152
meningkatkan kemampuan SDM pemandu, sehingga wisatawan akan memanfaatkan amenitas tersebut dan menambah pendapatan masyarakat.
Tindakan peningkatan kapasitas asimilasi dilakukan program peningkatan kapasitas asimilasi, dengan menambah instalasi pengolahan limbah Hal ini
dilakukan untuk menjaga kebersihan kawasan, sehingga pengunjung merasa puas dan ingin melakukan kunjungan kembali.
Konsekuensi dari tindakan skenario pro lingkungan adalah kenaikan biaya konservasi, investasi, kemitraan dengan masyarakat sekitar, perencanaan,
promosi dan POMEC. Hasil simulasi skenario pro masyarakat dapat dilihat pada Gambar 48.
13:06 29 Jul 2012 Page 1
2003.00 2016.75
2030.50 2044.25
2058.00 Y ears
1: 1:
1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
4: 4:
4:
200000 400000
2 3
7.845e+009 1.569e+010
1: Pengunjung 2: Pengunaan Lahan
3: Pendapa… Masy arakat 4: Pendapatan Pengelola
1 1
1 1
2 2
2 2
3 3
3 3
4 4
4 4
Gambar 48 Hasil simulasi skenario pro masyarakat sampai tahun 2058.
Perbandingan antara skenario
Hasil simulasi dari empat skenario merupakan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menentukan strategi pengelolaan yang paling ideal bagi
ekowisata hutan mangrove Blanakan. Skenario pengelolaan menunjukkan bahwa berdasarkan kenaikan jumlah pengunjung dibandingkan daya dukung fisik
kawasan, indeks KDB, pendapatan pengelola dan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 41 berikut ini.
153
Tabel 41 Perbandingan target skenario pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan
Skenario Indikator keberhasilan
Daya dukung terlampaui
Indeks Koefisien Dasar Bangunan
Pendapatan Pengelola
Pendapatan Masyarakat
BAU 2036
2031 12.794.333.577
2.333.474.488 Pro lingkungan
Tidak terlampaui 2041
11.242.918.252 2.054.037.002
Pro pengelola 2026
2022 13.546.328.709
2.482.961.542 Pro masyarakat
2031 2025
13.275.328.406 2.425.350.354
Dari tabel di atas diketahu bahwa, pada skenario pro lingkungan jumlah pengunjung tidak akan melampaui daya dukung fisik kawasan sampai akhir
simulasi pada tahun 2058, sedangkan pada skenario pro pengelola mempunyai tingkat keberlanjutan yang paling rendah, daya dukung akan terlampaui pada
tahun 2026. Indikator indeks KDB menunjukkan skenario pro lingkungan mempunyai tingkat keberlanjutan paling tinggi, yaitu akan terlampaui pada tahun
2041, sedangkan skenario pro masyarakat mempunyai tingkat keberlanjutan yang rendah dengan dilampauinya indeks KDB pada tahun 2025. Pendapatan
pengelola paling besar diperoleh pada skenario pro pengelola pada tahun 2027 sebesar Rp. 13.546.328.709, sedangkan pendapatan masyarakat paling besar
juga diperoleh pada skenario pro pengelola sebesar Rp. 2.482.961.542 pada tahun 2027.
Perbandingan antar skenario jumlah pengunjung dalam melampaui daya dukung fisik kawasan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 49 Perbandingan jumlah pengunjung antar skenario dalam melampaui daya dukung fisik kawasan.
