Potensi Permintaan Ekowisata Tinjauan Kepariwisataan di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan

88 juga sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan terdiri dari atraksi, amenitas, dan aksesibilitas yang mempengaruhi pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima. Akan tetapi sulit untuk menentukan indikator pengalaman minimum yang dapat diterima wisatawan. Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu yang mempengaruhi persepsi dari wisatawan dan harapan wisatawan ketika mengunjungi ekowisata hutan mangrove Blanakan. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wawancara dengan pengunjung, dan penyebaran kuesioner bagi pengunjung, diperoleh data berupa karakteristik pengunjung. Karakteristik pengunjung terdiri atas jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, asal pengunjung, motivasi pengunjung, pola perjalanan, preferensi, persepsi dan harapan pengunjung. Pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan didominasi pengunjung laki-laki dengan persentase 63,3. Jumlah pengunjung paling banyak berusia antara 31-40 tahun sebanyak 33,3. Latar belakang pendidikan yang paling tinggi sebesar 46,67 pada tingkat SMA, tingkat pendidikan perguruan tinggi sebesar 23,33. Status pekerjaan yang paling banyak adalah pekerja swastaperusahaan sebesar 30. Persentase penghasilan per bulan pengunjung paling tinggi adalah Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- sebesar 36,7 Tabel 17. Hal ini menunjukkan secara umum wisatawan mempunyai tingkat pendapatan relatif tinggi, sehingga ada alokasi anggaran untuk berwisata. Selain itu, mereka yang termasuk golongan menengah mempunyai pemahaman tentang ekowisata secara baik, sehingga mereka memahami bahwa pengembangan ekowisata mangrove selain sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga kelestarian alam juga menambah wahana wisata baru yang ada di Subang. Pengunjung dengan tingkat pendidikan yang tinggi D-3 dan S-1 dengan persentase 23,33 dan 16,67 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap ekowisata sudah lebih baik. Dengan demikian salah satu tujuan ekowisata, yaitu adanya upaya konservasi diharapkan dapat tercapai. 89 Tabel 17 Karakteristik pengunjung di Kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan, Subang No. Parameter Kriteria Jumlah Pengunjung 1. Jenis Kelamin Laki-laki 63,3 Perempuan 36,7 2. Usia 20 tahun 20,0 21-30 tahun 23,3 31-40 tahun 36,7 41-50 tahun 10,0 50 tahun 10,0 3. Pendidikan SMP 6,67 SMA 46,67 Diploma 3 23,33 Sarjana 16,67 Pascasarjana 6,67 4. Pekerjaan PNS 10,00 TNI 6,67 Pegawai swasta 30,00 Pelajarmahasiswa 13,33 Ibu rumah tangga 26,67 5. Penghasilan per bulan Rp 1.000.000 13,3 Rp 1.000.000 sampai 3.000.000 20,0 Rp 3.000.000 sampai 5.000.000 36,7 Rp 5.000.0000 30,0 Asal Pengunjung Kondisi aksesibilitas yang mudah dijangkau dan keindahan serta kenyamanan objek adalah beberapa faktor yang menyebabkan tingginya jumlah wisatawan. Pengunjung kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan banyak didominasi dari daerah sekitarnya, seperti Bandung, Cirebon, Indramayu, Majalengka, Brebes, dan Jakarta. Wisatawan yang berasal dari daerah sekitar diasumsikan mendapatkan informasi secara lisan dari teman atau saudara yang pernah berkunjung. Gambar 24 Daerah asal wisatawan. 90 Secara garis besar pengunjung terbanyak berasal dari propinsi Jawa Barat sebesar 60, sedang paling sedikit pengunjung dari propinsi Banten sebesar 6,67. Hal ini terjadi karena akses dari Jawa Barat menuju lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan relatif mudah dan jaraknya dekat. Pola Kunjungan Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung di ekowisata hutan mangrove Blanakan, menunjukkan bahwa pengunjung sebagian besar mengetahui kawasan wisata mangrove Blanakan dari informasi perorangan terutama dari teman, sisanya dari saudara dan dari media cetak lokal. Pengunjung pantai Blanakan umumnya datang ke kawasan wisata mangrove pada hari libur terutama pengunjung yang berasal dari luar kota. Pengunjung dari kabupaten Subang mendatangi objek wisata tidak hanya pada hari libur. Pengunjung yang datang ke kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan melakukan kunjungan yang pertama mempunyai persentase paling besar yaitu 47. Dalam satu tahun, ada pengunjung melakukan kunjungan kedua 33, kunjungan ketiga 13 Gambar 25. Data ini menunjukkan bahwa kawasan wisata ini menarik dan memberikan kesan khusus terhadap pengunjung. Motivasi Pengunjung Motivasi pengunjung yang berwisata ke ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah karena keindahan alamnya 33. Keindahan alam berupa vegetasi mangrove merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mendatangi destinasi ekowisata mangrove. Wisatawan juga terdorong untuk Gambar 25 Persentase pola kunjungan wisatawan. 