semacam ini saja belum menunjukkan kapasitas dalam mengelola risiko dan analisis perilaku mungkin hanya
6 Salah satu perangkat yang potensial berguna adalah kerangka indikator ‘Gender equality results and indicators for disaster-related programmes’, yang baru saja dikembangkan oleh sebuah tim evaluasi: Gander, C. et al., ‘Evaluation of PAHO’s Disaster Preparedness Programme in Latin America and the Caribbean’ (London: Department for International Development (UK), laporan evaluasi yang tidak diterbitkan), dimuat juga dalam Benson and Twigg (2001), hal. 124–125.
192 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana 192 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Para evaluator harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi keberlanjutan, seperti perubahan-perubahan dalam kebijakan resmi atau tata pengaturan pendanaan, keluar-masuknya staf dan kemunduran dalam perekonomian.
Struktur, sistem dan lembaga. Sebagian besar metode pemantauan dan evaluasi menangani proyek-proyek yang relatif berdiri sendiri dan berskala kecil, sementara intervensi dengan skala yang lebih besar (misalnya, di tingkat nasional atau menyangkut keseluruhan sistem) juga memiliki peran yang vital dalam PRB. Evaluasi sistem PRB di tingkat nasional atau tingkat lain yang lebih tinggi membutuhkan suatu perspektif menyeluruh yang mencakup kebijakan dan lembaga-lembaga serta praktik-praktik (lihat Tabel 1). Evaluasi semacam ini juga perlu mempertimbangkan peran berbagai aktor dalam PRB: pemerintah nasional dan pemerintah daerah, sektor dunia usaha, masyarakat sipil dan lembaga-lembaga antarpemerintah dan regional.
Panduan metodologis tentang penilaian dalam konteks-konteks ini masih terbatas dan hanya ada sedikit pengalaman evaluasi yang terdokumentasikan, sehingga menyulitkan kita dalam mencari contoh praktik-praktik yang baik. Namun, belakangan ini telah dikembangkan beberapa metode untuk menilai kemajuan dalam PRB di tingkat nasional dan untuk membantu menetapkan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan (lihat Bacaan lebih lanjut). Indeks- indeks risiko dan kerentanan di tingkat nasional (lihat Catatan Panduan 4) juga dapat digunakan di sini.
Proses-proses untuk mengarusutamakan PRB dengan efektif ke dalam kebijakan dan praktik lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan belum dipahami dengan baik walaupun beberapa perangkat penilaian yang menjanjikan belakangan ini telah bermunculan (lihat Bacaan lebih lanjut). Dibutuhkan adanya perspektif luas yang mungkin akan mencakup kerja lembaga dalam bidang-bidang berikut: Kebijakan-kebijakan Strategi-strategi atau rencana-rencana bisnis Panduan operasional untuk merencanakan dan melaksanakan proyek dan untuk menjalankan lembaga tersebut
sendiri Rencana-rencana geografis dan sektoral Perancangan program dan proyek serta proposal-proposal Struktur, sistem dan kapasitas kelembagaan Hubungan luar
Langkah 4. Penerapan temuan-temuan
Laporan-laporan evaluasi adalah dokumen yang secara potensial sangat bernilai: laporan dapat membantu dalam memetik hikmah dan menerapkan pelajaran-pelajaran yang diperoleh dari praktik, memberikan landasan untuk membahas praktik dan kebijakan yang lebih baik, memberi masukan ke dalam perencanaan strategis dan membangun ingatan kelembagaan (institutional memory). Kemauan untuk belajar dari pengalaman merupakan sesuatu yang penting. Evaluasi harus ditanamkan di dalam sistem-sistem dan praktik rutin sebuah lembaga untuk menjamin agar proses pembelajaran benar-benar berlangsung.
