Pengembangan model Model Dinamik Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan
125
Identifikasi isu, tujuan dan batasan
Hutan mangrove Blanakan merupakan hutan lindung yang sebagian digunakan sebagai daerah tujuan wisata. Pemanfaatan ekowisata hutan
mangrove Blanakan sebagai tujuan wisata diharapkan dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar, pengelola maupun pemerintah
tanpa mengganggu fungsi utama sebagai area konservasi. Hasil kajian kondisi eksisting di ekowisata hutan mangrove Blanakan
menunjukkan bahwa ada beberapa potensi permasalahan pengelolaan, antara lain adanya potensi dampak terhadap fungsi konservasi hutan mangrove
Blanakan; adanya pengelolaan yang belum optimal, sehingga tingkat pelayanan jasa bagi wisatawan masih rendah; kemampuan sumberdaya manusia yang
belum memadai; dan manajemen pemasaran ekowisata hutan mangrove Blanakan masih belum optimal.
Untuk mengatasi potensi permasalahan yang muncul dalam pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan dilakukan pemetaan analisis kebutuhan
Tabel 31 dan formulasi permasalahan Tabel 32. Model yang ingin dikembangkan pada penelitian ini adalah model simulasi
yang menjelaskan interaksi antara sektor pariwisata dengan sektor ekonomi, lingkungan ekologi dan sosial berbasis daya dukung fisik kawasan dan
resiliensi ekologi. Untuk membuat model ekowisata tersebut dilakukan dengan sistem dinamis. Model yang dikembangkan bertujuan untuk melihat peningkatan
pendapatan manfaat ekonomi dan jumlah pengunjung dengan memperhatikan kualitas lingkungan daya dukung serta efisiensi penggunaan lahan. Model yang
akan dibuat lebih mengedepankan keberpihakan ekologis. Perlindungan terhadap lingkungan ekologi dilakukan karena dengan menjaga lingkungan
diharapkan tidak terjadi kerusakan yang permanen. Kerusakan lingkungan mempunyai konsekuensi biaya lingkungan yang mahal. Model yang
dikembangkan diharapkan dapat mensimulasikan situasi nyata untuk dapat dilakukan analisis terhadap hubungan antara variabel dalam model tersebut.
Dalam penyusunan model dengan pendekatan sistem ada beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain: menentukan tujuan model, penentuan
stakeholders, analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan. Untuk tujuan pembuatan model pengelolaan daya dukung ekowisata
126
mangrove Blanakan telah dijelaskan diatas, sedangkan untuk analisis kebutuhan mengenai sistem pengelolaan daya dukung seperti pada Tabel 31 di bawah ini.
Tabel 31 Analisis kebutuhan stakeholder
Stakeholders Analisis kebutuhan
Masyarakat lokal Peningkatan pendapatan
Perluasan lapangan kerja Kelestarian lingkungan
–sosial budaya Keamanan-kepastian hukum
Pemerintah daerah Kelestarian daerah konservasi
Kelestarian lingkungan dan budaya Pengawetan dan perlindungan flora, fauna dan habitatnya
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Peningkatan lapangan kerja
Keamanan Peningkatan PAD
Perhutani Kelestarian fungsi hutan mangrove Blanakan
Pengawetan dan perlindungan flora dan fauna Diversifikasi atraksi
Peningkatan pendapatan ekonomi Pelestarian kawasan ekowisata mangrove
Wisatawan Pelayanan yang baik
Aksesibilitas yang baik Informasi yang akurat dan terpecaya
Keamanan dan kenyamanan Perguruan Tinggi
Kelestarian hutan
mangrove Blanakan
sebagai laboratorium alami
Tour and travel Peningkatan pendapatan
Peningkatan kualitas atraksi, amenitas dan aksesibilitas Diversifikasi atraksi
Keberlanjutan usaha Kejelasan status hukum kerjasama
keamanan
Selanjutnya diidentifikasi permasalahan yang muncul akibat pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Analisis formulasi permasalahan disajikan
di Tabel 32 sebagai berikut.
127
Tabel 32 Analisis formulasi masalah
Stakeholders Analisis kebutuhan
Masyarakat lokal Dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
keamanan Pemerintah daerah
Pembangunan infrastruktur yang mahal Dampak negatif kegiatan wisata pada kelestarian hutan
mangrove Blanakan Koordinasi dengan pemerintah pusat dan perhutani masih
lemah Perhutani
Biaya untuk pengembangan sarana dan prasarana Biaya untuk promosi
Kualitas sumberdaya manusia masih rendah Koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat lokal masih
kurang baik Wisatawan
Sarana dan prasarana yang menunjang wisata kurang baik Aksesibilitas masih kurang
Pelayanan wisata belum baik Informasi objek wisata masih sedikit
Perguruan Tinggi Informasi kerjasama penelitian kurang
Tour and travel Informasi kegiatan wisata yang relatif masih sedikit
Aspek manajerial dan informasi kerjasama yang masih kurang
Model sistem dinamis dikembangkan dengan dibatasi oleh hal-hal yang terkait dengan interaksi antara masyarakat, wisatawan, pengelola dan kebijakan
pengelolaan hutan oleh pemerintah.
