Rangkaian catatan panduan ProVention

Kotak 3 Buku Sumber ProVention untuk Pemantauan dan Evaluasi Pengurangan Risiko

Proyek penyusunan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana juga telah mengembangkan sebuah buku sumber berjudul Disaster Risk Reduction Monitoring and Evaluation Sourcebok berbasis web. Buku Sumber ini melengkapi dan merinci lebih lanjut Catatan Panduan 13 tentang pemantauan dan evaluasi, dengan memberi banyak contoh praktis pemantauan dan evaluasi serta rujukan ke bahan-bahan acuan on-line yang berguna dan sebuah daftar pustaka publikasi-publikasi cetak yang berkaitan dengan topik ini. Buku Sumber menguraikan latar belakang dari tujuan dan pendekatan-pendekatan umum pemantauan dan evaluasi. Buku ini secara khusus juga memaparkan bagaimana pemantauan dan evaluasi program pengurangan risiko bencana berbeda dari pemantauan dan evaluasi ‘normal’, termasuk sering diabaikannya pemantauan dan evaluasi dalam banyak proyek pengurangan risiko bencana dan logika terbalik dalam mengukur dampak dan manfaat pengurangan risiko bencana.

Topik-topik khusus yang diulas dalam buku sumber meliputi:  Definisi dan peristilahan  Tipologi program dan proyek-proyek pengurangan risiko bencana  Ketersediaan sumber daya dan lingkup pemantauan dan evaluasi  Pendekatan-pendekatan dan metode-metode spesifik dalam pengurangan risiko bencana, termasuk

pendekatan alternatif untuk mengukur pengurangan risiko bencana  Pemilihan pendekatan dan indikator-indikator pengukuran  Metode-metode pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif  Pemrosesan dan analisis data  Penulisan laporan dan presentasi hasil  Ringkasan studi-studi kasus pemantauan dan evaluasi pengurangan risiko bencana

Buku Sumber dapat diakses di http://www.proventionconsortium.org/M&E_sourcebook

Catatan Panduan 14: Dukungan Anggaran . Catatan panduan terakhir membahas topik dukungan anggaran. Saat ini tengah berlangsung pergeseran dari dukungan anggaran berbasis proyek ke arah dukungan anggaran yang umum dan berbasis sektor. Pergeseran ini menawarkan peluang besar untuk mendukung pemerintah-pemerintah dalam memperkuat ketangguhan negara mereka terhadap bahaya alam. Catatan ini memberi panduan tentang bagaimana menjamin agar risiko bencana dikaji dengan memadai dan sistematis dalam pengembangan program- program dukungan anggaran di negara-negara rawan bahaya dan agar pemerintah-pemerintah didorong dan didukung dalam mengelola risiko bencana dengan sebaik mungkin dan dalam mengurangi kerentanan. Catatan ini ditujukan bagi para staf lembaga-lembaga pembangunan yang terlibat dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi dukungan anggaran.

3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan

Pengembangan panduan-panduan praktis untuk memadukan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana ke dalam program-program di tingkat negara, perancangan dan evaluasi proyek dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan hanyalah merupakan salah satu langkah dari rangkaian langkah yang dibutuhkan untuk menjamin pengarusutamaan di negara-negara yang rawan bahaya. Seperti telah disebutkan di muka, beberapa kegiatan tertentu lainnya juga tengah dipersiapkan. Kegiatan-kegiatan ini dan beberapa langkah penting lebih lanjut akan diuraikan berikut ini dan ringkasannya disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 kegiatan-kegiatan tersebut disajikan sebagai langkah-langkah berurutan, walau pada praktiknya antara satu tahap dengan tahap lainnya seringkali saling tumpang tindih.

Langkah 1. Peningkatan kesadaran

 Penghargaan dan pemahaman akan keterkaitan antara pengurangan risiko bencana dan pembangunan

berkelanjutan. Peningkatan kesadaran akan pentingnya mengkaji dan bila perlu memusatkan perhatian pada risiko bencana adalah sesuatu yang penting, baik bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga yang bergerak

Catatan Panduan 1 Catatan Panduan 1

 Akuntabilitas. Di atas segalanya, yang terpenting adalah bahwa lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah perlu lebih bertanggung gugat atas hilangnya jiwa manusia serta kerugian-kerugian fisik dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana. Kerugian-kerugian semacam ini lebih menjadi tanggung jawab negara dan pemerintah daripada lembaga-lembaga pembangunan. Walaupun begitu, lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan bertanggung gugat untuk menjaga agar sumber- sumber daya mereka dimanfaatkan dengan efektif dan bertanggung jawab. Sementara itu, pemerintah perlu lebih bertanggung jawab atas kerentanan negara dan warga mereka dan perlu aktif mengupayakan pengurangan risiko.

