LADANG JASA BAGI DUNIA
1. LADANG JASA BAGI DUNIA
(1) Delapan Individu Yang Layak Menerima Persembahan
“Para bhikkhu, delapan orang ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, ladang jasa yang tiada taranya bagi dunia. Apakah delapan ini?
“Pemasuk-arus, seorang yang berlatih untuk mencapai buah memasuki-arus; yang-kembali-sekali, seorang yang berlatih untuk mencapai buah yang-kembali-sekali; yang-tidak-kembali, seorang yang berlatih untuk mencapai buah yang-tidak-kembali; Arahant, seorang yang berlatih untuk mencapai Kearahantaan.
“Para bhikkhu, delapan orang ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, ladang jasa yang tiada taranya bagi dunia.”
(AN 8:59; IV 292)
(2) Perbedaan melalui Indria
“Para bhikkhu, ada lima indria ini. Apakah lima ini? indria keyakinan, indria kegigihan, indria perhatian, indria konsentrasi, indria kebijaksanaan. Ini adalah lima indria itu.
“Seseorang yang telah melengkapi dan memenuhi kelima indria ini adalah seorang Arahant. Jika lebih lemah dari itu, maka ia adalah seorang yang berlatih untuk mencapai Buah Kearahantaan; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang-tidak-kembali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang berlatih untuk mencapai Buah yang-tidak-kembali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang-kembali-sekali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah “Seseorang yang telah melengkapi dan memenuhi kelima indria ini adalah seorang Arahant. Jika lebih lemah dari itu, maka ia adalah seorang yang berlatih untuk mencapai Buah Kearahantaan; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang-tidak-kembali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang berlatih untuk mencapai Buah yang-tidak-kembali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah seorang yang-kembali-sekali; jika lebih lemah lagi, maka ia adalah
“Tetapi, para bhikkhu, Aku katakan bahwa seorang yang sama sekali tidak memiliki kelima indria ini, maka dia adalah ‘seorang yang di luar, seorang yang berdiri dalam kelompok duniawi.’”
(SN 48:18; V 202)
(3) Dalam Dhamma Yang Telah Dibabarkan dengan Sempurna
42. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas, terbuka, nyata, dan bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian, yang jelas, terbuka, nyata, dan bebas dari tambalan, para bhikkhu itu yang adalah para Arahant dengan noda-noda telah dihancurkan – yang telah menjalani kehidupan spiritual, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan mereka sendiri, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – tidak lagi memiliki lingkaran untuk manifestasinya. 284
43. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas … bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian, para bhikkhu yang telah meninggalkan lima belenggu yang lebih rendah semuanya pasti muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana akan mencapai Nibbāna akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu. 285
44. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas … bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang 44. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas … bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang
45. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas … bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian, para bhikkhu yang telah meninggalkan tiga belenggu, semuanya adalah pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya. 286
46. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas … bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian, para bhikkhu yang adalah para pengikut-Dhamma atau pengikut-keyakinan semuanya menuju pencerahan. 287
47. “Para bhikkhu, Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian adalah jelas, terbuka, nyata, dan bebas dari tambalan. Dalam Dhamma yang sempurna dibabarkan olehKu demikian, para bhikkhu yang memiliki cukup keyakinan padaKu, cukup cinta kasih terhadapKu, semuanya menuju alam surga.” 288
(dari MN 22: Alagaddūpama Sutta; I 140-42)
(4) Ajaran yang Lengkap
6. “Ketika seorang bhikkhu telah meninggalkan keinginan, memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak dapat muncul lagi di masa depan, maka bhikkhu itu adalah seorang Arahant dengan noda- noda dihancurkan, seorang yang telah menjalani kehidupan spiritual, 6. “Ketika seorang bhikkhu telah meninggalkan keinginan, memotongnya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak dapat muncul lagi di masa depan, maka bhikkhu itu adalah seorang Arahant dengan noda- noda dihancurkan, seorang yang telah menjalani kehidupan spiritual,
7. “Selain Guru Gotama, adakah seorang bhikkhu lainnya, siswa Guru Gotama, yang dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda?” 289
“Ada, Vaccha, Bukan hanya seratus atau dua atau tiga atau empat atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para bhikkhu, para siswaKu, yang dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.”
8. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu, adakah seorang bhikkhunī lainnya, siswi Guru Gotama, yang dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda- noda?”
“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para bhikkhunī, para siswiKu, yang dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.”
9. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, adakah umat awam laki-laki lainnya, siswa Guru Gotama, berjubah 9. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, adakah umat awam laki-laki lainnya, siswa Guru Gotama, berjubah
“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam laki-laki, para siswaKu, berjubah putih menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali di dunia ini.”
10. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, adakah umat awam laki-laki lainnya, siswa Guru Gotama yang berjubah putih dan menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksi Beliau, menaati nasihat Beliau, telah melampaui keragu- raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru?” 291
“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam laki-laki, para siswaKu, yang berjubah putih dan menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksiKu, menaati nasihatKu, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru.”
11. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī dan para umat awam laki-laki berjubah putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, adakah seorang umat awam perempuan, siswi Guru Gotama, yang 11. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī dan para umat awam laki-laki berjubah putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, adakah seorang umat awam perempuan, siswi Guru Gotama, yang
“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam perempuan, para siswiKu, yang berjubah putih dan menjalani kehidupan selibat yang dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir tanpa pernah kembali di dunia ini.”
12. “Selain Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī dan para umat awam laki-laki berjubah putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, dan umat awam perempuan yang menjalani kehidupan selibat, adakah seorang umat awam perempuan lainnya, siswi Guru Gotama, yang berjubah putih dan menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksi Beliau, menaati nasihat Beliau, telah melampaui keragu- raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru?”
“Bukan hanya seratus … atau lima ratus, melainkan jauh lebih banyak dari itu para umat awam perempuan, para siswiKu, yang berjubah putih dan menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksiKu, menaati nasihatKu, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru.”
13. “Guru Gotama, jika hanya Guru Gotama yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhu yang sempurna, maka
kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama dan para bhikkhu sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama dan para bhikkhu yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhunī yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu dan para bhikkhunī sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, dan para bhikkhunī yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berjubah putih yang menikmati kenikmatan indria, yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berjubah putih … yang sempurna dalam Dhamma ini, tetapi tidak ada umat awam perempuan berjubah putih yang menjalani kehidupan kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama dan para bhikkhu sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama dan para bhikkhu yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhunī yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu dan para bhikkhunī sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, dan para bhikkhunī yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih yang menjalani kehidupan selibat, yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada umat awam laki-laki berjubah putih yang menikmati kenikmatan indria, yang sempurna, maka kehidupan spiritual ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan para umat awam laki-laki berjubah putih, baik yang menjalani kehidupan selibat maupun yang menikmati kenikmatan indria, sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan spiritual ini menjadi lengkap dalam hal itu. Jika hanya Guru Gotama, para bhikkhu, para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berjubah putih … yang sempurna dalam Dhamma ini, tetapi tidak ada umat awam perempuan berjubah putih yang menjalani kehidupan
14. “Seperti halnya sungai Gangga yang condong ke lautan, miring ke arah lautan, mengalir menuju lautan, dan mencapai lautan, demikian pula kelompok Guru Gotama bersama dengan mereka yang tanpa rumah maupun para perumah-tangga condong ke Nibbāna, miring ke arah Nibbāna, mengalir menuju Nibbāna, dan mencapai Nibbāna.”
(dari MN 73: Mahāvacchagotta Sutta; I 490-93)
(5) Tujuh Jenis Individu Mulia
11. “Para bhikkhu, Aku tidak mengatakan tentang semua bhikkhu bahwa mereka masih harus melakukan tugas dengan tekun; juga aku tidak mengatakan tentang semua bhikkhu bahwa mereka tidak perlu melakukan apapun lagi dengan tekun.
12. “Aku tidak mengatakan tentang para bhikkhu yang adalah para Arahant dengan noda-noda dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir, bahwa mereka masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Mereka telah melakukan tugas mereka dengan tekun; mereka tidak lagi mampu menjadi lalai.
