Pendekatan bertahap

4. Pendekatan bertahap

Beberapa lembaga telah mengusulkan prosedur-prosedur untuk mendirikan bangunan yang tahan bahaya dan prakarsa penguatan konstruksi dengan didasarkan pada keberhasilan dan kegagalan proyek yang telah mereka

jalankan. Dari tinjauan terhadap prosedur-prosedur ini, 26 sumber-sumber teknik 27,28,29,30 ,28,29,30 dan inisiatif-inisiatif di masa lalu yang berhasil (misalnya, Kotak 3), tabel berikut telah dibuat. Tabel ini menyajikan ringkasan pertimbangan- pertimbangan yang harus diambil dalam tahap penilaian proyek semacam itu. Pertimbangan-pertimbangan ini merupakan tambahan dari yang disajikan di Catatan Panduan 1.

Tabel 1 Ringkasan pertimbangan-pertimbangan yang harus diambil dalam tahap penyusunan program, identifikasi dan penilaian suatu proyek konstruksi atau penguatan untuk pengurangan risiko bahaya

Tahap

Pertimbangan-pertimbangan kunci

Menentukan peran

 Menentukan dengan jelas peran dan tanggung jawab yang berkaitan dengan aspek-

dan tanggung

aspek utama dalam proyek (yaitu, pengkajian risiko bahaya, rancangan dan penentuan

jawab

lokasi prasarana yang tahan bahaya secara tepat, penguatan rancang bangun dan kendali mutu konstruksi, pemakaian dan pemeliharaan) yang dipikul oleh berbagai individu, badan dan lembaga yang terlibat dalam proyek:

 Berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang pembangunan atau bantuan (kemanusiaan) yang bekerja di wilayah yang sama untuk menghindari duplikasi upaya penelitian terhadap konstruksi yang tahan bahaya dan untuk menggalakkan penggunaan standar-standar konstruksi tahan bahaya secara selaras  Membangun satu sistem konsultasi dan kerja sama dengan para ahli teknik, akademisi, pemerintah daerah dan penduduk yang terkena dampak  Memastikan bahwa para ahli teknik dan para penyedia layanan prasarana lain berperan serta secara penuh dalam rancangan proyek daripada hanya sekadar membangun atau memenuhi order.

26 Aysan et al. (1995); UNDRO (1982); World Bank (2005). 27 Coburn, A. dan Armillas, I. ‘Earthquake Reconstruction for Future Protection’. Dalam Aysan, Y. dan Davis, I. (eds), Disasters and the small dwelling: Perspectives for the UN IDNDR. Oxford: James and

James Science Publishers Ltd., 1992. 28 EERI/IASPEI. International norm for seismic safety programs. Draft. Working group of the International Association of Earthquake Engineering and the Internationa Association of Seismology and

Physics of the Earth’s Interior. EEFIT/International Association of Seismology and Physics of the Earth’s Interior, 2006. Dapat diakses di: http://www.world-housing.net 29 Davis, J. dan Lambert, R. Engineering in emergencies: A practical guide for relief workers. Bourton-on-Dunsmore: ITDG Publishing/Red R, 2002. 2nd ed. 30 Lubkowski, Z. dan da Silva, J. Aceh and Nias post-tsunami reconstruction: Review of Aceh housing program. London: Arup, 2006. Dapat diakses di: http://www.arup.com

172 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Tahap Pertimbangan-pertimbangan kunci Mengkaji bahaya

 Mengkaji frekuensi dan “ukuran” semua sumber bahaya alam yang potensial (geologi, meteorologi atau hidrologi) di wilayah tersebut (lihat juga Catatan Panduan 2 dan

7 ) dan menentukan skenario bahaya yang mungkin untuk dipertimbangkan dalam merancang prasarana:

 Idealnya, rencana strategi negara yang disusun oleh lembaga-lembaga pembangunan sudah mencakup satu gambaran umum tentang arti penting risiko bencana dalam satu negara tertentu (lihat Catatan Panduan 4)  Studi-studi akademik dan peta-peta bahaya yang ada saat ini bisa memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi tentang bahaya. Namun demikian, tergantung pada bahaya yang umum ada dan lokasinya, mungkin perlu juga untuk melakukan analisis risiko studi-studi mikro-zonasi untuk lokasi-lokasi tertentu.

