KEBAHAGIAAN YANG TERLIHAT DALAM KEHIDUPAN INI
IV. KEBAHAGIAAN YANG TERLIHAT DALAM KEHIDUPAN INI
95 Sebagai patokan bagi Raja Pemutar Roda, Dhamma bukanlah ajaran Sang Buddha melainkan hukum moral keadilan dan kebajikan yang berdasarkan
padanya raja yang bajik memerintah negerinya dan memperoleh kekuasaan di seluruh dunia. Dalam Ikonografi India, roda (cakka) adalah simbol kekuasaan baik dalam bidang duniawi maupun spiritual. Penguasa dunia memikul beban kerajaan ketika “pusaka roda” mistis (cakkaratana) muncul padanya (baca Teks IV, 6(5)); pusaka roda bertahan sebagai simbol kekuasaannya. Secara analogi, Sang Buddha memutar roda Dhamma, yang tidak dapat diputar balik oleh siapapun di dunia.
96 Bandingkan seruan para deva pada bagian penutup dari Teks II, 5. 97 Perumah-tangga Nakulapitā dan istrinya, Nakulamāta adalah umat awam
Sang Buddha yang terkemuka dalam hal keyakinan mereka pada Beliau. Baca Nyanaponika and Hecker, Great Disciples of the Buddha, pp.375-78.
98 Anāthapiṇḍika adalah penyokong awam laki-laki terkemuka. Baca Nyanaponika and Hecker, Great Disciples of the Buddha, bab 9. 99 Dāsī: secara literal, seorang budak perempuan, dalam masyarakat Buddhis rekomendasi ini tidak dianggap serius dan ketiga model pertama sebagai istri
ideal telah mencakup. 100 Visākhā adalah penyokong awam perempuan terkemuka. Taman Timur adalah vihara yang dibangun untuk Sang Buddha di bagian timur Sāvatthī. 101
Argumen ini dimaksudkan untuk membantah klaim para brahmana bahwa mereka terlahir dari mulut Brahmā. 102 Yona adalah negeri Bactria jajahan Yunani, di Afghanistan dan Pakistan sekarang. Para penduduk Yunani menetap dan memerintah di sini setelah penaklukkan Alexander Yang Agung. Kamboja adalah suatu wilayah barat laut
Raja Ajātasattu meraih kekuasaan setelah membunuh ayahnya, Raja Bimbisāra yang baik, seorang penyokong Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian memasuki-arus, tingkat pertama kebebasan. Kelak Ajātasattu merasa menyesal atas kekejamannya dan, setelah mendengarkan Sang Buddha mengajarkan Sāmaññaphala Sutta (DN 2), ia menjadi pengikut Beliau. Konfederasi Vajji, di utara Magadha, di sisi lain Sungai Gangga, terdiri dari Licchavi dari Vesāli dan Videhi (atau Videha – dari mana ibu Ajātasattu berasal), yang beribu kota Mithilā. 104 Uposatha adalah hari pelaksanaan religius dalam kalender Lunar. Hari ini jatuh pada hari bulan purnama (hari ke lima belas setiap setengah bulan), bulan baru (hari ke empat belas atau ke lima belas dari setengah bulan), dan dua hari bulan setengah. “Hari Uposatha ke lima belas” yang dimaksudkan di sini kemungkinan adalah Uposatha bulan purnama.
Saya mengoreksi kesalahan dalam terjemahan Walshe di sini. Walshe menerjemahkan seolah-olah para petapa dan brahmana yang bajik harus mendatangi raja untuk memohon tuntunannya dalam hal apa yang bermanfaat dan apa yang tidak bermanfaat. Akan tetapi, teks Pāli, jelas mengatakan bahwa adalah raja yang harus mendatangi para petapa dan brahmana baik itu untuk memohon tuntunan dari mereka. 106 Yathābhuttañ ca bhuñjatha. Kata Pāli ini secara literal berarti “Makanlah makanan seperti sebelumnya,” tetapi ini sepertinya adalah implikasinya. “Makanlah secukupnya” versi Walshe tidak mungkin benar.
Purohita. Ia adalah seorang brahmana yang bertugas sebagai penasihat, baik dalam hal religius maupun urusan keduniawian.
V. JALAN MENUJU KELAHIRAN KEMBALI YANG MENGUNTUNGKAN
Cetanā ‘haṃ bhikkhave kammaṃ vadāmi, cetayitvā kammaṃ karoti kāyena vācāya manasā (AN III 415). 109 Perbedaannya tampak digambarkan sepintas dalam literatur sutta, tetapi dalam komentar, hal ini lebih ditegaskan menjadi batasan yang jelas antara tiga jenis akibat yang dihasilkan kamma apapun.
