DISIPLIN MORAL

4. DISIPLIN MORAL

(1) Lima Aturan

“Ada, O para bhikkhu, delapan arus jasa, arus yang bermanfaat, makanan bagi kebahagiaan, yang bersifat surgawi, masak dalam kebahagiaan, mendorong menuju ke surga, yang mengarah pada “Ada, O para bhikkhu, delapan arus jasa, arus yang bermanfaat, makanan bagi kebahagiaan, yang bersifat surgawi, masak dalam kebahagiaan, mendorong menuju ke surga, yang mengarah pada

“Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia berlindung pada Sang Buddha. Ini adalah arus jasa pertama, arus yang bermanfaat, makanan bagi kebahagiaan, yang bersifat surgawi, masak dalam kebahagiaan, mendorong menuju ke surga, yang yang mengarah pada apapun yang diinginkan, dicintai, dan disenangi, menuntun ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.

“Kemudian, seorang siswa mulia berlindung pada Dhamma. Ini adalah arus jasa ke dua … yang yang mengarah pada apapun yang diinginkan, dicintai, dan disenangi, menuntun ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.

“Kemudian, seorang siswa mulia berlindung pada Saṅgha. Ini adalah arus jasa ke tiga … yang yang mengarah pada apapun yang diinginkan, dicintai, dan disenangi, menuntun ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.

“Lebih lanjut ada lagi, para bhikkhu, kelima pemberian ini – murni, telah ada sejak lama, tradisional, kuno, tidak ternoda dan tidak pernah ternoda sebelumnya, tidak sedang ternoda dan tidak akan ternoda, tidak direndahkan oleh para petapa dan brahmana bijaksana. Apakah lima pemberian ini?

“Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan menghancurkan kehidupan dan menghindarinya. Dengan menghindari menghancurkan kehidupan, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk. Dengan memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk, ia sendiri menikmati kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan. Ini adalah yang pertama “Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan menghancurkan kehidupan dan menghindarinya. Dengan menghindari menghancurkan kehidupan, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk. Dengan memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk, ia sendiri menikmati kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan. Ini adalah yang pertama

“Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan dan menghindarinya. Dengan menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan…. Ini adalah yang ke dua dari persembahan-persembahan besar itu dan yang ke lima dari arus jasa.

“Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan melakukan hubungan seksual yang salah dan menghindarinya. Dengan menghindari perbuatan melakukan hubungan seksual yang salah, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan…. Ini adalah yang ke tiga dari persembahan- persembahan besar itu dan yang ke enam dari arus jasa.

“Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan ucapan bohong dan menghindarinya. Dengan menghindari ucapan bohong, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan…. Ini adalah yang ke empat dari persembahan-persembahan besar itu dan yang ke tujuh dari arus jasa.

“Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, landasan kelengahan, dan menghindarinya. Dengan menghindari perbuatan meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk. Dengan memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk, ia sendiri menikmati kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan. Ini adalah yang ke lima dari “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia menghentikan perbuatan meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, landasan kelengahan, dan menghindarinya. Dengan menghindari perbuatan meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, siswa mulia itu memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk. Dengan memberikan kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan kepada tidak terhitung banyaknya makhluk, ia sendiri menikmati kebebasan dari ketakutan, permusuhan, dan penindasan. Ini adalah yang ke lima dari

“Ini, para bhikkhu, adalah delapan arus jasa, arus yang bermanfaat, makanan bagi kebahagiaan, yang bersifat surgawi, masak dalam kebahagiaan, mendorong menuju ke surga, yang mengarah pada apapun yang diinginkan, dicintai, dan disenangi, yang menuntun ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.”

(AN 8:39; IV 245-47)

(2) Pelaksanaan Uposatha

“Ketika, O para bhikkhu, pelaksanaan uposatha lengkap dalam delapan faktor, hal ini akan berbuah besar dan bermanfaat, bercahaya dan menyebar. Dan bagaimanakah pelaksanaan Uposatha itu yang lengkap dalam delapan faktor? 125

“Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan perbuatan menghancurkan kehidupan, menghindari menghancurkan kehidupan; dengan tongkat pemukul dan senjata ditinggalkan, mereka berhati-hati dan penuh belas-kasih dan berdiam penuh belas- kasih kepada semua makhluk hidup. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini, dan pelaksanaan uposatha akan terpenuhi olehku.’ Ini adalah faktor pertama.

