Daya Lenting Resiliensi Ekologi
118
menerima suatu jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan yang tidak dapat ditoleransi.
Dalam penelitian ini parameter pencemaran yang diamati adalah kandungan BOD, ammonia, fosfat dan nitrat. Hal ini dilakukan karena adanya
kegiatan wisata dengan tingkat kunjungan yang tinggi berpotensi untuk menghasilkan limbahpencemar tersebut di atas. Limbah tersebut bisa masuk ke
perairan melalui buangan dari warung-warung makan, buangan dari toilet dan buangan sampahlimbah organik lainnya. Biological Oxygen Demand BOD
menggambarkan bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis oleh mikroorganisme. Bahan organik tersebut merupakan hasil pembusukan
tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan limbah domestik. Ammonia di perairan bersumber dari nitrogen organik dan anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik. Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami, nitrat merupakan salah
satu nutrien penting dalam sintesis protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung ketersediaan nutrien. Sedangkan fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
dan merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan. Keberadaan fosfat secara berlebihan yang disertai kandungan nitrogen yang tinggi dapat menstimulasi
pertumbuhan algae di perairan.
Gambar 29 Beban pencemaran dibandingkan baku mutu lingkungan.
119
Gambar di atas menunjukkan beban pencemaran dari BOD, ammonia, nitrat dan fosfat di Sungai Blanakan. Dari gambar terlihat kandungan bahan
pencemar belum melampaui baku mutu lingkungan yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.
Dari konsentrasi pencemar dibuat pemetaan untuk mengetahui tipe daya lenting perairan Sungai Blanakan. Tabel 29 di bawah ini adalah hasil analisis
regresi beberapa parameter yang diukur dan menunjukkan besaran kapasitas asimilasi yang dimiliki oleh perairan yang berada di ekowisata hutan mangrove
Blanakan . Fungsi ŷ menunjukkan kualitas perairan di perairan Sungai Blanakan.
Tabel 29 Fungsi hubungan konsentrasi pencemar di perairan ekowisata hutan
mangrove Blanakan
Parameter Fungsi y
R
2
Kapasitas asimilasi mgl
Ammonia ŷ = 0,565 x + 1,074
0,937 24
Nitrat ŷ = 0,822 x + 0,477
0,987 13,5
Fosfat ŷ = 0,189 x + 0,152
0,984 9
BOD ŷ = 2,539 x + 12,28
0,766 141,9
Analisis resiliensi bertujuan untuk mengetahui ambang batas penerimaan gangguan yang dapat diterima ekosistem, sebelum ekosistem tersebut
mengalami perubahan fungsi. Untuk mengetahui resiliensi daya lenting lingkungan perlu diketahui kapasitas asimilasi maksimal dan jumlah pengunjung
untuk dapat mengetahui beban pencemaran yang dihasilkan oleh pengunjung, sehingga akan diketahui daya lenting badan perairan ekosistem mangrove
Blanakan, Subang, Jawa Barat. Kajian daya lenting tersebut digambarkan dengan pemetaan untuk
mengetahui perairan mangrove mangrove Blanakan termasuk kedalam tipe daya lenting fragile, linear atau resilience Holling 1996. Daya lenting fragile
merupakan perairan yang rentan, sehingga badan perairan jika terkena gangguan atau pencemaran akan mudah rusak. Perairan dengan tipe daya
lenting linear akan kembali ke keadaan semula jika terpapar bahan pencemar. Perairan dengan daya lenting resilience akan mudah kembali kepada kondisi
awal setelah adanya gangguan dalam waktu yang cepat.
120
Gambar 30 Simulasi beban pencemar ammonia dibandingkan baku mutu dalam
jangka waktu pengelolaan 25 tahun di perairan Sungai Blanakan.
Gambar 31 Simulasi beban pencemar nitrat dibandingkan baku mutu dalam jangka waktu pengelolaan 25 tahun di perairan Sungai Blanakan.
Gambar 32 Simulasi beban pencemar fosfat dibandingkan baku mutu dalam jangka waktu pengelolaan 25 tahun di perairan Sungai Blanakan.
