Dampak Pengembangan Ekowisata TINJAUAN PUSTAKA

35 Seperti tertera pada Tabel 6 bahwa di setiap pengembangan objek wisata akan mempunyai dampak-dampak. Tetapi pada penelitian ini hanya akan memperdalam dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran perairan dan kemampuan perairan tersebut untuk kembali pulih yang disebut daya lenting resiliensi. Banyaknya aktivitas di sekitar ekowisata hutan mangrove Blanakan menyebabkan adanya pencemaran perairan. Pencemaran tersebut bisa berasal dari pencemaran domestik dari kios, warung makan, toilet dan kegiatan manusia lainnya di sekitar kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Kepmen LH 2003 menyatakan limbah domestik mengandung sampah padat berupa feses dan cair yang berasal dari sampah rumahtangga dengan beberapa sifat, antara lain: 1 Mengandung bakteri; 2 Mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi, sehingga BOD biasanya tinggi; 3 Padatan organik dan anorganik yang mengendap di dasar perairan dan menyebabkan oksigen terlarut DO rendah; 4 Mengandung bahan terapung dalam bentuk suspensi sehingga mengurangi kenyamanan dan menghambat laju fotosintesis. Dampak pencemaran tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem perairan di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Perairan mempunyai kemampuan untuk mendegradasi bahan pencemar yang masuk ke perairan, sehingga menurunkan tingkat pencemaran tersebut yang disebut kemampuan asimilasi. Kemampuan asimilasi merupakan suatu proses alami, dimana perairan mempertahankan kondisi awalnya melawan bahan-bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan tersebut. Menurut Effendi 2007, kapasitas asimilasi perairan adalah kemampuan perairan memulihkan diri akibat masuknya limbah tanpa menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya. Kemampuan asimilasi sangat dipengaruhi oleh adanya proses pengenceran maupun perombakan bahan pencemar yang masuk ke perairan.

2.5. Daya Lenting Resiliensi Ekologi

Suatu sistem akan memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggapan tersebut sesuai dengan keadaan daya lenting yang dimilikinya. Daya lenting merupakan sifat suatu sistem yang memungkinkannya kembali pada stabilitas semula, bahkan untuk menyerap dan memanfaatkan gangguan yang menimbulkan dinamika atau perubahan kecil Folke 2003. Resiliensi ekologi mengacu pada kapasitas suatu 36 ekosistem, habitat, populasi atau takson untuk bertahan, kembali pulih atau adaptasi dari pengaruh dan tekanan, seperti perubahan iklim dan mempertahankan struktur proses-proses dan fungsi yang sama Holling 1996. Menurut Fiksel 2006 acuan pemeliharaan dari resiliensi ekosistem sebagai suatu aspek kunci dari ketahanan untuk kembali ke kondisi awal dan juga sebagai suatu tujuan kebijakan lingkungan penting yang berada dalam kajian ekologi. Daya tahan ekosistem yang besar menunjukkan bahwa ekosistem mampu menghadapi gangguan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akibat gangguan itu masih ditolerir bahkan ekosistem mampu pulih kembali dan menuju pada kondisi keseimbangan. Berkaitan dengan daya tahan ekosistem tersebut, di dalam ekologi terdapat istilah yang dikenal dengan daya lenting. Daya lenting menunjukkan kemampuan ekosistem untuk pulih setelah terkena gangguan. Semakin cepat kondisi ekosistem itu pulih berarti semakin pendek masa pulih, semakin banyak gangguan yang dapat ditanggulangi, maka semakin besar daya lentingnya Odum 1993. Setiap ekosistem akan memberi tanggapan respon terhadap suatu gangguanusikan. Tanggapan ekosistem terhadap gangguan dilakukan sesuai dengan daya lentingnya. Gangguan yang jauh melebihi daya lenting suatu ekosistem akan menciptakan dinamika yang mengarah kepada terbentuknya kondisi ekosistem yang menyimpang atau berbeda dengan kondisi ekosistem sebelumnya Fiksel 2006. Berdasarkan posisi ketidakberlangsungan ekologi mungkin muncul ketika campur tangan manusia sudah cukup mengurangi resiliensi ekosistem itu. Ketika sistem kehilangan daya lentingnya, maka sistem akan kembali lemah oleh gangguan-gangguan yang sebelumnya dapat diserap tanpa adanya perubahan secara struktural Gunderson and Pritchard 2002 . Teknik resiliensi diasumsikan bahwa lingkungan dari sebagian sistem di dalam suatu daerah yang stabil berisi kondisi yang tetap. Ketika sistem yang dapat melakukan reorganisasi yang menggeser daerah stabilitas ke suatu keadaan yang lain merupakan suatu pengukuran yang lebih relevan dari dinamika ekosistem adalah resiliensi ekologis. Daya lenting ekologis adalah suatu ukuran dari jumlah perubahan atau gangguan yang diperlukan untuk mengubah bentuk sistem dari suatu pemeliharaan yang berasal dari proses