Memadukan bahaya dan risiko bencana ke dalam proses pengkajian dampak sosial
3. Memadukan bahaya dan risiko bencana ke dalam proses pengkajian dampak sosial
Proses pengkajian dampak sosial konvensional terdiri dari sepuluh langkah berikut, 1 yang disusun di bawah ini dengan menyertakan komentar-komentar tentang bagaimana bahaya dan risiko bencana yang terkait dapat dimasukkan ke dalam proses.
Langkah 1. Kembangkan program dengan keterlibatan publik
Langkah pertama adalah mengembangkan rencana yang efektif untuk melibatkan publik. Ini memerlukan upaya identifikasi dan pengerjaan dengan kelompok-kelompok yang terkena dampak. Secara eksplisit harus mengikutsertakan mereka yang mungkin terkena risiko bahaya yang lebih besar (atau lebih kecil) sebagai akibat dari proyek. Keterlibatan pemangku kepentingan sangat penting bagi pengkajian dampak sosial dan sebaiknya terjadi selama berlangsungnya pengkajian. Ini harus melibatkan partisipasi yang tulus selama proses, dan bukan hanya konsultasi.
Langkah 2. Gambarkan tindakan dan alternatif yang diusulkan
Tindakan yang diusulkan atau perubahan kebijakan (dan pendekatan alternatif, jika dirasa tepat) dijelaskan secara cukup terperinci untuk memulai mengidentifikasi persyaratan data bagi pengkajian dampak sosial dan merancang kerangka kerja bagi pengkajian. Jenis potensi dampak sosial kunci, termasuk dampak yang berhubungan dengan bencana, sebaiknya diidentifikasi dan rencana dibuat untuk memperoleh data yang relevan (lihat Bagian 4 untuk diskusi lebih lanjut). Langkah ini juga sama dengan tahap penyaringan (screening) pada pengkajian dampak lingkungan (lihat Catatan Panduan 7).
Langkah 3. Jelaskan lingkungan manusia yang relevan dan zona pengaruh
Data tentang lingkungan geografis dan manusia yang relevan dengan proyek dikumpulkan dan ditinjau melalui penelitian basis data atau profil masyarakat. Penelitian ini dapat mencakup hubungan antara orang-orang dan lingkungan biofisik mereka (misalnya, daerah ekologis, aspek lingkungan dilihat sebagai sumber daya atau masalah, pola pemanfaatan sumber daya) dan budaya, sikap dan kondisi sosial psikologis (misalnya, persepsi risiko, upaya pertahanan diri psikologis). Bahaya dan kerentanan sebaiknya difaktorkan ke dalam analisis basis data.
Langkah 4. Mengidentifikasi dampak-dampak yang mungkin muncul (pencakupan/scoping)
Tahap ini berupaya mengidentifikasi jangkauan penuh dampak sosial (termasuk mereka yang dipandang sebagai kelompok yang menjadi korban. Sebelumnya, penyaringan/screening yang komprehensif dan sistematis dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang menyertainya yang bisa memengaruhi proyek dan masyarakat pada tahap tertentu dalam siklus proyek, serta dampak yang ditimbulkan oleh proyek itu sendiri terhadap risiko
1 Interorganizational Committee on Guidelines and Principles for Social Impact Assessment (2003). Sepuluh langkah yang secara logis dirangkai, tetapi sering tumpang tindih dalam praktiknya.
C a t a t a n P a n d u a n 11
Langkah 5. Selidiki dampak sosial yang mungkin muncul
Penyelidikan dampak sosial yang diidentifikasi selama proses pencakupan (scoping) merupakan komponen paling penting dalam pengkajian dampak sosial. Sejumlah metode, termasuk pemodelan dan skenario, dapat digunakan untuk menyelidiki dampak-dampak masa depan yang mungkin muncul. Kejadian bahaya (sebagai faktor dan konsekuensi eksternal proyek) dan risikonya atau ketidakpastian sebaiknya dimasukkan ke dalam analisis tren dan skenario. Skenario sebaiknya dikembangkan dari konsekuensi sosial dari paparan terhadap bahaya yang
sudah teridentifikasi (misalnya, dengan menggunakan prosedur pohon kesalahan atau pohon kejadian). 2 Catatan pengalaman sebelumnya (termasuk kejadian bahaya) menyediakan data yang bermanfaat bagi proses ini.
Langkah 6. Menentukan tanggapan yang mungkin
Tanggapan dari semua kelompok yang terkena dampak yang sedang berlangsung dikaji, dalam hubungannya dengan sikap dan tindakan. Hal ini sebaiknya mencakup tanggapan terhadap perubahan dalam kerentanan sosial sebagai konsekuensi proyek dan terhadap kejadian bencana dengan dampak terhadap proyek. Kerentanan diferensial antara kelompok sosial harus diakui.
Langkah 7. Perkirakan dampak-dampak sekunder dan kumulatif
Dampak-dampak sekunder (tidak langsung; muncul akibat dampak primer) dan kumulatif dikaji meskipun sangat tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua dimensi dampak sosial karena satu perubahan menyebabkan perubahan lainnya. Pola masa datang dari kerentanan, baik sebagai akibat jangka panjang proyek dan karena faktor lainnya (misalnya, perubahan iklim) sebaiknya dipertimbangkan dalam tahap ini.
Langkah 8. Rekomendasikan perubahan atau alternatif
Konsekuensi perubahan bagi rencana atau intervensi alternatif dikaji seperti dalam Langkah 5 (meskipun biasanya dengan skala yang lebih sederhana) dan masalah kunci yang sama sebaiknya dipertimbangkan.
Langkah 9. Rencana mitigasi, kompensasi dan peningkatan
Sebuah rencana dikembangkan untuk meringankan dampak yang merugikan, dengan tidak mengambil atau memodifikasi tindakan, dengan meminimalkan dampak melalui perubahan rancangan dan operasionalisasi, atau dengan memberi ganti rugi dengan menyediakan fasilitas, sumber daya dan peluang alternatif. Ini bisa termasuk strategi mitigasi risiko. Penghindaran dampak sebaiknya merupakan prioritas utama, upaya memperkecil dan meminimalisasi risiko yang dilakukan jika penghindaran tidak berhasil, dan pemberian ganti rugi atas dampak yang merugikan hanya dilakukan jika tidak ada pilihan lain.
Langkah 10. Kembangkan dan laksanakan program pemantauan
Program pemantauan dikembangkan untuk melacak pembangunan proyek atau program dan membandingkan dampak-dampak aktual dengan dampak yang diproyeksikan.