Konseptualisasi model
Pada tahapan konseptualisasi model hal yang perlu diketaui pertama adalah memahami perilaku sistem ekowisata hutan mangrove Blanakan.
Pengembangan sistem ekowisata hutan mangrove Blanakan dikembangkan model yang bertujuan untuk menjelaskan perubahan perilaku sistem tersebut.
Model ini terdiri dari 3 sub model, yaitu 1 submodel pengunjung; 2 submodel lingkungan; dan 3 submodel sosial ekonomi.
Hubungan antara submodel dapat dijelaskan pada Gambar 35 berikut ini.
128
Gambar 35 Kausal loop model dinamis pengelolaan ekowisata hutan mangrove
Blanakan berbasis daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi.
Dari gambar di atas dapat dilihat kausal loop yang menjelaskan bahwa pertumbuhan
wisatawan dapat
menyebabkan peningkatan
konsumsi sumberdaya yang mengakibatkan terjadinya pencemaran limbah. Selain itu,
pertumbuhan wisatawan mempengaruhi peningkatan pendapatan pengelola, masyarakat dan pemerintah serta partisipasi masyarakat yang dapat mendorong
pengembangan daya tarik wisata. Pengembangan objek wisata berupa penyediaan dan pembuatan fasilitas wisata juga meningkat. Adanya fasilitas
wisata yang representatif baik jumlah maupun kualitasnya akan menyebabkan kenaikan tingkat kepuasan pengunjung. Hal ini merupakan loop positif.
Submodel lingkungan merupakan loop negatif karena pertumbuhan wisatawan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan limbah pencemaran yang dapat
mengakibatkan naiknya indeks pencemaran. Kenaikan indeks pencemaran menuntut peningkatan kapasitas asimiliasi. Kapasitas asimilasi yang naik akan
menaikkan tingkat kepuasan pengunjung, yang berakibat pada naiknya jumlah kunjungan wisatawan.
Kapasitas asimilasi Pertumbuhan
Pengunjung
Limbah Jumlah Pengunjung
+ -
+ +
+
Loop -
Pendapatan
Fasilitas Tingkat Kepuasan
Perubahan Lahan
+ +
Loop +
Loop -
- +
+
129
Pengadaan dan pembuatan fasilitas wisata akan menaikkan tingkat perubahan lahan, yang akan menyebabkan kenaikan indeks penggunaan lahan.
Kenaikan indeks penggunaan lahan menjadikan ketersediaan ruang terbuka menjadi berkurang, sehingga menurunkan tingkat kepuasan pengunjung.
Simulasi model
menggambarkan dinamika
pertumbuhan pengunjung,
keuntungan ekonomi, tingkat penggunaan lahan serta tingkat pencemaran yang ditunjukkan oleh nilai indeks pencemaran.
Kondisi eksisting sistem ekowisata menggambarkan adanya pertumbuhan pengunjung yang menyebabkan peningkatan konsumsi sumberdaya dan
menghasilkan limbah yang menyebabkan indeks pencemaran menjadi naik. Walaupun jumlah wisatawan belum melampaui daya dukung lingkungan, namun
jika tingkat kunjungan terus naik, akan mengakibatkan penurunan sumberdaya wisata yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung, yang berakibat
pendapatan dari ekowisata menurun. Untuk mencapai tujuan pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan berbasis daya dukung fisik kawasan dan
resiliensi ekologi, maka dibuat model konseptual seperti pada Gambar 36.