Gambar 2 Langkah-langkah menuju pengarusutamaan yang berhasil

1 Peningkatan kesadaran

2 Lingkungan yang mendukung

3 Pengembangan alat-alat

4 Pelatihan dan dukungan teknis

5 Perubahan dalam praktik operasional

6 Pengukuran kemajuan

7 Pembelajaran dan berbagi pengalaman

Pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik

Langkah 2. Lingkungan yang mendukung

 Kebijakan-kebijakan, strategi dan kapasitas kelembagaan yang memadai dari lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Kebijakan-kebijakan dan strategi besar dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu sungguh-sungguh memperhatikan pengurangan risiko bencana, memperlakukannya sebagai sebuah isu pembangunan dan bukan semata memandang hal tersebut sebagai tanggung jawab departemen urusan kemanusiaan saja. Kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi yang telah diperbaiki perlu dicerminkan lebih lanjut dalam pengaturan kelembagaan yang sesuai.

 Pemrioritasan pengurangan risiko bencana oleh pemerintah. Sejalan dengan kian disesuaikannya maksud dan tujuan-tujuan lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dengan strategi-strategi pembangunan nasional dan penanggulangan kemiskinan, pemerintah sendiri harus memprioritaskan pengurangan risiko sebagai suatu tantangan pembangunan utama di negara-negara yang rawan bahaya dan mengembangkan kebijakan-kebijakan, kemampuan serta pengaturan hukum dan kelembagaan yang relevan. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menjajaki insentif-insentif untuk mendorong pemerintah- pemerintah ke arah ini.

Langkah 3. Pengembangan perangkat-perangkat

 Perangkat penyusunan, penilaian dan evaluasi program dibutuhkan untuk mengkaji proyek-proyek di tingkat negara, sektor dan proyek individual yang menghadapi risiko bahaya alam, untuk menyajikan informasi terinci tentang sifat dan tingkat risiko serta untuk menjamin agar diambil langkah-langkah pengurangan risiko yang sesuai.

18 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Langkah 4. Pelatihan dan dukungan teknis

 Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menyediakan pelatihan dan dukungan teknis internal untuk membantu pemaduan pertimbangan-pertimbangan risiko ke dalam pembangunan.

Langkah 5. Perubahan dalam praktik operasional

 Penilaian awal. Isu-isu yang berkaitan dengan bahaya perlu dipertimbangkan mulai dari tahap-tahap sangat awal

dari penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara sehingga dapat diperhitungkan dengan menyeluruh dan sistematis serta dapat diatasi sesuai kebutuhan. Strategi-strategi di tingkat negara dan analisis- analisis lingkungan yang terkait (lihat Catatan Panduan 4) harus menunjukkan negara-negara mana saja yang membutuhkan pengarusutamaan.

 Informasi pendukung yang memadai. Untuk dapat memperoleh gambaran risiko bencana yang lengkap dan

akurat serta solusinya yang sesuai, dibutuhkan informasi yang cukup. Negara-negara sasaran program perlu didukung dalam memperkuat basis informasi mereka – misalnya saja, dalam meningkatkan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan bahaya (lihat Catatan Panduan 2).

 Minimalisasi biaya. Analisis risiko bencana harus diintegrasikan ke dalam penyusunan program dan perancangan

proyek di tingkat negara dengan biaya seekonomis mungkin. Dalam hal ini, pemusatan informasi yang relevan dan analisis terkait di dalam komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang pembangunan dan di dalam pemerintah sendiri dapat membantu.

 Perlakuan atas risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya rendah, tetapi dapat berdampak tinggi. Bahaya-bahaya

yang berkaitan dengan iklim kemungkinan besar akan diidentifikasi sebagai risiko yang potensial karena bahaya- bahaya semacam ini dapat terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang singkat. Bahaya-bahaya seperti ini memiliki peluang terjadi yang lebih tinggi selama pelaksanaan proyek atau strategi di tingkat negara. Sebaliknya, risiko-risiko yang berasal dari bahaya gempa bumi dan kegiatan gunung berapi, yang kurun waktu berulangnya lebih panjang, mungkin menjadi kurang begitu dipertimbangkan. Namun demikian, bahkan bila perhitungan ekonomi diabaikan, sangat penting untuk menjaga agar risiko-risiko gempa bumi dan gunung berapi tetap diperhitungkan dengan memadai dari segi keamanan, mengingat semua manusia memiliki hak asasi atas keamanan dan perlindungan.