121
Gambar 33 Simulasi beban pencemar BOD dibandingkan baku mutu dalam
jangka waktu pengelolaan 25 tahun di perairan Sungai Blanakan. Berdasarkan hasil simulasi pengelolaan ekowisata hutan mangrove
Blanakan selama 25 tahun didapatkan bahwa untuk parameter ammonia, nitrat, fosfat dan BOD mempunyai tipe daya lenting resilien. Hal ini ditunjukkan dengan
grafik yang masih jauh di bawah baku mutu lingkungan. Tingkat kunjungan yang masih di bawah daya dukung kawasan mungkin mempengaruhi limbah yang
masuk ke badan Sungai Blanakan relatif rendah. Dari keempat parameter yang diamati, nitrat dan fosfat sampai akhir tahun
pengelolaan belum melampaui baku mutu lingkungan. Sedangkan parameter BOD dan ammonia perlu diperhatikan, karena pada akhir tahun pengelolaan
akan melampaui baku mutu. Hal ini terjadi karena semakin banyak wisatawan yang berkunjung, maka akan semakin banyak limbah domestik yang dibuang ke
lingkungan. Akibatnya kandungan ammonia akan naik dan semakin banyak oksigen yang digunakan untuk mendegradasi limbah organik, sehingga BOD
akan naik. Daya lenting akan bersifat resilien jika daya dukung lingkungan belum terlampaui. Daya dukung terhadap pencemaran ditunjukkan dengan baku mutu
lingkungan yang belum terlampaui. Dalam konteks pembahasan resiliensi, ekosistem selalu mendapat
tekanan oleh alam, namun pemulihan dipengaruhi oleh frekuensi dan tingkatan gangguan serta oleh heterogenitas spasial dari sistem ekologis. Adanya
gangguan dan heterogenitas spasial menyebabkan arah pemulihan recovery
122
trajectory menjadi unik dan kompleksitas sistem yang dikombinasikan dengan efek gabungan dapat menyebabkan arah pemulihan hampir tidak mungkin untuk
diprediksi. Pemulihan dapat menuju pada keseimbangan semula Gambar 34 keterangan a, atau mencapai keseimbangan baru b. Ekosistem bisa juga
mengalami degradasi keseimbangan c, jika tingkat gangguan besar dan ekosistem tidak mampu mencapai daya lentingnya, maka akan terjadi kerusakan
ekosistem d.
Gambar 34 Laju perbaikan dari sebuah kerusakan menuju stabilitas baru yang bergantung pada resiliensi Modifikasi Holling 2001
Perairan Sungai Blanakan mempunyai tipe daya lenting resilien dikarenakan gangguan anthropogenik masih berada di bawah daya dukung
lingkungan. Gangguan yang bersifat anthropogenik berpotensi menimbulkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan gangguan dari alam. Kemampuan
resiliensi ekosistem dipengaruhi oleh biodiversitas di ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua parameter ammonia,
nitrat, fosfat dan BOD di semua stasiun pengamatan saat ini belum melampaui baku mutu lingkungan. Namun jika kunjungan semakin naik dan diindikasikan
akan terjadi pencemaran yang berlebih, maka disarankan untuk membuat unit pengolahan limbah. Dengan cara ini diharapkan limbah yang dibuang ke sungai
akan berkurang konsentrasi dan toksisitasnya. resiliensi
waktu
a b
c d
ke seimbanga
n
Keterangan: a = kembali ke keadaan semula
b = mencari keseimbangan baru c = degradasi keseimbangan
d = keseimbangan rusak
123
Tabel 30 Kandungan pencemaran dibandingkan baku mutu air sungai Permen LH 2010
No. Jenis Pencemar Kandungan Pencemar mgl
Baku mutu mgl
St 1 St 2
St 3 1.
BOD 3,4
5,4 4,8
50 2.
Ammonia 0,8
1,4 1,2
8 3.
Nitrat 0,04
1,25 0,09
4,5 4.
Fosfat 0,16
0,42 0,34
3 Jumlah wisatawan yang mengunjungi ekowisata hutan mangrove Blanakan
meningkat dari tahun ke tahun, tetapi distribusi kunjungan tidak merata. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan wisatawan hanya pada saat-saat
tertentu. Penumpukan wisatawan, terutama pada hari libur nasional, lebaran dan saat upacara pesta laut Nadran menjadi permasalahan karena menimbulkan
stres bagi lingkungan dan sosial, yaitu timbulnya ketidaknyamanan pengunjung yang dapat menurunkan tingkat kepuasan. Dampak lain dari peningkatan
pengunjung adalah daya tarik ekonomi bagi masyarakat sekitar untuk datang dan mendirikan bangunan tanpa ijin yang mengakibatkan terjadinya perubahan
bentang alam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dikembangkan suatu konsep pengelolaan pariwisata berkelanjutan ekowisata
hutan mangrove Blanakan. Untuk memahami konsep keberlanjutan pada kegiatan pariwisata, masih
menimbulkan keberagaman pemahaman. Hal tersebut terjadi karena adanya keberagaman dalam penentuan indikator, aksi, dan kebijakan yang dilakukan
tidak konsisten. Untuk memahami konsep keberlanjutan maka kita harus merujuk pada fungsi utama kawasan wisata alam yang merupakan area
konservasi. Maka konsep daya dukung menjadi salah satu alternatif solusi sebagai strategi dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut tentunya perlu dikembangkan suatu model pengelolaan yang holistik mengintegrasikan aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap daya dukung. Dalam menentukan daya dukung kawasan wisata alam perlu diperhatikan bahwa konsep daya dukung lingkungan bukan
suatu yang statis. Definisi daya dukung lingkungan dapat diartikan beragam, tergantung dari disiplin ilmu atau fokusnya. Berdasarkan definisi tersebut dapat
dijelaskan bahwa daya dukung lingkungan tidak bersifat statis akan tetapi dinamis dimana kemampuan sistem dapat dikurangi atau ditambah.
124