91 mendatangi lokasi dikarenakan mereka belum pernah mengunjungi sebelumnya 20. Motivasi pengunjung yang lain adalah mereka tertarik karena lokasi wisata yang nyaman dan sejuk 16. Lokasi yang mudah dijangkau dan dekat dengan pusat kota kecamatan dan jalur pantura 7. Pengunjung Pantai Blanakan rata-rata menghabiskan waktu berwisata selama 4-6 jam, tergantung kegiatan wisata yang diminati pengunjung. Gambar 26 Motivasi pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan. Preferensi, Harapan dan Persepsi Pengunjung Pengunjung yang datang ke ekowisata hutan mangrove Blanakan lebih banyak tertarik pada menikmati keindahan mangrove 26,7 dan penangkaran buaya 30. Beberapa kegiatan wisata lainnya yang disukai selama berada dalam kawasan mangrove adalah mengamati satwa liar, fotografi, dan berperahu. Kegiatan berperahu bisa dilakukan dengan menyewa perahu yang berangkat dari dermaga. Pengamatan satwa liar dan fotografi banyak dilakukan oleh kelompok pecinta satwa dan para hobiis. Preferensi pengunjung menunjukkan, bahwa pengunjung ekowisata mangrove adalah masyarakat menengah ke atas yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang relatif tinggi. Adapun preferensi, harapan dan persepsi pengunjung dapat dilihat pada Tabel 18. 92 Tabel 18 Preferensi, harapan dan persepsi pengunjung No. Parameter Kriteria Jumlah Pengunjung 1. Aktivitas yang diminati Menikmati keindahan mangrove 26,7 Mengamati satwa liar 6,7 Fotografi 6,7 Penangkaran buaya 30,0 Berperahu 20,0 3. Fasilitas yang perlu ditambah tidak ada 6,67 tempat sampah 6,67 shelter 30,00 menara pengamatan 40,00 jembatan kayu 16,67 4. Fasilitas yang perlu diperbaiki Tempat pembelian tiket 3,3 tempat parkir 10,0 toilet 33,3 musholla 30,0 Tempat bermain anak 23,3 5. Pengembangan ekowisata pengembangan atraksi wisata 13,3 penambahan atraksi wisata 20,0 pagelaran seni dan budaya 16,7 penambahan dan perbaikan fasilitas 10,0 peningkatan pelayanan 10,0 tidak ada 30,0 6 Kepuasan pengunjung Puas 86,7 Tidak puas 13,3 Pengunjung kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan sebagian sangat mendukung pengembangan ekowisata di kawasan hutan mangrove Blanakan. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pengunjung membutuhkan tempat wisata yang dekat dengan kota dan nyaman untuk mengisi waktu luang atau saat libur bersama teman atau keluarga untuk menghilangkan rasa jenuh dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. Penambahan fasilitas diharapkan pengunjung ekowisata di kawasan mangrove Pantai Blanakan meliputi pembuatan jembatan kayu walking trail di dalam kawasan mangrove 16,67, shelter-shelter sepanjang jembatan kayu untuk tempat berteduh dan beristirahat pengunjung 30, dan menara pandang untuk pengamatan satwa liar 40, dan penambahan tempat sampah. Sedangkan fasilitas yang perlu diperbaiki musholla 30 dan toilet 33,3 merupakan dua hal yang menjadi prioritas perbaikan. 93 Dukungan pengunjung terhadap pengembangan ekowisata di pantai Blanakan adalah menambah atraksi wisata sebesar 20. Pagelaran seni dan budaya juga diinginkan pengunjung untuk diadakan, melengkapi upacara adat yang sudah ada. Setelah melakukan kunjungan di kawasan ini, sebagian besar 86,7 pengunjung menyatakan puas dan ingin melakukan kunjungan kembali. Gambar 27 Persentase wisatawan yang ingin berkunjung kembali. Gambar 28 Persepsi pengunjung pada fasilitas di lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan. 94 Dari diagram persepsi pengunjung terhadap berbagai fasilitas di kawasan wisata hutan mangrove Blanakan diketahui bahwa pengunjung mempunyai persepsi yang baik terhadap keunikan sumberdaya, ketersediaan sumberdaya dan keragaman sumberdaya wisata. Penangkaran buaya juga dinilai bagus oleh sebagian besar pengunjung. Sedangkan kemudahan menuju kawasan dan kondisi jalan menuju kawasan dinilai buruk oleh sebagian besar pengunjung. 