Gambar 36 Model konseptual dinamika sistem pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan
SKENARIO Tindakan Pengelolaan
Pengelolaan daya dukung Peningkatan kapasitas asimilasi
Konsekuensi biaya akibat tindakan
Submodel Pengunjung Inisial jumlah wisatawan
Pertumbuhan Tingkat kepuasan
Submodel Sosial Ekonomi Pendapatan pengelola
Pendapatan masyarakat Pendapatan pemerintah
Kesempatan bekerja
Submodel Lingkungan Pencemaran Perairan
Daya dukung lingkungan Penggunaan lahan
Indikator
Indeks daya dukung dan KDB Jumlah pengunjung
Pendapatan pengelola dan masyarakat
130
Skenario yang dibuat untuk tindakan koreksi pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah tindakan pengelolaan daya dukung, peningkatan
kapasitas asimilasi beban pencemaran konsekuensi biaya akibat tindakan pengelolaan. Tindakan pengelolaan jumlah pengunjung adalah tindakan untuk
mengendalikan jumlah pengunjung agar konsumsi sumberdaya tidak melewati daya dukung yang dimiliki. Tindakan peningkatan kapasitas asimilasi adalah
peningkatan kemampuan pengelolaan beban pencemaran akibat kegiatan wisata. Sedangkan konsekuensi biaya-biaya akibat tindakan pengelolaan
meliputi biaya perencanaan, biaya investasi, biaya konservasi dan pengamanan, biaya pemeliharaan dan biaya pemasaran. Dari skenario tersebut digunakan
untuk mencari pengelolaan yang menghasilkan keuntungan ekonomi optimal dengan memperhatikan daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi awasan
ekowisata hutan mangrove Blanakan.
Spesifikasi model
Model konseptual pada Gambar 30 dirinci menjadi diagram stock and flow. Diagram tersebut dibuat dengan perangkat lunak Stella Ver. 9. Pada tahapan ini
model dalam stock and flow dikuantifikasi sehingga dapat disimulasikan dengan komputer. Adapun spesifikasi model ekowisata hutan mangrove Blanakan,
adalah:
Submodel pengunjung
Pada submodel ini menggambarkan dinamika jumlah pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan. Pertumbuhan pengunjung dipengaruhi
oleh tingkat kepuasan pengunjung terhadap produk wisata yang ditawarkan. Pengunjung di ekowisata hutan mangrove Blanakan mengalami pertumbuhan
dari tahun ke tahun. Namun dengan tingkat kunjungan yang semakin tinggi menyebabkan dampak bagi lingkungan. Adanya limbah dan pencemaran yang
merupakan dampak negatif dari kegiatan wisata menjadi faktor pembatas bagi tingkat kunjungan. Hal tersebut menyebabkan laju penurunan jumlah
pengunjung. Variabel-variabel yang mempengaruhi submodel pengunjung dan
hubungannya dapat dijelaskan pada Gambar 37. Sedangkan variabel, satuan dan definisi operasional disajikan pada Tabel 33 dan komponen serta besaran
pada Tabel 34.
131
Pengunjung Noname 1
Laju Pengurangan Pengunjung
Pertumbuhan pengunjung
Penurunan Wisatwan
ind pengunjung
Daya dukung lingkungan f raksi lingkungan
SUBMODEL PENGUNJUNG
Gambar 37 Submodel pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan. Tabel 33 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel pengunjung
No. Variabel
Satuan Definisi operasional
1. Pertumbuhan
pengunjung Persentase
pertambahan jumlah
pengunjung 3.
Penurunan pengunjung
Persentase penurunan
jumlah pengunjung
4. Laju
pertambahan pengunjung
Orang Pertambahan jumlah pengunjung
Laju pengurangan
pengunjung Orang
Pengurangan jumlah pengunjung 5.
Indeks pencemaran Tidak ada
satuan Indeks pencemaran
6. Fr. Pencemaran
Persentase pengaruh
faktor lingkungan
terhadap keputusan
pengunjung Tabel 34 Komponen dan besaran dinamika submodel pengunjung
No. Variabel
Satuan Besaran
1. Pertumbuhan
pengunjung 0,19
2. Penurunan
pengunjung 0,05
3. Fr. pencemaran
0-20 4.
Kapasitas Orang
301125 5.
Fr. kapasitas 0-100
132
Submodel lingkungan
Pemanfaatan jasa hutan untuk kegiatan wisata merupakan salah satu alternatif yang dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan lindung. Dibukanya akses ke hutan lindung untuk kegiatan wisata akan menjadi daya tarik dan mendatangkan wisatawan ke area
tersebut. Akibat dari kegiatan wisata tentunya akan memberikan dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif dari kegiatan wisata adalah
terjadinya pencemaran. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa ekowisata hutan mangrove Blanakan
mendapat tekanan berupa pencemaran terhadap badan perairan. Pencemaran udara dan suara relatif tidak memberikan dampak signifikan terhadap peranan
kawasan konservasi dan habitat flora dan fauna. Oleh karena itu subsistem lingkungan lebih difokuskan kepada dampak pencemaran pada badan perairan.
Pencemaran perairan disebabkan karena kegiatan wisata yang menghasilkan limbah domestik, baik dari buangan toilet maupun dari buangan rumah makan.
