Menerapkan pendekatan penghidupan yang berkelanjutan ke dalam proyek dan program

3. Menerapkan pendekatan penghidupan yang berkelanjutan ke dalam proyek dan program

Pendekatan penghidupan berkelanjutan dapat digunakan baik pada tingkat kebijakan maupun tingkat proyek untuk mengawali kegiatan penanggulangan kemiskinan yang baru atau memodifikasi kegiatan yang sudah berlangsung untuk meningkatkan hasil-hasil penghidupan.

Pada tingkat proyek, pemikiran penghidupan berkelanjutan dapat diterapkan pada tahap identifikasi dan pengkajian siklus proyek (lihat Bagian 5) untuk mengidentifikasi prioritas pembangunan dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang baru. Pemikiran tersebut juga dapat digunakan untuk meninjau kegiatan-kegiatan proyek yang mungkin belum dirancang dengan menggunakan kerangka penghidupan yang berkelanjutan dan untuk meningkatkan monitoring dan evaluasi.

Penerapan kerangka penghidupan yang berkelanjutan dalam rancangan proyek membantu menyesuaikan kegiatan proyek dengan prioritas masyarakat miskin. Analisis penghidupan yg berkelanjutan mengarahkan pada tiga jenis kegiatan pokok proyek, tetapi tidak terbatas hanya kegiatan itu saja:  Peningkatan penghidupan. Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan ketangguhan rumah tangga (misalnya,

melalui program simpan pinjam, diversifikasi tanaman panen dan pemasaran, pelayanan kesehatan yang lebih baik).

 Perlindungan penghidupan. Kegiatan-kegiatan untuk mencegah hilangnya jaminan penghidupan rumah tangga, terutama dalam masa-masa yang penuh tekanan (misalnya, sistem peringatan dini, jatah makanan atau uang tunai sebagai modal kerja, menyediakan benih dan peralatan pertanian, mitigasi bahaya).

 Penyediaan bantuan untuk penghidupan. Pengadaan langsung kebutuhan-kebutuhan pokok (misalnya, pangan, air dan penampungan), biasanya dalam keadaan darurat.

SL juga mengarahkan pada kegiatan-kegiatan lain yang ditujukan bagi perubahan sosial, budaya dan kelembagaan yang menyertai penghidupan yang semakin baik dan penanggulangan kemiskinan. Pengalaman tentang proyek yang mengadopsi pemikiran penghidupan yang berkelanjutan telah menunjukkan bahwa hal ini dapat mengubah sikap perencananya (lihat misalnya Kotak 2).

Kotak 2 Dari sumber daya air sampai jaminan ketersediaan air

Selama pertengahan sampai akhir 1990-an Survei Geologi Inggris (British Geological Survey/BGS) mulai memasukkan perspektif penghidupan ke dalam kerja mereka tentang kekeringan di sub-Sahara Afrika.

Kerja ini awalnya berpusat pada sumber daya, dengan menyoroti kebijakan-kebijakan dan intervensi manajemen air tanah. Dengan mengikuti pendekatan penghidupan yang berkelanjutan dan dengan memperkerjakan tim dengan dasar keterampilan yang lebih luas (hidrologi, kebijakan air dan ekonomi air, kelembagaan dan pembangunan sosial), BGS mulai melihat implikasi jaminan ketersediaan air yang ditimbulkan oleh kekeringan: sifat kelangkaan air dan rintangan untuk mendapatkan akses air; intervensi yang diperlukan untuk melindungi penghidupan sebelum terjadi ancaman terhadap jiwa; dan informasi yang diperoleh bagi mitigasi prabencana yang efektif. Misalnya, survei-survei masyarakat menunjukkan bagaimana akses untuk mendapat air dipengaruhi oleh sertangkaian aset yang dimiliki keluarga (misalnya ketersediaan tenaga atau binatang untuk mengumpulkan air, uang untuk membeli air, modal sosial untuk menjamin hak atas air atau akses pada rencana irigasi dan pengetahuan tentang sumber daya alternatif) serta rintangan bagi akses fisik terhadap air itu sendiri.

Kenyataan ini mengarahkan BGS untuk berpikir dan bekerja di luar pendekatan sektoral konvensional, dan di luar fokus yg sempit dari berbagai sistem peringatan dini dan tanggapan kebijakan. Dalam kerja pembangunan internasional lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, mulai ada perubahan sehingga tim-tim proyek beranggotakan pakar-pakar dari berbagai disiplin dan kemitraan dilakukan dengan organisasi- organisasi eksternal yang memiliki wawasan serta keterampilan. Dengan demikian lebih merupakan pendekatan yang diarahkan oleh proyek dan bukannya oleh bidang disiplin.

Sumber: DFID (1999-2005), Sustainable Livelihoods Guidance Sheet 7.1.

C a t a t a n P a n d u a n 10