5.2. Tinjauan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Ekowisata Hutan Lindung Mangrove Blanakan Berdasarkan hasil survei dan pengamatan lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat serta penyebaran kuesioner diperoleh data berupa karakteristik, aspirasi dan keinginan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata. Hampir seluruh penduduk yang tinggal di sekitar kawasan wisata merupakan penduduk asli. Hasil penelitian terhadap persepsi masyarakat, peran serta dan harapan masyarakat terhadap kawasan hutan mangrove Blanakan disajikan dalam Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Arti negatif, arti positif, peran serta dan harapan mayarakat terhadap kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. No. Parameter Kriteria Jumlah Masyar akat 1. Arti negatif kawasan bagi masyarakat Pemicu berubahnya perilaku masyarakat 30,00 pemicu berubahnya tatanan nilai di masyarakat 23,33 pemicu meningkatnya kriminalitas 16,67 Penyebab pencemaran lingkungan 30,00 2. Arti positif kawasan bagi masyarakat sebagai sumber mata pencaharian 36,67 sebagai tempat tujuan rekreasi bagi masyarakat sekitar 23,33 merupakan lahan investasi 20,00 sebagai tempat berolah raga 6,67 wahana untuk silaturahmi antar elemen masyarakat 13,33 3. Peran serta masyarakat mengadakan pagelaran seni dan budaya 33,33 melakukan kegiatan rekreasi di kawasan wisata 26,67 menjaga keamanan 16,67 menjaga kebersihan, keasrian, dan keindahan kawasan 13,33 meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan 10,00 4. Harapan terhadap kawasan wisata semakin banyak sumber mata pencaharian 26,67 meningkatnya kesejahteraan masyarakat 13,33 lingkungan terjaga kualitasnya 10,00 meningkatnya interaksi pengunjung dengan masyarakat 20,00 mangrove lestari 16,67 terjaganya keamanan di sekitar kawasan wisata 13,33 95 Masyarakat di sekitar kawasan menyatakan bahwa, sebagian besar ekowisata hutan mangrove Blanakan berfungsi sebagai sumber mata pencaharian 36,37 dan sebagai tempat tujuan rekreasi bagi masyarakat sekitar 23,33. Persepsi masyarakat yang positif terhadap kawasan wisata, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keberadaan objek wisata tersebut. Masyarakat bisa menikmati keuntungan ekonomi dengan adanya ekowisata di Blanakan. Mereka berpartisipasi sebagai pedagang warung makan, suvenir, tukang perahu, tukang ojek maupun penjual jasa pemanduinterpreter, juru parkir. Dengan demikian keberadaan objek ekowisata hutan mangrove Blanakan memberikan multiplier effect bagi masyarakat sekitarnya. Menurut masyarakat sisi negatif yang muncul adalah akan adanya perubahan perilaku masyarakat 30 dan timbulnya masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah dari pengunjung dan aktivitas wisata 30. Kriminalitas adalah salah satu dampak potensial yang akan muncul akibat pengembangan wisata. Adanya ketimpangan ekonomi antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang tidak punya ketrampilan berpotensi menyebabkan angka kriminalitas meningkat. Hal ini bisa diatasi dengan mengakomodasi kepentingan masyarakat yang tersisih tersebut. Persepsi masyarakat terhadap kawasan wisata umumnya baik, mereka ikut berperan serta dalam kegiatan yang terkait dengan kawasan wisata. Masyarakat sekitar berperan serta dengan mengadakan pagelaran seni dan budaya 33,33. Salah satu kesenian yang menjadi daya tarik objek wisata di Blanakan adalah penyelenggaraan pesta laut upacara Nadran yang diselenggarakan pada bulan Oktober-Nopember. Upacara adat tersebut melibatkan masyarakat sebagai aktor utama. Mereka terlibat aktif sejak persiapan hingga pelaksanaan upacara Nadran. Masyarakat sekitar juga memanfaatkan lokasi wisata sebagai tempat rekreasi untuk mengisi waktu dan menghilangkan kejenuhan, mereka sering meluangkan waktu berwisata di pantai Blanakan 26,67. Masyarakat juga turut menjaga keamanan kawasan wisata 16,67 dan menjaga kebersihan, keasrian, dan keindahan kawasan wisata 13,33. Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap objek ekowisata hutan mangrove Blanakan. Keinginan dan harapan dari masyarakat sekitar terhadap keberadaan kawasan wisata adalah agar semakin banyak tercipta sumber mata pencaharian 96 bagi mereka 26,67. Dengan demikian masyarakat semakin merasakan manfaat ekonomi dengan adanya keberadaan objek wisata, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harapan masyarakat yang lain adalah meningkatnya interaksi dengan pengunjung 20, sehingga akan terjalin keakraban dan transfer informasi antara pengunjung dan masyarakat sekitar. Masyarakat juga mengharapkan lingkungan yang terjaga kualitasnya dan hutan mangrove yang lestari 10. 