 Kemungkinan dampak sekunder setempat (misalnya, tanah longsor yang diakibatkan hujan lebat atau gerakan tanah) harus dipertimbangkan.

Meninjau peraturan  Mengkaji kode-kode praktik yang ada tentang daya tahan terhadap bahaya dan

perundangan dan

menentukan apakah mereka memadai untuk digunakan:

praktik unggulan

 Idealnya, tinjauan ini dirampungkan di tingkat nasional, tetapi oleh sebuah lembaga pembangunan atau badan penelitian/akademik setempat. Ini kemudian dapat dirujuk sesuai dengan konteks proyek tertentu  Jika tidak ada tinjauan apa pun, harus diupayakan agar menelaah kode-kode praktik yang ada untuk daya tahan terhadap bahaya. Antara lain:

 Menelaah sejarah pengembangan kode tersebut serta tingkat disertakannya bahaya tertentu  Melihat kinerja bangunan/prasarana yang dirancang sesuai dengan kode-kode tersebut selama peristiwa bahaya di masa lalu  Membandingkan kriteria beban dan rancang bangun dengan aturan-aturan mendirikan bangunan yang disusun oleh negara-negara yang memiliki bahaya yang serupa dan negara-negara tetangga yang memiliki praktik konstruksi yang sama.  Meninjau praktik unggulan dan aturan-aturan internasional untuk mendirikan bangunan, merancang pedoman yang tepat untuk bahaya yang sudah teridentifikasi dan mengkaji kemungkinan penerapannya

Meninjau

 Mengidentifikasi praktik-praktik utama setempat dalam konstruksi untuk jenis

metodologi

prasarana yang relevan. Sebuah pengkajian yang cukup cepat bisa dilakukan dalam

konstruksi dan

kasus konstruksi baru, tetapi diperlukan analisis yang lebih rinci untuk sebuah proyek

kapasitas setempat

peremajaan:

 Kelemahan struktur dan kerentanan prasarana terhadap bahaya alam yang sudah diidentifikasi harus dikaji. Ini akan jelas dalam sebuah skenario pascabencana. Ini bisa mencakup satu studi tentang tingkat degradasi struktur dan bahan-bahannya seiring dengan waktu untuk mengkaji daya tahan terhadap bahaya yang sudah diperkirakan.

 Kekuatan dan daya tahan bahan-bahan yang diperlukan harus ditetapkan  Identifikasi siapa yang membuat rancangan dan konstruksi (dengan menggunakan tenaga ahli, tidak menggunakan tenaga ahli, membangun sendiri atau dibangun oleh kontraktor) dan tingkat kepatuhan pada aturan.

 Mengkaji daya tahan konstruksi setempat terhadap bahaya yang sudah diidentifikasi

dan tingkat risiko yang ditimbulkannya.

C a t a t a n P a n d u a n 12

Tahap

Pertimbangan-pertimbangan kunci 31 32

Mentukan tujuan-

 Menentukan tujuan-tujuan yang jelas dan terukur untuk keselamatan terhadap

tujuan keselamatan

bahaya dengan didasarkan pada tingkat risiko yang dapat didukung oleh lembaga-

terhadap bahaya

lembaga publik dan pemerintah yang terkena dampak. Mempertimbangkan isu akuntabilitas badan-badan pembangunan

 Mempertimbangkan berbagai tujuan-tujuan kinerja yang berbeda untuk fasilitas dan prasarana penting, khususnya dengan mempertimbangkan faktor potensi dampak terhadap para pengguna atau pelanggan yang akan terkena dampak negatif secara berbeda-beda karena hilangnya layanan

Pemilihan lokasi

 Lokasi untuk pembangunan biasanya akan ditentukan oleh pemerintah daerah dengan berdasarkan pada kriteria ketersediaan dan ekonomi. Kesesuaian lokasi- lokasi ini perlu dikaji. Ini dapat dilakukan dengan mengikuti satu daftar uji (antara

lain, Corsellis and Vitale, 31 dan Standar-standar Sphere 32 ). Pengkajian bahaya yang

dilakukan di tahap sebelumnya juga harus dipertimbangkan.  Menentukan apakah diperlukan kerja-kerja tambahan agar lokasi yang dipilih layak

untuk dibangun atau apakah lahan yang digunakan harus dibatasi untuk mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam

 Mempertimbangkan apakah memilih kembali lokasi yang sudah berkurang risikonya

bisa menjadi satu pilihan:

 Ciri-ciri topografi dan bentang alam dapat digunakan untuk mengurangi dampak potensi bahaya alam (misalnya, untuk meminimalkan risiko banjir atau mengubah kecepatan angin dan arah angin)

 Pertukaran lahan bisa menjadi kemungkinan solusi melalui kerjasama dengan pemerintah daerah meskipun keberhasilan dalam hal ini selama ini mungkin lebih terkait dengan perlindungan lingkungan.