154
5.6.4. Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan
Pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan akan mewujudkan tiga tujuan pengelolaan ekowisata berkelanjutan sesuai pendapat Wight 1993, yaitu
tujuan ekologikonservasi, tujuan ekonomi, dan tujuan sosial. Tujuan ekologilingkungan diwujudkan melalui upaya menekan laju pencemaran perairan
di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan akibat aktivitas pengunjung yang didasarkan pada daya dukung lingkungan. Tujuan ekonomi diwujudkan
melalui usaha ekonomi di bidang ekowisata yang memberikan pendapatan bagi pengelola, masyarakat dan pemungutan retribusi yang menghasilkan
penerimaan bagi pemerintah. Hasil penerimaan negara bukan pajak PNBP dari kegiatan ekowisata sesuai Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 1997 pada prinsipnya dapat digunakan kembali untuk membiayai kegiatan konservasi. Sedangkan tujuan sosial diusahakan melalui upaya pembinaan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam ekowisata, serta adanya interaksi positif antara pengunjung
dengan masyarakat. Berdasarkan hasil kajian dengan model dinamis, maka dijabarkan arahan
strategi pengelolaan yang dapat dilakukan pengelola sebagai konsep pengelolaan berkelanjutan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Arahan
pengelolaan tersebut adalah:
1. Pengembangan Produk Wisata dan Fasilitas Penunjang
Berdasarkan potensi dan kendala pengembangan ekowisata hutan mangrove Blanakan, maka dikembangkan produk wisata dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya wisata berbasiskan alam, budaya, dan buatan untuk penciptaan suatu atraksi dan daya tarik wisata. Hal tersebut dapat memberikan
kesempatan bagi wisatawan untuk memperoleh pengalaman dan kepuasan dalam menikmati, menyaksikan dan melakukan kegiatan wisata secara langsung.
Garis besar tujuan strategi ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata, meningkatkan jumlah kunjungan
wisata, memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung, serta memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat setempat.
Produk wisata suatu daerah tujuan wisata terdiri dari daya tarik wisata atraksi, fasilitas penunjang wisata amenitas dan aksesibilitas. Daya tarik
wisata yang selama ini menjadi produk unggulan ekowisata hutan mangrove
155
Blanakan adalah keindahan vegetasi mangrove, penangkaran buaya dan berperahu. Berdasarkan karakteristik kondisi lingkungan hutan mangrove
Blanakan masih banyak potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangkan, baik yang bersifat rekreatif maupun wisata minat khusus. Untuk daya tarik yang
bersifat rekreatif potensi yang dapat dikembangkan, antara lain pengamatan burung bird watching, berjalan di jembatan papan walking trail menyusuri
mangrove, dan berkemah. Potensi untuk pengembangan produk wisata tersebut sangat memungkinkan karena sudah ada inisiasinya.
Kegiatan pengamatan burung bird watching dilakukan pengunjung atau para hobiis. Pengamatan burung membutuhkan perlengkapan utama adalah
teropong. Pengunjung juga bisa melakukan pemotretan dengan objek burung fotografi. Pengamatan burung dapat dilakukan di dua tempat sarana, yaitu di
menara pengamatan dan di area jembatan papan di antara vegetasi mangrove. Menara pengamatan berukuran 5 x 5 m dengan ketinggian 5 m, dengan
kapasitas 15-20 orang. Di lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan seyogyanya dibangun 5 buah menara pengamatan, sehingga untuk kegiatan ini
dapat dilakukan oleh 75-100 orang sekaligus. Penentuan jumlah menara ini berdasarkan pada jumlah habitat burung yang ada di kawasan hutan mangrove
Blanakan, dengan perhitungan jarak pandang yang baik paling jauh adalah 100 meter. Burung yang bisa diamati dari menara adalah burung-burung yang berada
di puncak kanopi mangrove. Pengamatan burung juga bisa dilakukan di jembatan papan yang berada di antara vegetasi mangrove. Pengamatan di area
ini menggunakan papan pengintip yang dipasang di stopan area shelter. Pengamatan dari lokasi ini adalah untuk burung-burung yang mencari makan di
perairan mangrove dan yang berada di akar mangrove. Kegiatan jalan-jalan treking dilakukan di sepanjang jalan papan walking
trail yang panjangnya diperkirakan 1.500 meter dan dapat mengakomodasi sekitar 150 orang sekaligus. Objek yang dapat disaksikan ketika jalan-jalan
adalah vegetasi mangrove dan satwa yang berasosiasi dengan mangrove. Papan jalan ini dilengkapi dengan area istirahat shelter yang dapat digunakan
jika pengunjung merasa lelah. Program berkemah juga bisa dikembangkan di lokasi ekowisata hutan
mangrove Blanakan. Dengan areal bumi perkemahan seluas 1,5 hektar, bumi perkemahan ini mampu menampung 174 orang setiap harinya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah melengkapi sarana prasarana untuk menunjang kegiatan