5.3. Tinjauan Aspek Biofisik Kawasan Hutan Mangrove Blanakan 5.3.1. Aspek Fisika Kimia Kawasan Hutan Mangrove Blanakan Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang dilakukan disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20 Parameter fisika kimia ekosistem perairan mangrove Blanakan Parameter Unit St 1 St 2 St 3 Fisika Warna Perairan Coklat keruh Coklat keruh Coklat keruh Tipe Substrat Lumpur halus Lumpur halus Lumpur halus Suhu C 28,83 28,67 29 Kecerahan cm 18-19,5 19-25,5 17-21,5 Kedalaman cm 43 80 60,3 Kimia pH 7 7 7 Salinitas ppm 20 20 20 Ekosistem mangrove Blanakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan. Intensitas cahaya, suhu, pH, salinitas, dan lain-lain merupakan faktor lingkungan yang harus diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi mangrove. Hasil pengukuran pH pada perairan Blanakan adalah 7, hal ini berarti perairan tersebut mempunyai pH yang normal. Air payau merupakan penyangga yang baik terhadap perubahan pH karena pada perairan payau jarang terjadi fluktuasi pH. Umumnya mangrove hidup dan tumbuh dengan baik di daerah estuari dengan kisaran salinitas antara 10-30 ppm Pada perairan Blanakan nilai salinitas yang diperoleh adalah 20 ppm, maka perairan tersebut masih mempunyai nilai salinitas yang baik. Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis. Dengan demikian produktivitas fitoplankton sangat ditentukan oleh adanya penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air. Nilai kecerahan yang diperoleh dari pengukuran di tiga stasiun berkisar antara 18-19,5 cm pada stasiun1, 19-25,5 cm pada stasiun 2, dan 17-21,5 cm pada stasiun 3. Nilai 97 kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi. Kekeruhan di perairan estuari terjadi karena pencampuran partikel-partikel organik dan endapan halus dari aliran sungai dan laut melalui pergerakan pasang dan surut Nybaken 1992. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan terutama disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan terlarut seperti lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton, serta organisme mikroskopik. Kekeruhan di perairan estuari terjadi karena pencampuran partikel-partikel organik dan endapan halus dari aliran sungai dan laut melalui pergerakan pasang dan surut. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi biota air dengan menghalangi atau mengurangi penetrasi cahaya ke dalam kolom air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton yang berarti mengurangi pasokan oksigen terlarut. Dampak langsung pada biota akuatik terutama ikan adalah kandungan padatan tersuspensi yang tinggi dapat mengganggu pernapasan karena dapat menutup insang. Selain itu, kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan sedimentasi yang selanjutnya menyebabkan perairan menjadi dangkal dan mengakibatkan penumpukan bahan organik di dasar perairan. Hal ini berakibat pada meningkatnya proses dekomposisi yang akan mengurangi kandungan oksigen perairan dan menghasilkan bahan-bahan toksik seperti amoniak CH 4 , NO 2 , dan sebagainya. Nybakken 1992 menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur faktor kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu berperan sebagai pengatur metabolisme dalam perairan. Suhu mempengaruhi stadium daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran suatu spesies dalam hal mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan, dan kompetisi. Nontji 2005 menyatakan pengaruh suhu secara langsung pada kehidupan laut adalah mempengaruhi laju fotosintesis tumbuhan dan fisiologi hewan, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi derajat metabolisme dan siklus reproduksinya. Selain itu, suhu berpengaruh langsung terhadap aktifitas enzim. Menurut Nybaken 1992, peningkatan suhu 10 C akan meningkatkan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebesar 2-3 kali lipat. Suhu pada perairan Blanakan berkisar antara 28 C-29 C, hal ini berarti suhu pada perairan Blanakan merupakan suhu yang normal untuk perairan mangrove di daerah tropis. 98 Setyawan et al. 2003 menyatakan bahwa umumnya tanah tempat tumbuh mangrove di Indonesia merupakan tanah muda dan kaya akan bahan organik. Terdapat hubungan antara kandungan bahan organik dengan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen halus, persentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi perairan yang tenang sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Tipe substrat pada perairan Blanakan adalah lumpur, hal ini berarti banyak terdapat bahan organik pada dasar perairan. Tipe substrat juga akan mempengaruhi warna perairan. Warna perairan pada perairan Blanakan adalah coklat keruh. Hal ini karena tipe substrat pada perairan ini berupa lumpur halus.