13. “Aku mengatakan tentang para bhikkhu yang dalam latihan yang lebih tinggi, yang batinnya belum mencapai tujuan, dan yang masih bercita-cita untuk mencapai keamanan tertinggi dari belenggu, bahwa mereka masih harus melakukan sesuatu dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika para mulia itu menggunakan tempat- tempat tinggal yang selayaknya dan bergaul dengan teman-teman baik dan memelihara indria-indria spiritual mereka, maka mereka dapat, dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan spiritual yang karenanya para anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Karena melihat buah ketekunan bagi para bhikkhu ini, Aku katakan bahwa mereka masih harus melakukan tugas dengan tekun.
14. “Para bhikkhu, terdapat tujuh jenis orang di dunia ini. Apakah tujuh ini? Mereka adalah: seorang yang-terbebaskan-dalam-kedua- cara, seorang yang-terbebaskan-melalui-kebijaksanaan, seorang saksi- tubuh, seorang yang-mencapai-pandangan, seorang yang- terbebaskan-melalui-keyakinan, seorang pengikut-Dhamma, dan seorang pengikut-keyakinan.
15. “Orang jenis apakah yang-terbebaskan-dalam-kedua-cara? Di sini seseorang menyentuh dengan tubuhnya dan berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan noda-nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang yang-terbebaskan-dalam-kedua-cara. 292 Aku tidak mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Ia telah melakukan tugas mereka dengan tekun; ia tidak lagi mampu menjadi lalai.
16. “Orang jenis apakah yang-terbebaskan-melalui-kebijaksanaan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, tetapi noda-nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang yang-terbebaskan-melalui-kebijaksanaan. 293 Aku tidak mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Ia telah melakukan tugas mereka dengan tekun; ia tidak lagi mampu menjadi lalai.
17. “Orang jenis apakah yang adalah saksi-tubuh? Di sini seseorang menyentuh dengan tubuhnya dan berdiam dalam kebebasan- kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan beberapa nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang saksi-tubuh. 294 Aku 17. “Orang jenis apakah yang adalah saksi-tubuh? Di sini seseorang menyentuh dengan tubuhnya dan berdiam dalam kebebasan- kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan beberapa nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang saksi-tubuh. 294 Aku
18. “Orang jenis apakah yang-mencapai-pandangan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, tetapi beberapa nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, dan ia meninjau kembali dan memeriksa dengan kebijaksanaan ajaran-ajaran yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata. Orang jenis ini disebut seorang yang- mencapai-pandangan. 295 Aku mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika Yang Mulia itu ... menuju kehidupan tanpa rumah. Dengan melihat buah ketekunan bagi seorang bhikkhu demikian, Aku katakan bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun.
19. “Orang jenis apakah yang-terbebaskan-melalui-keyakinan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, tetapi beberapa nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, dan keyakinannya tertanam, berakar, dan kokoh di dalam Sang Tathāgata. Orang jenis 19. “Orang jenis apakah yang-terbebaskan-melalui-keyakinan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, tetapi beberapa nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, dan keyakinannya tertanam, berakar, dan kokoh di dalam Sang Tathāgata. Orang jenis
20. “Orang jenis apakah pengikut-Dhamma? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan- kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan noda-nodanya belum dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, tetapi ajaran-ajaran itu yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata diterima olehnya setelah merenungkannya dengan kebijaksanaan hingga tingkat yang mencukupi. Lebih jauh lagi, ia memiliki kualitas-kualitas ini: indria keyakinan, indria kegigihan, indria perhatian, Indria konsentrasi, dan indria kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang pengikut-Dhamma. 297 Aku mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika Yang Mulia itu ... menuju kehidupan tanpa rumah. Karena melihat buah ketekunan bagi seorang bhikkhu demikian, Aku katakan bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun.
21. “Orang jenis apakah pengikut-keyakinan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan noda-nodanya belum dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, namun ia memiliki keyakinan yang mencukupi dan cinta kasih kepada Sang Tathāgata. Lebih jauh lagi, ia memiliki kualitas-kualitas ini: indria keyakinan, indria kegigihan, indria perhatian, indria konsentrasi, dan indria kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang pengikut-keyakinan. Aku mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika Yang Mulia itu menggunakan tempat-tempat tinggal yang selayaknya dan bergaul dengan teman-teman baik dan memelihara indria-indria spiritual mereka, maka ia dapat, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang karenanya para anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Karena melihat buah ketekunan bagi seorang bhikkhu demikian, Aku katakan bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun.”
(dari MN 70: Kīṭāgiri Sutta; I 477-79)