JALAN MENUJU KEBEBASAN

VII. JALAN MENUJU KEBEBASAN

Di antara sepuluh pandangan ini, pandangan-pandangan yang menyimpan gagasan tentang dunia (loka) juga secara implisit menyimpan gagasan tentang diri (atta). Dengan demikian pasangan pertama ini adalah lawan dari eternalisme dan nihilisme. Pandangan bahwa jiwa adalah sama dengan badan adalah materialisme, salah satu jenis dari nihilisme, pandangan bahwa jiwa dan badan adalah berbeda adalah pandangan eternalisme. Pandangan bahwa Sang Tathāgata – seorang yang terbebaskan - ada setelah kematian adalah eternalisme; pandangan bahwa Beliau tidak ada setelah kematian adalah nihilisme. Pandangan bahwa Beliau ada dan sekaligus tidak ada setelah kematian adalah doktrin sinkretis yang menggabungkan ciri-ciri dari eternalisme dan nihilisme; pandangan bahwa Beliau bukan ada juga bukan tidak ada adalah pandangan skeptis atau agnostik yang menyangkal bahwa kita dapat mengetahui kondisiNya setelah kematian. Semua pandangan ini, dari perspektif Buddhis, menyiratkan bahwa Sang Tathāgata pada saat itu ada sebagai suatu diri.. demikianlah pandangan-pandangan itu dimulai dengan pemikiran-pemikiran keliru dan hanya berbeda sejauh pandangan itu menempatkan takdir diri dalam cara- cara berbeda.

Mereka yang selalu bertanya-tanya tentang nasib bhikkhu yang nyaris meninggalkan Sang Buddha demi memuaskan keingin-tahuan metafisikanya akan merasa gembira setelah mengetahui bahwa dalam usia tuanya, Mālunkyāputta menerima khotbah singkat tentang enam landasan indria dari Sang Buddha, pergi memasuki keterasingan meditasi, dan mencapai Kearahantaan. Baca SN 35:95 145 Devadatta adalah saudara sepupu Sang Buddha yang penuh ambisi, yang berusaha untuk membunuh Sang Buddha dan merebut kekuasaan atas Saṅgha. Ketika usaha-usaha ini gagal, ia berpisah dari Sang Buddha dan mencoba untuk membentuk sektenya sendiri dengan dirinya sebagai pemimpin. Baca Ñāṇamoli, The Life of the Buddha, pp. 266-69. 146 “Pengetahuan dan penglihatan” (ñāṇadassana) di sini merujuk pada mata dewa (MA), kemampuan melihat bentuk-bentuk yang halus yang tidak terlihat oleh penglihatan normal. 147 Terjemahan ini mengikuti Be dan Ce, yang menuliskan asamayavimokkhaṁ dalam kalimat sebelumnya dan asamayavimuttiyā dalam kalimat ini. Ee tampaknya keliru dalam membaca samaya dalam dua kata majemuk dan ṭhānaṁ sebagai pengganti aṭṭhānaṁ. Ps mengutip Paṭisambhidāmagga untuk definisi asamayavimokkha (secara literal, kebebasan bukan-sementara atau “terus-menerus”) sebagai empat jalan, empat buah, dan Nibbāna, dan samayavomikkha (kebebasan sementara) sebagai empat jhāna dan empat pencapaian tanpa bentuk. Baca juga MN 122.4.

Ps mengatakan bahwa “pembebasan pikiran yang tidak tergoyahkan” adalah buah Kearahantaan (MA). Demikianlah “kebebasan terus-menerus” – sebagai termasuk empat jalan dan buah – memiliki jangkauan makna yang lebih luas daripada “kebebasan pikiran yang tidak tergoyahkan,” yang dinyatakan sebagai tujuan kehidupan suci.

Rāgavirāgatthaṃ. Ini juga telah diterjemahkan dengan agak janggal, “untuk kebebasan dari nafsu.”

Spk: Ketika ia sedang berada dalam keterasingan, Ānanda berpikir, “Praktik pertapaan akan berhasil bagi mereka yang mengandalkan teman- teman baik dan mengandalkan usahanya sendiri, jadi setengahnya bergantung pada teman-teman baik dan setengahnya bergantung pada usahanya sendiri.” 151 Vacchāyana adalah nama suku Pilotika.

152 Baca p.558 (bab V n.19) 153 Gambaran (nimitta) adalah kualitas-kualitas menonjol dari objek yang, jika digenggam tanpa perhatian penuh dapat memicu pikiran-pikiran kotor; ciri-

ciri (anubyañjana) adalah detail-detail yang menarik perhatian seseorang jika ia tidak mengendalikan indria-indria. “Ketamakan dan kesedihan” (abhijjhā- domanassa) menyiratkan reaksi berlawanan dari keinginan dan penolakan, ketertarikan dan kejijikan, terhadap objek-objek indria.