HIDUP ADALAH SINGKAT DAN BERLALU DENGAN CEPAT

5. HIDUP ADALAH SINGKAT DAN BERLALU DENGAN CEPAT

“Dulu, O para bhikkhu, hiduplah seorang guru religius bernama Araka, yang bebas dari nafsu indria. Ia memiliki ratusan murid, dan doktrin yang ia ajarkan kepada mereka adalah sebagai berikut:

“‘Sungguh singkat kehidupan manusia, O brahmana, terbatas dan pendek; penuh penderitaan, penuh kesengsaraan. Seseorang harus “‘Sungguh singkat kehidupan manusia, O brahmana, terbatas dan pendek; penuh penderitaan, penuh kesengsaraan. Seseorang harus

“‘Seperti halnya setetes embun pada sehelai rumput akan dengan cepat lenyap pada saat matahari terbit dan tidak akan bertahan lama; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan setetes embun. Pendek, terbatas, dan singkat; kehidupan manusia adalah penuh penderitaan, penuh kesengsaraan. Seseorang harus dengan bijaksana memahami hal ini. Ia harus melakukan perbuatan baik dan menjalani kehidupan murni; karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya, ketika hujan turun dari langit dalam tetesan- tetesan besar, gelembung yang muncul di atas permukaan air akan segera lenyap dan tidak bertahan lama; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan gelembung air. Pendek … karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya garis yang digambarkan di atas permukaan air dengan sebatang tongkat kayu akan segera lenyap dan tidak bertahan lama; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan garis yang digambarkan di atas permukaan air. Pendek … karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya sungai di gunung, mengalir dari jauh, mengalir dengan cepat, membawa banyak benda-benda yang hanyut, tidak akan berhenti diam selama sesaat, sejenak, sedetik, namun akan terus bergerak, berpusar dan mengalir maju; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan sungai di gunung.

Pendek … karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya seorang yang kuat membentuk segumpal air ludah di lidahnya dan kemudian menyemburkan gumpalan air ludah dengan mudahnya; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan gumpalan air ludah. Pendek … karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya sepotong daging yang dilemparkan ke atas sebuah lempengan besi yang dipanaskan sepanjang hari akan segera terbakar dan tidak bertahan lama; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia adalah bagaikan sepotong daging ini. Pendek … karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.

“‘Seperti halnya seekor sapi yang akan disembelih dan dituntun ke rumah jagal, ketika ia mengangkat kakinya maka ia lebih dekat menuju pembantaian, lebih dekat pada kematian; demikian pula, para brahmana, kehidupan manusia ini adalah seperti sapi-sapi yang akan disembelih; Pendek, terbatas, dan singkat; kehidupan manusia adalah penuh penderitaan, penuh kesengsaraan. Seseorang harus dengan bijaksana memahami hal ini. Ia harus melakukan perbuatan baik dan menjalani kehidupan murni; karena tidak ada seorang pun yang dilahirkan dapat menghindari kematian.’

“Tetapi pada waktu itu, O para bhikkhu, umur kehidupan manusia adalah 60,000 tahun, dan pada umur 500 tahun para gadis telah siap untuk berumah tangga. Pada masa itu orang-orang hanya memiliki enam kesusahan: dingin, panas, lapar, haus, buang air besar, dan buang air kecil. Walaupun orang-orang hidup sedemikian lama dan memiliki begitu sedikit kesusahan, Guru Araka itu mengajarkan kepada para muridnya suatu ajaran: ‘Sungguh singkat kehidupan manusia….’

“Tetapi pada masa sekarang, O para bhikkhu, seseorang dapat berkata dengan benar, ’Sungguh singkat kehidupan manusia …’; karena pada masa sekarang ini seseorang yang berumur panjang hidup selama seratus tahun atau sedikit lebih lama. Dan ketika hidup selama seratus tahun, itu hanyalah selama tiga ratus musim: seratus musim dingin, seratus musim panas, dan seratus musim hujan. Ketika hidup selama tiga ratus musim, itu hanyalah seribu dua ratus bulan: empat ratus bulan musim dingin, empat ratus bulan musim panas, dan empat ratus bulan musim hujan. Ketika hidup selama seribu dua ratus bulan, itu hanyalah dua ribu empat ratus dwiminggu: delapan ratus dwiminggu musim dingin, delapan ratus dwiminggu musim panas, delapan ratus dwiminggu musim hujan.

“Dan ketika hidup selama dua ribu empat ratus dwiminggu, itu hanyalah 36.000 hari: 12.000 hari di musim dingin, 12.000 dimusim panas, dan 12.000 di musim hujan. Dan ketika hidup selama 36.000 hari, ia makan hanya 72.000 kali: 24.000 kali makan di musim dingin, 24.000 kali di musim panas, dan 24.000 kali di musim hujan. Dan ini termasuk meminum susu ibu dan saat-saat tanpa makanan. Berikut ini adalah saat-saat tanpa makanan: ketika gelisah atau sedih atau sakit, ketika menjalankan puasa, atau ketika tidak memperoleh apapun untuk dimakan.

“Demikianlah, O para bhikkhu, Aku telah menghitung kehidupan dari seorang yang berumur seratus tahun: batas umur kehidupannya, jumlah musim, tahun, bulan, dan dwimingguan, hari dan malam, frekuensi makannya dan saat-saat tanpa makanan.

“Apapun yang harus dilakukan oleh seorang guru yang berbelas- kasih yang, demi belas-kasihnya, mengusahakan kesejahteraan para siswaNya, telah Aku lakukan untuk kalian. Ada bawah pohon ini, O para bhikkhu, ada gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, para bhikkhu, jangan lalai, atau kalian akan menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepada kalian.”

(AN 7:70; IV 136-39)