PENCAPAIAN KEMAHIRAN
10. PENCAPAIAN KEMAHIRAN
Pada suatu ketika Yang Mulia Sāriputta sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. 219 Kemudian, pada suatu pagi, Yang Mulia Sāriputta merapikan jubah dan, membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Kemudian, ketika ia telah menerima dana makanan dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan ia pergi ke Hutan Orang Buta untuk melewatkan hari itu. Setelah memasuki Hutan Orang Buta, ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan hari itu.
Kemudian, malam harinya, Yang Mulia Sāriputta keluar dari keterasingannya dan pergi ke Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Dari jauh Yang Mulia Ānanda melihat Yang Mulia Sāriputta datang dan berkata kepadanya: “Sahabat Sāriputta, indriamu tenang, raut wajahmu bersih dan cerah. Bagaimanakah Yang Mulia Sāriputta melewatkan harinya?”
“Di sini, sahabat, dengan terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, aku masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai oleh awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kebahagiaan yang berasal dari keterasingan. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai jhāna pertama,’ atau ‘aku telah mencapai jhāna pertama,’ atau ‘aku telah keluar dari jhāna pertama.’”
“Pasti karena pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi terhadap keangkuhan telah tercabut sepenuhnya dalam pikiranmu sejak lama sehingga pikiran demikian tidak muncul padamu.” 220
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan meredanya awal pikiran dan kelangsungan pikiran, aku masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan internal dan keterpusatan pikiran, tanpa awal pikiran atau kelangsungan pikiran, dan memiliki sukacita dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai jhāna ke dua,’ atau ‘aku telah mencapai jhāna ke dua,’ atau ‘aku telah keluar dari jhāna ke dua.’”
“Pasti karena pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi terhadap keangkuhan telah tercabut sepenuhnya dalam pikiranmu sejak lama sehingga pikiran demikian tidak muncul padamu.”
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan meluruhnya sukacita, aku berdiam dengan seimbang dan, penuh perhatian dan memahami dengan jernih, aku mengalami kebahagiaan pada jasmani; aku masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang dinyatakan oleh para mulia: ‘Ia seimbang, penuh perhatian, seorang yang berdiam dengan bahagia.’ Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai jhāna ke tiga....’” [Lengkap seperti di atas.]
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya dari sukacita dan ketidaksenangan, aku masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang tidak menyakitkan juga tidak menyenangkan dan termasuk pemurnian [Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya dari sukacita dan ketidaksenangan, aku masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang tidak menyakitkan juga tidak menyenangkan dan termasuk pemurnian
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi pada kontak indria, dengan tanpa perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ aku masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai landasan ruang tanpa batas….’”
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ aku masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai landasan kesadaran tanpa batas….’”
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa,’ aku masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai landasan kekosongan….’”
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, aku masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku sedang mencapai landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi….’”
[Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, aku masuk dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku [Pada kesempatan lainnya Yang Mulia Sāriputta berkata:] “Di sini, sahabat, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, aku masuk dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan. Namun, sahabat, aku tidak berpikir, ‘Aku
“Pasti karena pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi terhadap keangkuhan telah tercabut sepenuhnya dalam pikiranmu sejak lama sehingga pikiran demikian tidak muncul padamu.”
(SN 28: 1-9, digabungkan; III 235-38)