 Konsultasi yang transparan, melibatkan semua pihak terkait dan bertanggung gugat. Proses konsultasi harus

memberdayakan kaum miskin dan kelompok-kelompok marjinal, yang seringkali merupakan juga kelompok yang paling rentan terhadap bahaya alam, dan harus menjamin agar kepentingan mereka dipertimbangkan dengan memadai dan hak-hak mereka dilindungi.

 Melindungi dan memelihara investasi pembangunan dengan memadai. Agar tingkat ketahanan terhadap bahaya

dari investasi-investasi pembangunan tetap dapat dipertahankan sesuai rancangan awal, perlu ada mekanisme untuk menjamin agar investasi pembangunan dilindungi dengan memadai dan selalu berada dalam kondisi yang baik.

Langkah 6. Pengukuran kemajuan

 Sasaran-sasaran pengurangan bencana yang telah disepakati secara internasional atau pertimbangan-

pertimbangan pengurangan risiko bencana harus secara eksplisit dimasukkan ke dalam Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), untuk memberikan arah dasar yang sama bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah untuk mengukur kemajuan upaya-upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana.

Langkah 7. Pembelajaran dan berbagi pengalaman

 Mereka yang bergerak dalam bidang pembangunan beserta para pemangku kepentingan lainnya harus

mengusahakan adanya upaya terpadu untuk memantau, saling berbagi dan belajar dari pengalaman mereka dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan.

Kotak 5 Peristilahan dalam bidang bahaya dan kebencanaan

Mereka yang telah lama bergerak dalam bidang kebencanaan umumnya mengakui bahwa penggunaan istilah dalam bidang bahaya dan kebencanaan seringkali tidak konsisten, sesuatu yang mencerminkan bahwa bidang ini melibatkan para praktisi dan peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Rangkaian Catatan Panduan ini menggunakan istilah-istilah kunci di bawah ini:

Catatan Panduan 1

Bahaya alam adalah suatu kejadian geofisik, atmosferik (berkaitan dengan atmosfer) atau hidrologis (misalnya, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin ribut, ombak atau gelombang pasang, banjir atau kekeringan) yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian.

Kerentanan adalah potensi untuk tertimpa kerusakan atau kerugian, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari dampak bahaya. Baik kerentanan maupun lawannya, ketangguhan, ditentukan oleh faktor-faktor fisik, lingkungan sosial, politik, budaya dan kelembagaan.

Bencana adalah berlangsungnya suatu kejadian bahaya yang luar biasa yang menimbulkan dampak pada komunitas-komunitas rentan dan mengakibatkan kerusakan, gangguan dan korban yang besar, serta membuat kehidupan komunitas yang terkena dampak tidak dapat berjalan dengan normal tanpa bantuan dari pihak luar.

Risiko bencana adalah gabungan dari karakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur- unsur tersebut. 27

Mitigasi adalah segala bentuk langkah struktural (fisik) atau nonstruktural (misalnya, perencanaan penggunaan lahan, pendidikan publik) yang dilaksanakan untuk meminimalkan dampak merugikan dari kejadian-kejadian bahaya alam yang potensial timbul.

Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan sebelum terjadinya bahaya- bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan harta benda jika mereka terancam dan untuk memastikan respons yang efektif (misalnya dengan menumpuk bahan pangan).

Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana untuk, secara berurut, menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta pelayanan masyarakat.

Perubahan iklim adalah suatu perubahan statistik yang signifikan pada pengukuran keadaan rata-rata atau ketidakkonsistenan iklim di suatu tempat atau daerah selama periode waktu yang panjang, yang diakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dampak kegiatan manusia pada komposisi atmosfer global atau oleh ketidakkonsistenan alam.

Bacaan lebih lanjut

ADB. Disaster and Emergency Assistance Policy. R-paper. Manila: Asian Development Bank, 2004. Dapat diakses di: http://www. adb.org/Documents/Policies/Disaster_ Emergency/default.asp#contents

African Union. Programme of Action for the Implementation of the Africa Regional Strategy for Disaster Risk Reduction. Addis Ababa: African Union, 2004. Dapat diakses di http://www.africa-union.org/Agriculture/Disaster_Risk_Reduction/Programme_of_ Action.doc

Benson, C. and Twigg, J. Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation. Geneva: ProVention Consortium, 2004. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_tools.

CDB and CARICOM Secretariat. Sourcebook on the Integration of Natural Hazards into Environmental Impact Assessment (EIA): NHIA-EIA Sourcebook. Bridgetown, Barbados: Caribbean Development Bank and Caribbean Community Secretariat, 2004. Dapat diakses di http://www.caribank.org/Projects.nsf/NHIA/$File/NHIA-EIA_Newsletter.pdf?OpenElement

DFID. Reducing the Risk of Disasters – Helping to Achieve Sustainable Poverty Reduction in a Vulnerable World: A Policy Paper. London: Department for International Development (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.dfid.gov.uk/pubs/files/disaster- riskreduction-policy.pdf

27 Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih umum digunakan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pengurangan risiko.