110 Untuk perbedaan antara kedua jenis pandangan benar ini, baca MN 117 (tidak termasuk dalam buku ini). Dalam terminologi teknis dari Komentator
Pāli, bahkan pandangan terang ke dalam ketiga karakteristik (ketidak- kekalan, penderitaan, tanpa-diri) dan pengetahuan aspek asal-mula dari kemunculan bergantungan adalah masih duniawi (lokiya) karena objeknya adalah fenomena duniawi. Dalam sistem komentar, hanya pemahaman langsung pada yang tidak terkondisi, Nibbāna, yang dikelompokkan sebagai pandangan benar adi-duniawi. Akan tetapi, saya di sini menggunakan kata “adi-duniawi” dan “melampaui-dunia” (lokuttara) dalam makna yang lebih luas, sebagai merujuk pada pengetahuan dan pandangan (dan secara lebih luas, pada semua praktik) dan mengarah menuju pada pelampauan keduniawian.
Untuk pembahasan yang lebih lengkap atas landasan psikologis dari kosmologi Buddhis Awal, baca Gethin, The Foundations of Buddhism, pp.119-26.
Berturut-turut, dasa akusalā kammapathā dan dasa kusalā kammapathā. Dalam Nikāya-nikāya, yang belakangan muncul pada AN V 57; keduanya terdapat pada DN III 269.
Teks-teks Buddhis yang agak lebih baru daripada kanon yang paling tua menambahkan alam sengsara yang ke empat, alam asura. Dalam kanon tua, para asura digambarkan sebagai para makhluk raksasa yang terlibat peperangan abadi dengan para deva tetapi tidak disebutkan sebagai berasal dari alam terpisah. Karena kondisi kehidupan mereka, seperti yang digambarkan dalam kanon, sulit dikatakan sebagai penderitaan, para komentator mengidentifikasi asura yang merupakan alam sengsara ke empat – bukan asura yang berperang melawan para deva – melainkan kelompok makhluk di alam yang terdiri dari setan-setan yang menderita. Akibatnya, jika asura dianggap berbeda maka gambaran alam yang muncul menjadi kabur: jika mereka adalah makhluk-makhluk yang berperang melawan para deva, maka mereka tidak digambarkan sebagai hidup dalam penderitaan; jika mereka adalah sekelompok makhluk di alam setan, tampaknya tidak ada alasan untuk memperlakukannya sebagai alam yang berbeda.
114 Saya di sini menggambarkan alam kelahiran kembali bersesuaian dengan jhāna ke empat sesuai dengan kosmologi Buddhisme Theravada skolastik.
Aliran Buddhisme Awal lainnya – berdasarkan pada teks yang paralel dengan Nikāya-nikāya – membagi bidang alam jhāna ke empat secara agak berbeda. 115 Komunitas siswa mulia terdiri dari empat pasang makhluk, mereka yang telah memasuki empat jalan dan mereka yang telah menembus empat buah. Baca p.474.
Subhakiṇhā devā. Ini adalah para deva yang menghuni alam kelahiran kembali tertinggi yang bersesuaian dengan jhāna ke tiga.
AN 4:235 menjelaskan ini sebagai pengembangan Jalan Mulia Berunsur Delapan; AN 4:236, sebagai pengembangan tujuh faktor penerangan sempurna.
Ini adalah pandangan nihilis materialis bermoral yang menyangkal adanya kehidupan setelah kematian dan buah kamma. “Tidak ada yang diberikan” berarti tidak ada buah dari pemberian; “tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain” bahwa tidak ada kelahiran kembali ke dunia ini atau dunia lain; “tidak ada ibu, tidak ada ayah” bahwa tidak ada buah perbuatan baik dan perbuatan buruk pada orang tua. Pernyataan tentang para petapa dan brahmana menyangkal keberadaan para Buddha dan Arahant. 119 Ps mengatakan bahwa “para dewa bercahaya” bukanlah para dewa dari kelompok tersendiri melainkan nama kolektif bagi ketiga kelompok berikutnya; hal yang sama berlaku pada “para dewa dengan Keagungan.”
