DARI ALAM SURGA HINGGA NERAKA
8. DARI ALAM SURGA HINGGA NERAKA
“Para bhikkhu, ada empat jenis individu di dunia. Apakah empat ini? “Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh cinta kasih, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat. demikian juga ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia mati, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva pengikut Brahmā. Umur kehidupan para deva itu adalah satu kappa. Kaum duniawi menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia pergi ke neraka, ke alam binatang, dan ke alam hantu. Tetapi siswa Sang Bhagavā menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva “Para bhikkhu, ada empat jenis individu di dunia. Apakah empat ini? “Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh cinta kasih, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat. demikian juga ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia mati, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva pengikut Brahmā. Umur kehidupan para deva itu adalah satu kappa. Kaum duniawi menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia pergi ke neraka, ke alam binatang, dan ke alam hantu. Tetapi siswa Sang Bhagavā menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva
“Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh belas kasih, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat. Demikian pula ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh belas kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia mati, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva bercahaya gilang-gemilang. Umur kehidupan para deva itu adalah dua kappa. Kaum duniawi menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia pergi ke neraka, ke alam binatang, dan ke alam hantu. Tetapi siswa Sang Bhagavā menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia mencapai Nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah perbedaan, kesenjangan, yang membedakan antara siswa mulia yang terlatih dan kaum duniawi yang tidak terlatih, yaitu, sehubungan dengan alam tujuan dan kelahiran kembali.
“Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh kegembiraan altruistis, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke
empat. Demikian pula ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh kegembiraan altruistis, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia mati, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva dengan keagungan gilang-gemilang. Umur kehidupan para deva itu adalah empat kappa. Kaum duniawi menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia pergi ke neraka, ke alam binatang, dan ke alam hantu. Tetapi siswa Sang Bhagavā menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah menjalani keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia mencapai Nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah perbedaan, kesenjangan, yang membedakan antara siswa mulia yang terlatih dan kaum duniawi yang tidak terlatih, yaitu, sehubungan dengan alam tujuan dan kelahiran kembali.
“Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh keseimbangan, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat. Demikian pula ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh keseimbangan, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak “Di sini, para bhikkhu, beberapa orang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh keseimbangan, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat. Demikian pula ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala arah, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran penuh keseimbangan, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ia menikmatinya, menyukainya, dan tergetar olehnya. Jika ia kokoh di dalamnya, bertekad padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak
“Ini, para bhikkhu, adalah empat jenis individu yang terdapat di dunia.”
(AN 4:125; II 128-29)
9. Bahaya SaAṂSĀRA
(1) Aliran Air-mata
“Para bhikkhu, saṃsāra ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. Titik pertama tidak terlihat oleh makhluk-makhluk yang berkelana dan mengembara karena terhalangi oleh ketidak-tahuan dan terbelenggu oleh ketagihan. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: air mata yang telah kalian teteskan ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan – ini atau air di empat samudera raya?”
“Seperti yang kami pahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang “Seperti yang kami pahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang
“Bagus, bagus, para bhikkhu! Bagus sekali kalian memahami Dhamma yang Kuajarkan seperti itu. Air mata yang telah kalian teteskan ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya. Sejak lama, para bhikkhu, kalian telah mengalami kematian ibu; ketika mengalami ini, menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan, tetesan air mata yang telah kalian teteskan adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya.
“Sejak lama, para bhikkhu, kalian telah mengalami kematian ayah … kematian saudara … kematian saudari … kematian putera … kematian puteri … kehilangan sanak saudara … kehilangan kekayaan … kehilangan karena penyakit; ketika mengalami ini, kalian menangis dan meratap karena berkumpul dengan yang tidak menyenangkan dan berpisah dari yang menyenangkan, tetesan air mata yang telah kalian teteskan adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, saṃsāra ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan.... Cukuplah untuk mengalami kejijikan terhadap segala bentukan, cukuplah untuk menjadi bosan terhadapnya, cukup untuk terbebaskan darinya.”
(SN 15:3; II 179-80)
(2) Aliran Darah
Ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu. Tiga puluh bhikkhu dari Pāvā mendekati Sang Bhagavā – semuanya adalah penghuni hutan, pemakan makanan persembahan, pemakai jubah kain usang, pemakai jubah tiga helai, namun semuanya masih memiliki belenggu. 141 Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Sang Bhagavā dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: “Tiga puluh bhikkhu dari Pāvā ini semuanya adalah penghuni hutan, pemakan makanan persembahan, pemakai jubah kain usang, pemakai jubah tiga helai, namun semuanya masih memiliki belenggu. Aku akan mengajarkan Dhamma sedemikian agar mereka selagi duduk di tempat ini batin mereka akan terbebaskan dari noda melalui ketidak-melekatan.” 142
Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu itu: “Para bhikkhu!” “Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, saṃsāra ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. Titik pertama tidak terlihat oleh makhluk-makhluk yang berkelana dan mengembara karena terhalangi oleh ketidak-tahuan dan terbelenggu oleh ketagihan. Bagaimana menurutmu, para bhikkhu, mana yang lebih banyak: darah yang telah kalian teteskan ketika kalian dipenggal sewaktu berkelana dan mengembara melalui perjalanan panjang ini – ini atau air di empat samudera raya?”
“Seperti yang kami pahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, Yang Mulia, darah yang telah kami teteskan ketika kami berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya.”
“Bagus, bagus, para bhikkhu! Bagus sekali kalian memahami Dhamma yang Kuajarkan seperti itu. Darah yang telah kalian teteskan ketika kalian berkelana dan mengembara dalam perjalanan panjang ini – ini saja adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya. Dalam waktu yang lama, para bhikkhu, kalian telah menjadi sapi, dan ketika sebagai sapi kalian dipenggal, darah yang kalian teteskan adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya. Dalam waktu yang lama kalian telah menjadi kerbau, domba, kambing, rusa, ayam, dan babi … Dalam waktu yang lama kalian telah ditangkap sebagai pencuri, penyamun, dan pemerkosa, dan ketika kalian dipenggal, darah yang kalian teteskan adalah lebih banyak daripada air di empat samudera raya. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, saṃsāra ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. Titik pertama tidak terlihat oleh makhluk-makhluk yang berkelana dan mengembara karena terhalangi oleh ketidak-tahuan dan terbelenggu oleh ketagihan. Untuk waktu yang lama, para bhikkhu, kalian telah mengalami penderitaan, kesedihan, dan kemalangan, dan memenuhi pekuburan. Cukuplah untuk mengalami kejijikan terhadap segala bentukan, cukuplah untuk menjadi bosan terhadapnya, cukup untuk terbebaskan darinya.”
Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Gembira, para bhikkhu itu bersukacita mendengar kata-kata Sang Bhagavā. Dan ketika penjelasan ini dibabarkan, batin ketiga-puluh bhikkhu dari Pāvā itu terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
(SN 15:13; II 187-89)