20 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

HM Treasury and Cabinet Office. Stern Review on the Economics of Climate. London: Her Majesty’s Treasury and Cabinet Office (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.sternreview.org.uk

Holloway, A. and Pelling, M. Legislation for mainstreaming disaster risk reduction. Teddington, UK: Tearfund, 2006. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy

IDB. Draft Disaster Risk Management Policy. Washington, DC: Inter-American Development Bank, 2006. Dapat diakses di: http:// www.iadb.org/sds/doc/ENV-DraftDRMPolicy-E.pdf

La Trobe, S. and Davis, I. Mainstreaming disaster risk reduction: a tool for development organisations. Teddington, UK: Tearfund, 2005. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy

Kratt, P. Reducing the risk of disasters: Sida’s effort to reduce poor people’s vulnerability to hazards. Report number SIDA22204en. Stockholm: Swedish International Development Cooperation Agency (Sida), 2005. Dapat diakses di: http://www.sida.se/shared/ jsp/download.jsp?f=SIDA22204en_web.pdf&a=17204

OECD. Putting Climate Change Adaptation in the Development Mainstream. Policy Brief. Paris: Organisation for Economic Co- operation and Development, 2006. Dapat diakses di: http://www.oecd.org/dataoecd/57/55/36324726.pdf

UNDP and UN/ISDR. Integrating Disaster Risk Reduction into CCA and UNDAF: Guidelines for Integrating Disaster Risk Reduction into CCA/UNDAF. Geneva: United Nations Development Programme and United Nations International Strategy for Disaster Reduction Secretariat, 2006. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/risk-reduction/sustainable-development/cca-undaf/ cca-undaf.htm#2-3

UN/ISDR. Hyogo Framework for Action 2005–2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters. World Conference on Disaster Reduction, 18–22 January 2005, Kobe, Hyogo, Japan. Geneva: United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2005. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/hfa/hfa.htm

World Bank. Hazards of Nature, Risks to Development – An IEG Evaluation of World Bank: Assistance for Natural Disasters. Washington, DC: World Bank, Independent Evaluation Group, 2006. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org/ieg/naturaldisasters/report. html

World Bank and UN/ISDR. Global Facility for Disaster Reduction and Recovery: A partnership for mainstreaming disaster mitigation in poverty reduction strategies. Washington, DC and Geneva: World Bank and United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2006. Dapat diakses di: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/ 0,,contentMDK:21021166~menuPK:2848225~pagePK:210058~piPK:210062~theSitePK:341015,00.html

Catatan Panduan ini disusun oleh Charlotte Benson. Rangkaian catatan panduan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana dikembangkan oleh Charlotte Benson (Independen) dan John Twigg (Benfield Hazard Research Centre). Para pengarang menyampaikan terima kasih kepada Tim Penasihat Proyek atas nasihat dan dukungan mereka yang amat berharga dalam penyusunan rangkaian ini: Margaret Arnold (Bank Dunia), Steve Bender (Independen), Yuri Chakalall (CIDA), Olivia Coghlan (DFID), Seth Doe Vordzorgbe (Independen), Fenella Frost (UNDP), Niels Holm-Nielsen (Bank Dunia), Kari Keipi (IDB), Sarah La Trobe (Tearfund), Praveen Pardeshi (UN-ISDR), Cassandra Rogers (IDB), Michael Siebert (GTZ), Clairvair Squires (Carribean Development Bank), Jennifer Worrell (UNDP) dan Roger Yates (ActionAid). Terima kasih secara khusus disampaikan kepada para anggota dan mantan anggota Sekretariat Konsorsium ProVention: David Peppiatt (mantan Kepala, sekarang bekerja di Palang Merah Inggris), Bruno Haghebaert, Ian O’Donnell, Maya Schaerer dan Marianne Gemin. Terima kasih juga dihaturkan atas dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA). Para pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek.

Versi lengkap rangkaian catatan panduan ini berikut studi pencakupan yang dilaksanakan oleh Charlotte Benson dan John Twigg, Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation, dapat diakses di http://www. proventionconsortium.org/mainstreaming_tools

ProVention Consortium Secretariat

PO Box 372, 1211 Geneva 19, Switzerland E-mail: [email protected] Website: www.proventionconsortium.org

Hak Cipta © 2007 pada Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. Pandangan-pandangan yang terkandung di dalam catatan panduan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Internasional/Konsorsium ProVention.

P E R A N G K AT U N T U K M E N G A R U S U TA M A K A N P E N G U R A N G A N R I S I KO B E N C A N A