Harus dipahami bahwa sementara “perilaku yang sesuai dengan Dhamma” digambarkan dalam sutta sebagai kondisi yang diperlukan untuk kelahiran kembali di alam surga dan untuk hancurnya noda-noda, namun ini bukan kondisi yang mencukupi. Kelahiran kembali di alam-alam yang dimulai dengan para deva pengikut Brahmā menuntut pencapaian jhāna, kelahiran kembali di Alam Murni (lima alam yang dimulai dari para dewa Avihā) menuntut pencapaian tingkat kesucian yang-tidak-kembali, kelahiran kembali di alam tanpa-bentuk materi menuntut pencapaian yang bersesuaian dengan tingkat pencapaian tanpa materi, dan hancurnya noda- noda menuntut praktik penuh dari Jalan Mulia Berunsur Delapan hingga jalan Kearahantaan.
Ps: Jika kamma pembunuhan secara langsung menentukan modus kelahiran kembali, maka hal itu akan menghasilkan kelahiran kembali di alam sengsara. Tetapi jika kamma baik mengantarkan menuju kelahiran kembali di alam manusia – dan kelahiran kembali sebagai manusia selalu diakibatkan oleh kamma baik – kamma pembunuhan akan bekerja dengan cara yang berlawanan dengan kamma penghasil kelahiran kembali dengan menyebabkan berbagai kemalangan yang bahkan berujung pada kematian prematur. Prinsip yang sama berlaku pada kasus berikutnya yang mana kamma buruk menjadi matang dalam kehidupan sebagai manusia: dalam tiap-tiap kasus kamma buruk melawan kamma baik yang bertanggung jawab atas kelahiran kembali sebagai manusia dengan menimbulkan jenis kemalangan tertentu sesuai kualitas penentunya.
Dalam kasus ini kamma baik menghindari pembunuhan secara langsung bertanggung jawab atas kelahiran kembali di alam surga atau umur panjang di alam manusia. Prinsip yang sama berlaku dalam seluruh paragraf tentang matangnya kamma baik.
Ini berarti bahwa perbuatan memberi tidak cukup untuk memperoleh akibat yang diinginkan. Perbuatan ini harus didukung oleh perilaku bermoral yang murni. Bagi seorang yang memiliki perilaku tidak bermoral secara konsisten, kedermawanan tidak akan mencukupi untuk membawa pada kelahiran kembali yang menyenangkan.
124 Hal ini dikatakan karena kelahiran kembali di alam brahma – dan di alam- alam berbentuk lainnya – dicapai melalui pencapaian jhāna, yang menuntut
penekanan nafsu indria. 125 Tentang uposatha, baca p.179.
“Waktu yang benar” untuk makan, menurut monastik dan aturan uposatha, adalah antara fajar hingga tengah hari. Dari tengah hari dan seterusnya, makanan padat serta cairan makanan tertentu (seperti susu) tidak boleh dikonsumsi. Sari buah-buahan, teh, teh herbal, dan minuman ringan lainnya diperbolehkan. 127 Ini adalah negeri-negeri di sub-benua India dan wilayah yang berbatasan dengannya.
Ps menjelaskan perbuatan yang membatasi (pamāṇakataṁ kammaṁ) sebagai kamma yang berhubungan dengan alam indria (kāmāvacara). Ini berlawanan dengan perbuatan tanpa batas atau perbuatan tidak terukur, yaitu, jhāna-jhāna dan pencapaian-pencapaian tanpa bentuk. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah brahmavihāra yang dikembangkan hingga tingkatan jhāna yang dimaksudkan. Ketika jhāna atau pencapaian tanpa bentuk dikuasai, maka kamma yang berhubungan dengan alam indria tidak berkesempatan untuk menghasilkan akibatnya. Sebaliknya, kamma yang berhubungan dengan alam berbentuk atau alam tanpa-bentuk mengalahkan kamma alam-indria dan menghasilkan akibatnya. Dengan menghalangi akibat dari kamma alam-indria. Brahmavihāra yang telah dikuasai menuntun menuju kelahiran kembali di alam Brahmā.
“Seseorang yang berpandangan benar” (diṭṭhisampanna puggala) adalah seorang pemasuk-arus. Pemasuk-arus dan mereka yang mencapai pencapaian yang lebih tinggi akan dibahas pada bab X.
Seorang paccekabuddha adalah seorang yang, seperti juga seorang Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, mencapai pencerahan tanpa bimbingan seorang guru, tetapi tidak seperti seorang Buddha, ia tidak mampu membimbing makhluk lain menuju pencerahan. Menurut tradisi komentar, para paccekabuddha tidak muncul selama ajaran dari seorang Buddha yang tercerahkan sempurna masih ada di dunia tetapi hanya muncul pada periode di antara munculnya para Buddha.