Komponen daya dukung yang dikembangkan submodel ini adalah kemampuan dari lingkungan untuk mengatasi beban pencemaran yang diakibatkan kegiatan
wisata. Untuk pencemaran badan perairan menggunakan kemampuan daya
asimilasi sungai untuk mengabsorbsi beban pencemaran domestik berupa ammonium, nitrat, phosfat, dan BOD Biological Oxygen Demand. Komponen
daya dukung tersebut diterjemahkan dalam indeks pencemaran. Nilai indeks ini adalah perbandingan antara beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi
badan perairan. Kegiatan manusia dalam pembangunan selalu berhubungan dengan
kemampuan lahan untuk dapat menampung berbagai aktivitas manusia. Asumsi dasarnya adalah setiap perubahan dari pemanfaatan lahan akan menyebabkan
perubahan pada lingkungan yang akan berpengaruh pada karakteristik biofisik dan kekayaan biodiversitas. Apabila pemanfaatan lahan tidak direncanakan
secara teintegrasi akan menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan, peningkatan biaya untuk dapat merehabilitasi lahan, sehingga dapat menurunkan
kemampuan layanan ekologis kepada pengunjung. Pada submodel ini variabel yang mempengaruhi laju penggunaan lahan
adalah unit lahan untuk restoran rumah makan, guest house penginapan dan unit lahan komersiil lainnya. Penggunaan lahan di kawasan ekowisata hutan
133
BOD LP BOD
Asimilasi BOD KBOD
K Asimilasi BOD ind amonia
Amonium Nitrat
Fosf at LP Amonia
LP Nitrat LP Posf at
Asimilasi Amonia
Asimilasi Nitrat Asimilasi Psphat
Kamonia K Asimilasi
Amonia
K nitrat Kasimilasi nitrat
K f osf at K Asimilasi Phosf at
Aktual amonis
aktual phospat Pengunjung
debit
debit
debit
debit Aktual BOD
Aktual amonis aktual nitrat
aktual phospat Day a dukung lingkungan
BOD Amonium
Nitrat Fosfat
Pengunaan Lahan Laju Pengunaan
Lahan ~
Fr P restoran ~
f r P Penginapan ~
Fr P Lahan Komersil Lainny a
Unit lahan komersil Unit lahan restoran
Unit lahan guest house Lahan y ang boleh di bangun
Indek perubahan lahan Aktual BOD
ind amonia ind amonia
ind amonia aktual nitrat
ind KDB Noname 3
Noname 4
Noname 5
Noname 6
Noname 7 Submodel Lingkungan
mangrove Blanakan ditentukan dengan indeks koefisien dasar bangunan KDB, dimana nilai indeks ditentukan dengan membandingkan bangunan horizontal dan
vertikal. Semakin banyak bangunan berdiri horizontal, maka nilai indeks KDB semakin tinggi. Hal ini berakibat semakin banyak lahan yang dialihfungsikan
menjadi bangunan. Adanya bangunan yang berdiri secara horizontal akan menyebabkan
berkurangnya lahan terbuka di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Hal tersebut akan berakibat pada menurunnya tingkat kepuasan pengunjung.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan rasio antara luas bangunan dan luas lahan yang tersedia
Variabel-variabel yang mempengaruhi submodel lingkungan dan hubungannya disajikan pada Gambar 38. Variabel, satuan dan definisi
operasional pada Tabel 35 dan komponen serta besaran pada Tabel 36.
Gambar 38 Submodel lingkungan ekowisata hutan mangrove Blanakan.
134
Tabel 35 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel lingkungan No.
Variabel Satuan
Definisi operasional 1.
Wisatawan Orang
Jumlah pengunjung pada tahun awal 2.
Pertmb. wstwan Persentase rerata pertumbuhan wisatawan
3. Beban polutan
Tidak ada satuan
Jumlah beban pencemaran akibat aktivitas wisatawan
4. BP
BOD
Tontahun Beban pencemaran BOD
5. BP
NH3
Tontahun Beban pencemaran NH
3
6. BP
PO4
Tontahun Beban pencemaran PO
4
7. BP
NO3
Tontahun Beban pencemaran NO
3
8. Fr
BOD
mgL org Kontribusi beban pencemaran BOD
9. Fr
NH3
mgL org Kontribusi beban pencemaran NH
3
10. Fr
PO4
mgL org Kontribusi beban pencemaran PO
4
11. Fr
NO3
mgL org Kontribusi beban pencemaran NO
3
12. Asimilasi
BOD
Tontahun Kemampuan lingkungan menyerap beban
pencemaran BOD 13.
