MEMASUKI ARUS
2. MEMASUKI ARUS
(1) Empat Faktor yang Mengarah Menuju Tingkat Memasuki Arus
Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Sāriputta: “Sāriputta, dikatakan: ‘faktor memasuki-arus, faktor memasuki-arus.’ Apakah, Sāriputta, faktor memasuki-arus itu?”
“Pergaulan dengan orang-orang mulia, Yang Mulia, adalah faktor memasuki-arus. Mendengarkan Dhamma sejati adalah faktor memasuki-arus. Perhatian waspada adalah faktor memasuki-arus. Praktik sesuai dengan Dhamma adalah faktor memasuki-arus.”
“Bagus, bagus, Sāriputta! Itu adalah persis seperti apa yang engkau katakan. Sāriputta, dikatakan: ‘arus, arus.’ Apakah arus itu?” “Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, Yang Mulia, adalah arus; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar.”
“Bagus, bagus, Sāriputta! Itu adalah persis seperti apa yang engkau katakan, dikatakan: ‘Pemasuk-arus, pemasuk-arus.’ Apakah pemasuk- arus itu?”
“Seseorang yang memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, Yang Mulia, disebut pemasuk-arus: yang mulia ini dengan nama ini dan suku itu.”
“Bagus, bagus, Sāriputta! Seseorang yang memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan ini disebut pemasuk-arus: yang mulia ini dengan nama ini dan suku itu.”
(SN 55:5; V 410-11)
(2) Memasuki Jalan Pasti Kebenaran
“Para bhikkhu, mata adalah tidak kekal, berganti, mengalami perubahan. Telinga … Hidung … Lidah … Badan … Pikiran adalah tidak kekal, berganti, mengalami perubahan. Seorang yang meyakini ajaran-ajaran ini dan memahaminya demikian disebut seorang penganut-keyakinan, seorang yang telah memasuki jalan pasti kebenaran, 298 memasuki wilayah orang-orang mulia, melampaui wilayah kaum duniawi. Ia tidak mampu melakukan perbuatan yang mengakibatkan kelahiran kembali di alam neraka, di alam binatang, atau di alam hantu menderita; ia tidak dapat meninggal dunia tanpa menembus buah Memasuki-arus. 299
“Seseorang yang menerima ajaran-ajaran ini demikian setelah direnungkan hingga tingkat yang mencukupi dengan kebijaksanaan disebut seorang Penganut-Dhamma, seorang yang telah memasuki jalan pasti kebenaran, memasuki wilayah orang-orang mulia, melampaui wilayah kaum duniawi. Ia tidak mampu melakukan perbuatan yang mengakibatkan kelahiran kembali di alam neraka, di alam binatang, atau di alam hantu menderita; ia tidak dapat meninggal dunia tanpa menembus buah Memasuki-arus.
“Seorang yang mengetahui dan melihat ajaran-ajaran ini seperti demikian disebut seorang Pemasuk-arus, tidak akan terlahir lagi di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya.” 300
(SN 25:1; III 225)
(3) Penembusan Dhamma
Sang Bhagavā mengambil sedikit tanah dengan ujung kuku jari tangannya dan berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:
“Para bhikkhu bagaimanakah menurut kalian, mana yang lebih banyak: sedikit tanah yang Kuambil di ujung kuku jari tanganKu ini atau bumi ini?”
“Yang Mulia, bumi ini lebih banyak. Sedikit tanah yang Bhagavā ambil di ujung kuku jari tangan Beliau adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari bumi ini.”
“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia, seorang yang sempurna dalam pandangan yang telah menembus, penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak, sementara yang masih tersisa adalah tidak berarti. Yang tersisa ini tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu bagian dari keseluruhan penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan, karena paling banyak hanya menjalani tujuh kehidupan lagi. Begitu besar manfaatnya, para bhikkhu, penembusan Dhamma, begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.” 301
(SN 13:1; II 133-34)
(4) Empat Faktor Pemasuk Arus
“Para bhikkhu, seorang siswa mulia yang memiliki empat hal adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya.
“Apakah empat ini? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia memiliki keyakinan kuat 302 pada Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, pemimpin yang tiada taranya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Ia memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik, terlihat langsung, di sini dan saat ini, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, layak diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’ Ia memiliki keyakinan kuat dalam Saṅgha sebagai berikut: ’Saṅgha siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu, empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha siswa Sang Bhagavā ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, ladang jasa yang tiada taranya bagi dunia.’ Ia memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak, tidak robek, tidak ternoda, tidak tercoreng, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak dicengkeram, menuntun ke arah konsentrasi.
“Seorang siswa mulia, para bhikkhu, yang memiliki empat hal adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”
(SN 55:2; V 343-44)
(5) Lebih Baik daripada Kekuasaan di Bumi
“Para bhikkhu, walaupun seorang raja pemutar-roda, setelah mengerahkan kekuasaan pemerintahan tertinggi atas empat benua, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, akan terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga, di tengah-tengah para deva di alam Tāvatiṃsa, dan di sana di Taman Nandana, disertai dengan sejumlah pengikut para bidadari surgawi, ia bersenang-senang menikmati lima utas kenikmatan indria surgawi yang ia miliki, namun demikian, karena ia tidak memiliki empat hal, ia tidak terbebas dari neraka, alam binatang, dan alam hantu, tidak terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah. 303 Walaupun, para bhikkhu, seorang siswa mulia bertahan hidup hanya dengan dana makanan dan mengenakan jubah potongan-kain buangan, namun demikian, karena ia memiliki empat hal, ia terbebas dari neraka, alam binatang, dan alam hantu, terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah. Apakah empat ini? Keyakinan kuat dalam Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha dan moralitas yang disenangi para mulia. Dan, para bhikkhu, antara memiliki kekuasaan atas empat benua dan memiliki empat hal ini, memiliki kekuasaan atas empat benua tidak sebanding dengan nilai seperenambelas bagian dari memiliki empat hal ini.”
(SN 55:1; V 342)