Kotak 10 Adopsi temuan-temuan evaluasi oleh lembaga
Sebuah evaluasi yang diadakan pada tahun 2003-2004 atas kebijakan dan pengalaman operasional Bank Pembangunan Antar-Amerika (Inter-American Development Bank/IDB) yang berkaitan dengan bencana- bencana alam memperlihatkan adanya dampak signifikan bencana pada prospek pembangunan, yang tidak ditangani dengan memadai oleh negara-negara terkait, sementara pendekatan Bank sendiri terhadap kejadian bencana lebih bersifat reaktif. Temuan-temuan evaluasi tersebut mendorong pengembangan rencana aksi empat tahun (2005-2008) untuk meningkatkan manajemen risiko bencana oleh Bank, yang disusun berdasarkan pendekatan-pendekatan baru terhadap penyusunan program dan pengelolaan bisnis
C a t a t a n P a n d u a n 13
Sumber: Clarke, C.L. From Evaluation to a Renewed Business Model: The IDB Experience. Presentation to ‘Disaster Risk Management: Conference on Taking Lessons from Evaluation and Evaluators’ Roundtable. Paris, 20–21 November 2006. Dapat diakses di: http://www. worldbank.org/ieg/naturaldisasters/paris/presentations/IADB_Clarke.pdf
Proses evaluasi harus bersifat seterbuka mungkin dan hasil-hasilnya dibuka seluasnya. Temuan-temuan perlu dikonsultasikan dengan seluruh pemangku kepentingan sebelum laporan diserahkan untuk memberi peluang pembahasan dan klarifikasi. Evaluasi partisipatif yang menciptakan kepemilikan akan produk akhir di kalangan para pemangku kepentingan akan meningkatkan kemungkinan pelajaran-pelajaran yang telah dipetik akan dilaksanakan.
Tinjauan atas kumpulan evaluasi yang berdiri sendiri-sendiri dapat mengidentifikasi pelajaran-pelajaran yang paling penting dan tema-tema yang dapat diterapkan secara lebih luas pada kebijakan dan kegiatan (lihat Kotak 11). Dalam beberapa kasus, dapat dilaksanakan peninjauan bersama oleh beberapa lembaga untuk mendorong upaya saling belajar, saling berbagi pengetahuan dan transparansi.
Kotak 11 Pembelajaran yang lebih luas
Sebuah tinjauan yang dilaksanakan oleh Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies/IFRC) pada tahun 1999 menelaah evaluasi- evaluasi program-program kesiapsiagaan bencana di tiga benua untuk mengumpulkan pelajaran yang berkaitan dengan enam isu: kesesuaian pendekatan kewilayahan; keterpaduan dengan kegiatan-kegiatan lain; kemitraan dan peningkatan kapasitas; komunikasi program; dampak dan isu-isu yang berkaitan dengan para anggota delegasi yang bekerja dalam bidang kesiapsiagaan bencana; dan para relawan. Isu-isu ini muncul dalam semua atau sebagian besar program yang dievaluasi dan temuan-temuan tinjauan ini selanjutnya mewarnai strategi internasional IFRC.
Pada tahun 2006, Kelompok Evaluasi Independen Bank Dunia (World Bank’s Independent Evaluation Group) menerbitkan evaluasi menyeluruh atas bantuan Bank kepada negara-negara yang terpengaruh bencana alam. Berdasarkan analisis atas 528 proyek sejak tahun 1984, evaluasi tersebut menelorkan banyak rekomendasi berkaitan dengan sifat dan efektivitas respons Bank terhadap bencana, integrasi manajemen risiko ke dalam strategi-strategi pembangunan dan koordinasi internal serta eksternal.
Sumber: Mitchell, J. Learning from the Past: a look back at evaluations and reviews of disaster preparedness programmes. Geneva: IFRC, makalah tidak diterbitkan, 1999; World Bank. Hazards of Nature, Risks to Development: An IEG Evaluation of World Bank Assistance for Natural Disasters. Washington, DC: World Bank, Independent Evaluation Group, 2006. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org/ieg/ naturaldisasters/docs/natural_disasters_evaluation.pdf
3. Faktor-faktor penentu keberhasilan
Perencanaan yang realistis dan praktis, dengan sasaran dan tujuan-tujuan yang jelas. Dalam perencanaan proyek perlu dialokasikan sumber daya (waktu, personel dan anggaran) yang memadai
untuk pemantauan dan evaluasi. Penggunaan metode-metode pengumpulan data campuran yang sesuai dengan proyek dan tujuan evaluasi. Keterlibatan para pemangku kepentingan utama, terutama para penerima manfaat, dalam evaluasi – sebagai
peserta yang sungguh-sungguh ikut ambil bagian di dalam proses, dan bukan hanya sebagai pihak yang memberikan informasi.