Asimilasi
NH3
Tontahun Kemampuan lingkungan menyerap beban
pencemaran NH
3
14. Asimilasi
PO4
Tontahun Kemampuan lingkungan menyerap beban
pencemaran PO
4
15. Asimilasi
NO3
Tontahun Kemampuan lingkungan menyerap beban
pencemaran NO
3
16. Aktual BP
BOD
Tontahun Beban pencemaran BOD-asimilasi BOD
17. Aktual BP
NH3
Tontahun Beban pencemaran NH
3
-asimilasi NH
3
18. Aktual BP
PO4
Tontahun Beban pencemaran PO
4-
asimilasi PO
4
19. Aktual BP
NO3
Tontahun Beban pencemaran NO
3
-asimilasi NO
3
20. BM
BOD
mgL Baku mutu BOD
21. BM
NH3
mgL Baku mutu NH
3
22. BM
PO4
mgL Baku mutu PO
4
23. BM
NO3
mgL Baku mutu NO
3
24. IP
BOD
Tidak ada satuan
Indeks pencemaran BOD perbandingan aktual BP
BOD
dengan asimilasi
BOD
25. IP
NH3
Tidak ada satuan
Indeks pencemaran NH
3
perbandingan aktual BP
NH3
dengan asimilasi
NH3
26. IP
PO4
Tidak ada satuan
Indeks pencemaran PO
4
perbandingan aktual BP
PO4
dengan asimilasi
PO4
27. IP
NO3
Tidak ada satuan
Indeks pencemaran NO
3
perbandingan aktual BP
NO3
dengan asimilasi
NO3
28. IP
Tidak ada satuan
Indeks Pencemaran rerata dari IP
BOD
, IP
NH3
, IP
PO4
, IP
NO3
29. Unit rmh makan
haorang Kebutuhan lahan untuk restoran kursi yang
dibutuhkan per orang 30.
Unit guest
house haorang
Kebutuhan lahan untuk guest house kamar yang dibutuhkan per orang
31. Unit
komersiil lain
haorang Kebutuhan lahan untuk kebutuhan wisata
yang dibutuhkan per orang 32.
Fr rmh makan hakursi
Fraksi kebutuhan per kursi 33.
Fr guest house hakamar
Fraksi kebutuhan per kamar 24.
Fr. Komersiil lain haorang
Fraksi kebutuhan per orang
135
Tabel 36 Komponen dan besaran dinamika submodel lingkungan No.
Variabel Satuan
Besaran 1.
Fr
BOD
mgL org 0,16
2. Fr
NH3
mgL org 0,03
3. Fr
PO4
mgL org 0,0083
4. Fr
NO3
mgL org 0,023
5. Asimilasi
BOD
Tontahun 54,75
6. Asimilasi
NH3
Tontahun 40,515
7. Asimilasi
PO4
Tontahun 131,4
8. Asimilasi
NO3
Tontahun 156,585
9. BM
BOD
mgL 3
10. BM
NH3
mgL 0,5
11. BM
PO4
mgL 3
12. BM
NO3
mgL 0,2
13. Fr rmh makan
Haorang 0,0001
14. Fr guest house
Haorang 0,009
15. Fr
komersiil lain
Haorang 0,0005
Submodel sosial ekonomi
Submodel ini mencakup aspek sosial berupa partisipasi masyarakat dan ekonomi berupa pendapatan. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata
adalah menjadi interpreter, karyawan guest house, operator perahu, tukang ojek, karyawan dan pemilik toko suvenir, rumah makan. Salah satu tujuan dari
pengembangan wisata di hutan mangrove Blanakan adalah memberikan dampak ekonomi. Dampak ekonomi berupa kesejahteraan bagi masyarakat sekitar objek
wisata, pendapatan pemerintah dan pendapatan bagi pengelola. Peningkatan kesejahteraan masyarakat disebabkan karena adanya aktivitas ekonomi di
kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan, sehingga masyarakat mempunyai peluang usaha dan mendapatkan pendapatan dengan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan wisata. Selain itu pihak pengelola dan pemerintah daerah akan mendapat keuntungan berupa pendapatan bagi pengelola dan
pajak untuk pemerintah daerah. Hasil kajian karakteristik pengunjung, pengeluaran pengunjung disebabkan
oleh tiga faktor utama, yaitu biaya atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Biaya atraksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk permintaan atraksi baik alam,
kebudayaan atau sosial termasuk tiket masuk area wisata. Biaya amenitas adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mendapatkan fasilitas
pendukung wisata, seperti akomodasi, makan di rumah makan, pembelian
136
suvenir, sewa perahu. Aksesibilitas adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk dapat sampai ke lokasi wisata, misalnya menyewa ojek.
