Sekolah dan rumah sakit

Kotak 6 Sekolah dan rumah sakit

Sejumlah kejadian akhir-akhir ini sekali lagi menekankan kerentanan sekolah dan rumah sakit terhadap bahaya alam:  Badai Ivan (kategori 3) menghantam Grenada pada 7 September 2004, sehingga menyebabkan kerugian

yang besar pada prasarana publik, khususnya sekolah dan rumah sakit. Dari 75 sekolah dasar dan lanjutan, hanya dua yang bertahan dengan kerusakan tak berarti. Rumah sakit terbesar di pulau itu, yaitu Princess Alice Hospital, mengalami kerusakan lebih dari 70 persen dan St. Georges, rumah sakit terbesar kedua,

mengalami kerusakan pada atap dan kehilangan peralatan laboratorium. 21 Jendela-jendela pecah, yang menunjukkan bahwa prasarana dengan kerusakan yang paling kecil pun tidak bisa segera digunakan setelah badai tersebut.

 Gempa bumi dengan skala 7,6 yang melanda Pakistan pada 8 Oktober 2005 mengakibatkan kerusakan parah yang merobohkan 95 persen gedung-gedung pendidikan di wilayah Azad Jammu Kashmir dan 53 persen di Provinsi North-West Frontier; 18.095 murid dan 853 guru tewas di kedua provinsi tersebut. Selain itu, 423 fasilitas kesehatan mengalami kerusakan total atau sebagian. Para staf pelayanan kesehatan tewas atau terluka dan catatan informasi serta sistem hilang, sehingga membuat sistem kesehatan sama sekali tidak berjalan. 22

 Rumah Sakit Umum Kobe yang terletak di Pulau Port, Kobe, Jepang, tetap beroperasi menyusul gempa bumi pada Januari 1995. Namun, fungsinya berkurang karena runtuhnya jembatan yang menghubungkan Pulau Port dengan daratan. 23

Sebuah teknik untuk memperkuat konstruksi atau membuatnya aman dari bahaya harus mempertimbangkan semua potensi bahaya, bukan hanya bahaya alam yang telah menjadi penyebab hampir semua bencana akhir-akhir ini. Dalam banyak kasus, karakteristik rancang bangun yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan terhadap satu jenis bahaya alam bisa memperkuat ketahanan terhadap bahaya lainnya, misalnya, dengan membuat pengikat yang baik antara fondasi, rangka, dinding dan atap bangunan. Namun demikian, dalam kasus-kasus tertentu, karakteristik rancang bangun yang membantu daya tahan terhadap satu jenis bahaya malah bisa merusak daya tahan terhadap bahaya lain. Sebagai contoh, atap yang berat membantu untuk bertahan terhadap angin kencang karena siklon, badai atau topan, tetapi akan meningkatkan daya desak pada bangunan saat terkena gempa bumi.

Di negara-negara berkembang, seringkali metode-metode dan bahan-bahan membangun yang sama sekali baru tidak perlu diterapkan untuk bisa memberikan solusi yang aman. Praktik membangun setempat harus dikaji dan kelemahan serta kekuatannya diidentifikasi dengan mempertimbangkan jenis dan berulangnya bahaya alam setempat. Perbaikan struktural yang sederhana dan murah, disertai dengan metode konstruksi berkualitas

bagus serta pemeliharan terus menerus bisa mengatasi kelemahan-kelemahan utama. 24 Jika bahan-bahan baru diperkenalkan, harus dipastikan bahwa tersedia keterampilan dasar tentang bagaimana menggunakannya atau diberikan pelatihan untuk menghindari meningkatnya kerentanan karena konstruksi yang buruk.

Penentuan lokasi dan rancangan fasilitas-fasilitas dan prasarana penting yang mendasar bagi tujuan-tujuan bantuan dan pemulihan jika terjadi bencana harus mendapat pertimbangan khusus (lihat Kotak 6 di atas). Penggunaan kriteria daya lenting terhadap bahaya yang ada dalam aturan-aturan mendirikan struktur normal tidak memadai untuk kasus-kasus tersebut karena tidak berfungsinya fasilitas-fasilitas tersebut tidak bisa diterima secara sosial.

Perkembangan-perkembangan baru (misalnya, FEMA 356 25 dan PAHO, 2004) menggalakkan “rancangan berbasis kinerja” untuk fasilitas-fasilitas penting guna memungkinkan tingkat risiko yang lebih rendah yang bisa diterima secara sosial. Ini termasuk keterkaitan tujuan-tujuan kinerja yang diinginkan (misalnya, kerusakan dan kehancuran yang parah, tetapi menjamin keselamatan dan kehidupan) dengan berbagai periode berulangnya kejadian bahaya

21 World Bank (2005). 22 EEFIT. EEFIT mission: October 8, 2005 Kashmir earthquake. EEFIT: 2006. Dapat diakses di: http://www.eefit.org.uk 23 Davis, I. Location and operation of evacuation centres and temporary housing policies. Committee for Global assessment of earthquake countermeasures. Hyogo Prefecture, Kobe Disaster

Management Division, Japan, 2001. 24 Aysan et al. (1995). 25 ASCE. Prestandard and commentary for the seismic rehabilitation of buildings, FEMA 356. Washington, DC: American Society of Civil Engineers, 2000.

C a t a t a n P a n d u a n 12