Rancangan dan

 Merancang satu solusi penguatan/pendirian bangunan yang berkelanjutan dan

pengadaan

diterima secara sosial yang memenuhi tujuan-tujuan keselamatan terhadap bahaya:  Mempertimbangkan keterbatasan finansial, keterampilan konstruksi dan ketersediaan bahan-bahan bangunan  Mempertimbangkan gangguan terhadap aktivitas normal dalam inisiatif penguatan bangunan  Memastikan bahwa dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan usulan solusi bisa diterima (lihat Catatan Panduan 7 dan 11)  Memastikan (misalnya, melalui uji coba dan riset) bahwa solusi yang diusulkan akan mewujudkan tujuan kinerja yang telah ditentukan di langkah sebelumnya

 Menyusun satu strategi pengadaan yang menyediakan keseluruhan nilai uang dan sumber daya selama seluruh jangka waktu masa pakai layanan/fasilitas  Mengkaji kompetensi kontraktor:

 Mempertimbangkan tingkat supervisi lokasi yang diperlukan  Menangani isu-isu pelatihan keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan solusi yang diusulkan (misalnya, kemungkinan pelatihan di tempat kerja dimasukkan dalam tahap pelaksanaan)

 Menyusun bantuan dan panduan tentang mendirikan bangunan, yang mewakili kondisi bahaya setempat, kararakteristik bahan bangunan keterampilan dan kualitas setempat dengan menggunakan hasil-hasil dari studi-studi di atas.

Konstruksi

 Penting agar kualitas konstruksi tidak mengabaikan tujuan rancangan. Oleh karena itu, harus disusun sebuah prosedur untuk melakukan inspeksi multidisipliner dan memeriksa spesifikasi kerja dalam seluruh proses membangun:

 Uji coba bahan-bahan dan pemeriksaan pemenuhan pedoman rancangan  Pastikan pelaksanaan sistem jaminan mutu

31 Corsellis, T. dan Vitale, A. Transitional settlement displaced populations. Cambridge, UK: University of Cambridge Shelter Project and Oxfam, 2005. 32 Sphere Project. Humanitarian Charter and Minimum Standards in Disaster Response. Geneva: Sphere Project, 2004. Dapat diakses di: http://www.sphereproject.org/content/view/27/84/lang,English/.

174 KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana

Tahap

Pertimbangan-pertimbangan kunci

Pengoperasian dan

 Pedoman untuk pengoperasian dan pemeliharaan harus tersedia untuk

pemeliharaan

mempertahankan tingkat daya tahan terhadap bahaya yang sudah dirancang  Membentuk struktur pendanaan dan manajemen untuk pengoperasian dan

pemeliharaan  Menentukan satu prosedur yang harus diikuti untuk mendapatkan persetujuan tentang segala perubahan terhadap struktur yang dilakukan selama masa digunakannya struktur tersebut

Evaluasi

 Evaluasi terhadap kecukupan rancangan prasarana yang dipilih dan keberhasilan proyek sebagai satu keseluruhan harus dilakukan. Banyak pertimbangan mencakup:  Tingkat keberfungsian, tingkat penerimaan sosial dan keberlanjutan  Biaya proyek dalam kaitannya dengan potensi manfaat rancangan yang tahan bahaya di peristiwa-peristiwa mendatang, segala keterampilan baru yang disediakan untuk para pembangun dan pedoman baru tentang konstruksi yang diperkenalkan.  Melaporkan kinerja prasarana dalam segala peristiwa bahaya yang telah terjadi

 Pelajaran yang dipetik berkaitan dengan penguatan daya tahan terhadap bahaya harus diringkas, diungkapkan dan ditarik untuk proyek-proyek mendatang.