Submodel sosial ekonomi membahas dampak ekonomi berupa pendapatan masyarakat dan pengelola. Pendapatan masyarakat berasal dari kegiatan
ekowisata berdasarkan pendapatan dari penyewaan perahu, jasa ojek, rumah makan, pemandu wisata dan penjualan suvenir. Besarnya nilai pendapatan
tersebut langsung dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung. Submodel penerimaan pengelola dari kegiatan ekowisata hutan mangrove
Blanakan berasal dari hasil penjualan tiket masuk, retribusi kendaraan roda 4 mobil dan kendaraan roda 2 motor. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997
Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan PP RI No. 59 Ttahun 1998, penerimaan dan kegiatan ekowisata termasuk penerimaan negara bukan pajak
PNBP yang wajib disetor ke Kas Negara dan dikelola dalam sistem APBN. Besarnya nilai penerimaan pemerintah tersebut secara langsung dipengaruhi
oleh jumlah wisatawan yang berkunjung. Pendapatan lain berasal dari retribusi bumi perkemahan, sewa perahu dermaga, dan atraksi khusus penangkaran
buaya. Pos pengeluaran terdiri dari biaya perencanaan, biaya gaji dan upah,
biaya administrasi dan umum, biaya POMEC, biaya konservasi dan pengamanan, biaya pengembangan SDM, biaya kemitraan dengan masyarakat
dan biaya pemasaran. Biaya perencanaan meliputi biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyusunan dokumen perencanaan selama kegiatan
yang sudah berjalan. Biaya gaji upah merupakan imbalan yang diberikan kepada sumberdaya manusia yang telah memberikan tenaga dan prestasinya
kepada manajemen. Biaya administrasi dan umum, meliputi pengadaan alat tulis kantor ATK, operasional perkantoran, komputer, pelaporan, dan lain-lain.
Biaya POMEC meliputi pemeliharaan dan eksploitasi bangunan, kendaraan, peralatan dan perlengkapan sarana prasarana. Biaya konservasi dan
pengamanan meliputi kegiatan untuk pengelolaan limbah, rehabilitasi lahan, pembinaan dan pengamanan habitat serta ekosistem, penelitian dan
pengembangan kawasan. Biaya pengembangan SDM merupakan biaya pelatihan baik teknis maupun manajerial bagi karyawan dalam upaya
pengelolaan ekowisata.
137
Pendapatan Pengelola
Pemasukan Pengeluaran
Laju pengeluaran Perencanaan
~ Tiket
~ R4
~ R2
Pengunjung
Pendapatan Masy arakat
Pendapatan ~
Pemandu ~
sewa`perahu souv enir
rate restoran
ojek ~
Atraksi khusus ~
Perkemahan ~
sewa`perahu
Partisipasi masy arkat Laju peny erapan
tenaga masy arakat Fr ojek Fr restoran
T pemandu
T perahu Kary awan toko
souv enir Kary awan
guest house Gaji
Administrasi Pomec
pemasaran Konserv asi dan pengaman
SDM kemitraan
pajak Net pendapatan
neraca Pendapatan
pemerintah laju pendapatan
KP
Noname 8 Noname 9
SUBMODEL SOSIAL EKONOMI
Biaya kemitraan dengan masyarakat merupakan biaya untuk membantu masyarakat sekitar sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Biaya pemasaran
meliputi biaya pengembangan produk, promosi, kerjasama promosi. Untuk mendapatkan gambaran hubungan antara komponen pada
submodel sosial ekonomi dapat dilihat pada Gambar 39. Sedangkan variabel, satuan dan definisi operasional disajikan pada Tabel 37 dan komponen serta
besarannya pada Tabel 38.
Gambar 39 Submodel sosial ekonomi ekowisata hutan mangrove Blanakan.
138
Tabel 37 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel sosial ekonomi No.
Variabel Satuan
Definisi operasional 1.
Pendapatan Rupiah
Jumlah rupiah yang didapatkan pengelola dari pengunjung hasil penjualan jasa wisata
2. Pendapatan parkir
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari tiket
parkir 3.
Pendapatan rumah makan
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari rumah
makan 4.
Pendapatan pemandu
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa
pemandu 5.
Pendapatan tukang ojek
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa ojek
6. Pendapatan sewa
perahu Rupiah
Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa sewa perahu
7. Pendapatan
suvenir Rupiah
Jumlah rupiah
yang didapatkan
dari penjualan suvenir
8. Pendapatan tiket
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari tiket
masuk 9.
Pendapatan perkemahan
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari retribusi
perkemahan 10.
Pendapatan atraksi khusus
Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari tiket
atraksi khusus 11.
Pajak Rupiah
Jumlah rupiah yang harus dikeluarkan pengelola sebesar 30 dari pendapatan
kotor
12. Gaji
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk gaji dan upah karyawan
13. Biaya perencanaan
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan perencanaan
14. Biaya administrasi
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan administrasi
15. Biaya POMEC
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan POMEC
16 Biaya
konservasi dan pengamanan
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan konservasi dan pengamanan
17. Biaya kemitraan
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk
kegiatan kemitraan
dengan masyarakat
18. Biaya
pengembangan SDM
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan pengembangan SDM
19. Biaya pemasaran
Persentase dari income yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran
20. Pendapatan
pemerintah Rupiah
Jumlah rupiah yang didapatkan dari besaran jasa pajak jasa wisata
21. Pendapatan
masyarakat Rupiah
Jumlah rupiah yang didapatkan masyarakat dari penjualan jasa atau barang
139
Tabel 38 Komponen dan besaran dinamika submodel sosial ekonomi No.