Identifikasi dan pemilihan indikator-indikator yang relevan, yang dapat memperlihatkan dampak serta hubungan-
hubungan sebab-akibat antara proses-proses (kegiatan dan keluaran-keluaran), hasil dan dampak proyek.
194 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Pengenalan bahwa manfaat proyek mungkin tidak akan dinikmati dengan merata; identifikasi dampak pada unsur-unsur masyarakat yang berbeda. Penerapan pembelajaran untuk meningkatkan praktik dan kebijakan. Transparansi dalam proses dan saling berbagi temuan dengan para pemangku kepentingan lain.
Kotak 12 Peristilahan dalam bidang bahaya dan kebencanaan
Mereka yang telah lama bergerak dalam bidang kebencanaan umumnya mengakui bahwa penggunaan istilah dalam bidang bahaya dan kebencanaan seringkali tidak konsisten, sesuatu yang mencerminkan bahwa bidang ini melibatkan para praktisi dan peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Rangkaian Catatan Panduan ini menggunakan istilah-istilah kunci di bawah ini.
Bahaya alam adalah suatu kejadian geofisik, atmosferik (berkaitan dengan atmosfer) atau hidrologis (misalnya, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin ribut, ombak atau gelombang pasang, banjir atau kekeringan) yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian.
Kerentanan adalah potensi untuk tertimpa kerusakan atau kerugian, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari dampak bahaya. Baik kerentanan maupun lawannya, ketangguhan, ditentukan oleh faktor-faktor fisik, lingkungan sosial, politik, budaya dan kelembagaan.
Bencana adalah berlangsungnya suatu kejadian bahaya yang luar biasa yang menimbulkan dampak pada komunitas-komunitas rentan dan mengakibatkan kerusakan, gangguan dan korban yang besar, serta membuat kehidupan komunitas yang terkena dampak tidak dapat berjalan dengan normal tanpa bantuan dari pihak luar.
Risiko Bencana adalah gabungan dari karakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur- unsur tersebut. 7
Mitigasi adalah segala bentuk langkah struktural (fisik) atau nonstruktural (misalnya, perencanaan penggunaan lahan, pendidikan publik) yang dilaksanakan untuk meminimalkan dampak merugikan dari kejadian-kejadian bahaya alam yang potensial timbul.
Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan sebelum terjadinya bahaya- bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan harta benda jika mereka terancam dan untuk memastikan respons yang efektif (misalnya, dengan menumpuk bahan pangan).
Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana untuk, secara berurut, menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta pelayanan masyarakat.
Perubahan iklim adalah suatu perubahan statistik yang signifikan pada pengukuran keadaan rata-rata atau ketidakkonsistenan iklim di suatu tempat atau daerah selama periode waktu yang panjang, yang diakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dampak kegiatan manusia pada komposisi atmosfir global atau oleh ketidakkonsistenan alam.
7 Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih umum digunakan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pengurangan risiko.
C a t a t a n P a n d u a n 13
Bacaan lebih lanjut
Memantau dan mengevaluasi pengurangan risiko bencana
Benson, C. and Twigg, J. Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation – a scoping study. Geneva: ProVention Consortium, 2001. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_ tools
ProVention Consortium. Risk Reduction Indicators. TRIAMS Working Paper. Geneva: ProVention Consortium, 2006. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/themes/default/pdfs/TRIAMS_full_paper.pdf
ProVention Consortium: Details of the Consortium’s forthcoming Monitoring and Evaluation Sourcebook will be posted on its Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction web page: http://www.proventionconsortium.org/M&E_sourcebook
Twigg, J. Disaster Risk Reduction: mitigation and preparedness in development and emergency programming. Good Practice Review no.9. London: Overseas Development Institute, Humanitarian Practice Network, 2001. Dapat diakses di: http://www.odihpn. org/publist.asp
World Bank. Hazards of Nature, Risks to Development: An IEG Evaluation of World Bank Assistance for Natural Disasters. Washington, DC: World Bank, Independent Evaluation Group, 2006. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org/ieg/naturaldisasters/docs/ natural_disasters_evaluation.pdf
Perangkat untuk mengevaluasi sistem PRB di tingkat nasional
Mitchell, T. An Operational Framework for Mainstreaming Disaster Risk Reduction. London: Benfield UCL Hazard Research Centre, 2003. Dapat diakses di: http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/working_papers/workingpaper8.pdf
World Bank. Natural Hazard Risk Management in the Caribbean: Revisiting the Challenge. Report no. 24166, vol. 1. Washington, DC: World Bank, Caribbean Country Management Unit, 2002. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org
World Bank. Natural Hazard Risk Management in the Caribbean: Good Practices and Country Case Studies. Technical Annex. Report no. 24166, vol. 2. Washington, DC: World Bank, Caribbean Country Management Unit, 2002. Dapat diakses di: http://www. worldbank.org
Perangkat untuk menilai pengarusutamaan PRB dalam lembaga
IFRC. Characteristics of a Well-Prepared National Society. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2001. Dapat diakses di: http://www.ifrc.org/docs/pubs/disasters/Checklist_WPNS.pdf
La Trobe, S. and Davis, I. Mainstreaming disaster risk reduction: a tool for development organisations. Teddington, UK: Tearfund, 2005. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy
Wamsler, C. Operational Framework for Integrating Risk Reduction for Aid Organisations working in Human Settlement Development. London/Lund, Sweden: Benfield Hazard Research Centre/Lund University, Housing Development and Management, 2006. Dapat diakses di: http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/working_papers/workingpaper14.pdf
Isu-isu gender dalam PRB
Enarson, E. et al. Working with Women at Risk: Practical guidelines for assessing local disaster risk. Miami, USA: Florida International University; International Hurricane Research Center, 2003. Dapat diakses di: http://www.ihrc.fiu.edu/lssr/workingwithwomen. pdf
Memantau dan mengevaluasi pembangunan
Gosling, L. Toolkits: A practical guide to planning, monitoring, evaluation and impact assessment. London: Save the Children, 2003.
OECD-DAC. Principles for Evaluation of Development Assistance. Paris: Organisation for Economic Co-operation and Development, Development Assistance Committee, 1991. Available at: http://www.oecd.org/dataoecd/21/41/35343400.pdf
Roche, C. Impact Assessment for Development Agencies: Learning to Value Change. Oxford: Oxfam/Novib, 1999.
Memantau dan mengevaluasi bantuan kemanusiaan
Active Learning Network for Accountability and Performance in Humanitarian Action (ALNAP) website: http://www. alnap.org/index.html
Hallam, A. Evaluating Humanitarian Assistance Programmes in Complex Emergencies. Good Practice Review no. 7. London: Overseas Development Institute, Humanitarian Practice Network, 1998. Dapat diakses di: http://www.odihpn.org/publist.asp
196 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana
Catatan Panduan ini disusun oleh John Twigg. Pengarang mengucapkan terima kasih kepada John Abuya (ActionAid), Anne Bramble (Caribbean Development Bank), Neil Britton (Asian Development Bank), Caroline Clarke (Inter-American Development Bank), Olivia Coghlan (DFID), Bina Desai (Christian Aid), John Mitchell (Active Learning Network for Accountability and Performance in Humanitarian Action/ALNAP), Thomas Mitchell (Institute for Development Studies), Sarah Moss (Christian Aid), Chris Roche (Oxfam Australia), para anggota Tim Penasihat Proyek dan Sekretariat Konsorsium ProVention atas nasihat dan komentar mereka yang berharga. Terima kasih juga disampaikan atas dukungan pendanaan dari Lembaga Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Lembaga Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (Sida). Pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek.
Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang diterbitkan oleh Konsorsium ProVention bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyesuaikan alat-alat penilaian dan evaluasi proyek agar dapat mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan mereka di negara-negara yang rawan bahaya. Rangkaian ini mengulas topik-topik berikut: (1) Pengantar buku panduan; (2) Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam; (3) Strategi penanggulangan kemiskinan; (4) Penyusunan program di tingkat negara; (5) Manajemen siklus proyek; (6) Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil; (7) Pengkajian lingkungan; (8) Analisis ekonomi; (9) Analisis kerentanan dan kapasitas; (10) Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan; (11) Pengkajian dampak sosial; (12) Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi; (13) Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana; dan (14) Dukungan anggaran. Rangkaian catatan panduan dalam versi utuh, berikut studi pencakupan oleh Charlotte Benson dan John Twigg, Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation, dapat diakses di http://www.proventionconsortium. org/mainstreaming_tools.