“Kemudian, ia merenungkan: ‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; hanya mengharapkan apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa “Kemudian, ia merenungkan: ‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan; hanya mengharapkan apa yang diberikan, dan berdiam dengan jujur tanpa

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan hubungan seksual dan menjalankan hidup selibat, menahan diri dari praktik kasar hubungan seksual. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa….’ Ini adalah faktor ke tiga.

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan ucapan salah, menjadi pengikut kebenaran, layak dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa….’ Ini adalah faktor ke empat.

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, landasan kelengahan, dan menghindarinya. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa….’ Ini adalah faktor ke lima.

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant hanya makan satu kali dalam sehari dan menghindari makan di malam hari, di luar waktu yang benar. 126 Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa….’ Ini adalah faktor ke enam.

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant menghindari tarian, nyanyian, musik, dan pertunjukan-pertunjukan tidak selayaknya, dan menghindari menghias diri mereka dengan mengenakan kalung bunga dan menggunakan wewanginan dan salep. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa….’ Ini adalah faktor ke tujuh.

“‘Seumur hidup mereka, para Arahant meninggalkan penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi dan mewah; mereka menggunakan tempat beristirahat yang rendah, apakah tempat tidur kecil atau alas duduk jerami. Hari ini aku juga, selama sepanjang hari dan malam ini, akan melakukan hal serupa. Aku akan meniru para

Arahant dalam hal ini, dan pelaksanaan uposatha akan terpenuhi olehku.’ Ini adalah faktor ke delapan.

“Ketika, para bhikkhu, pelaksanaan uposatha lengkap dalam delapan faktor ini, hal ini akan berbuah besar dan bermanfaat, bercahaya dan menyebar. Dan sejauh apakah hal ini berbuah besar dan bermanfaat, bercahaya dan menyebar?

“Misalkan, para bhikkhu, seseorang mengerahkan kekuasaan pada enam belas negeri besar ini yang memiliki tujuh pusaka berharga berlimpah, yaitu, Aṅga, Magadha, Kāsi, Kosala, Vajji, Malla, Ceti, Vaṃsa, Kuru, Pañcāla, Maccha, Sūrasena, Assaka, Avanti, Gandhāra, dan Kamboja: 127 hal ini masih tidak sebanding dengan seperenam- belas bagian dari pelaksanaan uposatha yang lengkap dalam delapan faktor ini. Karena alasan apakah? Karena kerajaan manusia adalah miskin jika dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.

“Bagi para deva di alam Emat Raja Dewa satu hari dan satu malam adalah sama dengan lima puluh tahun manusia; tiga puluh hari demikian menjadi satu bulan; dan dua belas bulan demikian menjadi satu tahun. Umur kehidupan para deva di alam Empat Raja Dewa adalah lima ratus tahun surgawi. Adalah mungkin, para bhikkhu, bahwa jika seseorang laki-laki atau perempuan di sini melaksanakan uposatha yang lengkap dalam delapan faktor ini, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, mereka akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva di alam Empat Raja Dewa. Adalah sehubungan dengan hal ini Aku mengatakan bahwa kerajaan manusia adalah miskin jika dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.

“Bagi para deva di alam Tāvatiṃsa satu hari dan satu malam adalah sama dengan seratus tahun manusia…. Umur kehidupan para deva Tāvatiṃsa adalah seribu tahun surgawi…. Bagi para deva Yāma satu hari dan satu malam adalah sama dengan dua ratus tahun manusia…. Umur kehidupan para deva Yāma adalah dua ribu tahun surgawi…. Bagi para deva Tusita satu hari dan satu malam adalah sama dengan empat ratus tahun manusia…. Umur kehidupan para deva Tusita adalah empat ribu tahun surgawi…. Bagi para deva yang bergembira di dalam penciptaan, satu hari dan satu malam adalah sama dengan delapan ratus tahun manusia…. Umur kehidupan para deva yang bergembira di dalam penciptaan adalah delapan ribu tahun surgawi…. Bagi para deva yang menguasai ciptaan para deva lain, satu hari dan satu malam adalah sama dengan seribu enam ratus tahun manusia; tiga puluh hari demikian menjadi satu bulan; dan dua belas bulan demikian menjadi satu tahun. Umur kehidupan para deva yang menguasai ciptaan para deva lain adalah enam belas ribu tahun surgawi. Adalah mungkin, para bhikkhu, bahwa jika seseorang laki- laki atau perempuan di sini melaksanakan uposatha yang lengkap dalam delapan faktor ini, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, mereka akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva yang menguasai ciptaan para deva lain. Adalah sehubungan dengan hal ini Aku mengatakan bahwa kerajaan manusia adalah miskin jika dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.”

(AN 8:41; IV 248-51)