Variabel Satuan
Besaran 1.
Harga tiket Rupiah
10000 2.
Tiket parkir mobil Rupiah
5000 3.
Tiket parkir motor Rupiah
2000 3.
Pendapatan rumah makan Rupiah
15000 4.
Pendapatan pemandu Rupiah
10000 5.
Pendapatan ojek Rupiah
10000 6.
Pendapatan sewa perahu Rupiah
20000 7.
Pendapatan suvenir Rupiah
25000 8.
Pendapatan perkemahan Rupiah
5000 9.
Pendapatan atraksi khusus Rupiah
8000 10.
Fr pajak Tidak ada satuan
0,3 11.
Fr rumah makan Tidak ada satuan
0,19 12.
Fr pemandu Tidak ada satuan
0,04 13.
Fr ojek Tidak ada satuan
0,04 14.
Fr sewa perahu Tidak ada satuan
0,03 15.
Fr suvenir Tidak ada satuan
0,03 16.
Fr perkemahan Tidak ada satuan
0,1 17.
Fr atraksi khusus Tidak ada satuan
0,3 18.
Fr mobil Tidak ada satuan
0,7 19.
Fr motor Tidak ada satuan
0,2 20.
Fr pengembangan SDM Tidak ada satuan
0,01 21.
Fr pemasaran Tidak ada satuan
0,03 22.
Fr perencanaan Tidak ada satuan
0,01 23.
Fr gaji Tidak ada satuan
0,15 24.
Fr konservasi Tidak ada satuan
0,01 25.
Fr administrasi Tidak ada satuan
0,03 26.
Fr POMEC Tidak ada satuan
0,1 27.
Fr kemitraan Tidak ada satuan
0,01
Simulasi Model
Simulasi adalah kegiatan atau proses percobaan dengan menggunakan suatu model untuk mengetahui perilaku sistem dan akibat pada komponen-
komponen dari suatu perlakuan pada berbagai komponen. Simulasi dapat berfungsi sebagai pengganti percobaan di lapangan yang akan banyak
menggunakan waktu, tenaga dan biaya Suratmo 2002. Untuk mengetahui kondisi pengelolaan ekowisata hutan mangrove
Blanakan sampai tahun 2058, sesuai dengan kondisi saat ini existing dari masing-masing variabel kunci maka dapat dibuat simulasi model seperti dapat
dilihat pada Gambar berikut.
140
14:05 29 Jul 2012 Page 1
2003.00 2016.75
2030.50 2044.25
2058.00 Y ears
1: 1:
1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
4: 4:
4:
200000 400000
3 6
7.845e+009 1.569e+010
1: Pengunjung 2: Pengunaan Lahan
3: Pendapa… Masy arakat 4: Pendapatan Pengelola
1 1
1 1
2 2
2 2
3 3
3 3
4 4
4 4
Gambar 40 Simulasi model pengunjung dan pendapatan pengelola, pendapatan masyarakat, dan indeks KDB sesuai kondisi saat ini sampai tahun
2058.
Dari Gambar 40 diketahui bahwa jumlah pengunjung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan jumlah pengunjung berkorelasi dengan kenaikan
jumlah pendapatan pengelola dan pendapatan masyarakat. Adanya kenaikan jumlah pengunjung menuntut tersedianya sarana dan prasarana amenitas
untuk menunjang kegiatan wisata. Pembangunan sarana dan prasarana menaikkan indeks koefisien dasar bangunan KDB, sehingga akan banyak lahan
yang dikonversi menjadi bangunan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan indeks KDB seiring dengan kenaikan jumlah pengunjung.
Daya dukung fisik kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan mampu menampung 825 orang per hari. Jadi dalam setahun kawasan tersebut dapat
dikunjungi 301.125 orang. Pada saat jumlah pengunjung mencapai daya dukung fisik kawasan maka akan terjadi penurunan jumlah pengunjung karena adanya
tingkat kepuasan wisatawan menurun. Penurunan jumlah pengunjung berakibat pada penurunan pendapatan pengelola dan pendapatan masyarakat. Jika terjadi
pemulihan kualitas lingkungan, maka tingkat kunjungan akan naik lagi. Kondisi seperti itu akan bersifat fluktuatif dan berulang dalam beberapa periode.