5.4.2. Aspek Biologi Kawasan Hutan Mangrove Blanakan

Pengamatan terhadap parameter biologi meliputi plankton, makrobenthos, ikan, flora dan fauna yang berasosiasi dengan mangrove di Blanakan. Plankton dan makrobenthos dikaji karena kedua kelompok biota tersebut merupakan bagian penting dari rantai makanan. Makrobenthos berperan dalam degradasi serasah mangrove untuk selanjutnya diuraikan menjadi bahan an organik. Plankton berperan sebagai produsen yang merubah bahan an organik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Fauna yang berasosiasi dengan mangrove adalah hewan dari kelompok ikan, reptilia, aves burung, dan mammalia. Keberadaannya mempunyai fungsi ekologis yang penting bagi ekosistem mangrove di Blanakan. Plankton di kawasan hutan mangrove Blanakan, Subang Plankton adalah mikroorganisme yang berperan sangat penting di ekosistem perairan. Plankton merupakan produsen yang menentukan produktivitas perairan, sehingga tingkat kesuburan perairan Blanakan dapat diketahui dengan melihat kelimpahan plankton di tempat tersebut. Jenis dan keanekaragamannya dapat digunakan untuk menentukan kondisi suatu perairan. Semakin tinggi indeks keanekaragamannya, maka perairan tersebut semakin subur. Hal ini akan menguntungkan organisme pada rantai makanan di atasnya, karena dengan ketersediaan pakan yang melimpah hewan-hewan yang berada pada tingkatan trofik di atasnya akan melimpah pula keberadaannya. Adapun kelimpahan plankton di perairan ekosistem mangrove Blanakan dapat dilihat pada Tabel 21. 99 Tabel 21 Kelimpahan plankton di ekosistem mangrove Blanakan No NAMA SPESIES Jumlah individuliter pada tiap stasiun St 1 St 2 St 3 FITOPLANKTON A Cyanophyta 1 Oscillatoria sp - 17 - B Chlorophyta 2 Hyalotheca sp 17 - 17 3 Plectonema sp - 17 - C Chryshophyta 4 Camphylodiscus sp 70 17 35 5 Chaetoceros brevis 104 - 261 6 Chaetoceros sp 17 52 139 7 Coscinodiscus nitidus 313 261 296 8 Coscinodiscus radiatus 244 365 574 9 Cyclostella striata 539 435 435 10 Diatoma sp - - 17 11 Guinardia Floecida 35 35 70 12 Hemisulus sp 35 - 17 13 Melosira sp - - 191 14 Nitzschia sp 17 35 35 15 Pleurosigma sp - - 35 16 Rhizosolenia alata 644 452 940 17 Rhizosolenia delicatula 87 17 52 18 Schrodella sp 17 52 - 19 Synedra acus - 17 17 20 Thallassiotrix sp - - 17 D Pyrophyta 21 Ceratium fusus 17 - - 22 Ceratium tripos - 17 - 23 Dessodinium lunula - 35 87 24 Noctiluca sp 1775 574 1740 25 Peridinium breve 17 17 - 26 Peridinium granii 17 35 - 27 Prorocentrum micans 17 - 35 ZOOPLANKTON E Entomostraca 28 Amphorellopsis sp - - 35 29 Brachianus sp - - 35 30 Codonellopsis parva - 35 17 31 Nauplius 331 245 435 32 Pelagia sp 138 - 296 33 Tintinidium sp - - 17 34 Tintinopsis sp - - 35 Jumlah Individu 4451 2730 5880 Jumlah jenis 20 20 27 Indeks Keanekaraga an H’ 2,025 2,280 2.393 Indeks Perataan e 0,676 0,761 0,726