Berdasarkan simulasi tersebut dapat diprediksi jumlah pendapatan pemerintah dan masyarakat sampai tahun 2058 disajikan pada Tabel 39 berikut
ini.
141
Tabel 39 Simulasi model jumlah pengunjung, indeks KDB, pendapatan pengelola dan masyarakat, dan sesuai kondisi saat ini sampai tahun 2058
Tahun Pengunjung
Indeks KDB Pendapatan Pengelola
Pendapatan Masyarakat 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017 2018
2019 2020
2021 2022
2023 2024
2025 2026
2027 2028
2029 2030
2031 2032
2033 2034
2035 2036
2037 2038
2039 2040
2041 2042
2043 2044
2045 2046
2047 2048
2049 2050
2051 2052
2053 2054
2055 2056
2057 2058
6.660 7.526
8.504 9.610
10.859 12.271
13.866 15.668
17.705 20.007
22.608 25.547
28.868 32.621
36.862 41.654
47.069 53.189
60.103 67.917
76.746 86.723
97.997
110.737 125.132
141.400 159.782
180.553 204.025
230.549 260.520
294.388 332.658
309.372 287.716
325.119 302.361
281.195 317.751
295.508 333.924
310.550 288.811
326.357 303.512
282.266 318.960
296.633 335.196
311.732 289.911
327.599 304.667
283.340 320.175
0,05 0,05
0,06 0,07
0,08 0,09
0,10 0,11
0,12 0,14
0,21 0,24
0,27 0,30
0,34 0,48
0,55 0,62
0,70 0,79
1,07 1,21
1,37 1,55
1,75 1,97
2,23 2,52
2,85 3,22
3,64 4,11
4,65 5,25
4,88 4,54
5,13 4,77
4,44 5,01
4,66 5,27
4,90 4,56
5,15 4,79
4,45 5,03
4,68 5,29
4,92 4,58
5,17 4,81
4,47 84.018.970
94.941.436 107.283.822
121.230.719 136.990.713
154.799.506 174.923.441
197.663.489 227.276.960
259.036.193 424.160.700
484.953.732 551.191.177
622.846.030 711.971.472
1.073.440.938 1.212.988.260
1.382.444.220 1.568.810.598
1.772.755.976 2.568.284.353
2.911.754.606 3.290.282.705
3.742.518.794 4.242.888.363
4.794.463.850 5.417.744.151
6.122.050.891 6.917.917.506
7.817.246.782 8.833.488.864
9.981.842.417
11.279.481.931 12.745.814.582
11.853.607.561 11.023.855.032
12.456.956.186 11.584.969.253
10.774.021.405 12.174.644.188
11.322.419.095 12.794.333.577
11.898.730.227 11.065.819.111
12.504.375.595 11.629.069.303
10.815.034.452 12.220.988.931
11.365.519.706 12.743.037.268
11.944.024.659 11.107.942.933
12.551.975.514 11.673.337.228
10.856.203.622 23.576.000
26.640.880 30.104.194
34.017.739 38.440.045
43.437.251 49.084.094
55.465.026 70.509.915
79.676.204 90.034.110
113.042.828 127.738.395
144.344.387 179.420.073
202.744.682 229.101.491
282.419.656 319.134.212
360.621.659 441.461.015
498.850.947 563.701.570
685.981.449 775.159.038
875.929.713 989.800.575
1.118.474.650 1.263.876.355
1.428.180.281 1.613.843.717
1.823.643.401 2.060.717.043
2.328.610.259 2.165.607.540
2.014.015.013 2.275.836.964
2.116.528.377 1.968.371.390
2.224.259.671 2.068.561.494
2.337.474.488 2.173.851.274
2.021.681.685 2.284.500.304
2.124.585.283 1.975.864.313
2.232.726.674 2.076.435.806
2.246.372.461 2.182.126.389
2.029.377.542 2.293.196.622
2.132.672.859 1.983.385.759
142
Pada Gambar 40 dan Tabel 39 dapat dilihat bahwa apabila tidak ada perubahan pada variabel kunci pada tahun 2058 jumlah pengunjung ekowisata
hutan mangrove Blanakan adalah 320.175 orang pada tahun 2058. Daya dukung fisik kawasan akan terlampaui pada tahun 2036 dengan jumlah
pengunjung 332.658 orang. Indeks koefisien dasar bangunan akan terlampaui pada tahun 2024. Penerimaan pengelola paling besar pada tahun 2045 adalah
Rp. 12.794.333.577 Pendapatan masyarakat paling tinggi pada tahun 2045 sebesar Rp. 2.337.474.488. Dari hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa
apabila tidak ada perubahan pada variabel kunci sampai tahun 2058, tidak terjadi peningkatan yang signifikan dari pendapatan masyarakat dan penerimaan
pemerintah dari hasil pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan.