Kebijakan yang Terkait dengan Ekowisata

47 c. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. d. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. e. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada danatau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. f. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. g. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung danatau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. h. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. i. Limbah adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan. j. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha danatau kegiatan 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Substansi penting dalam Undang-undang tersebut adalah: a. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi 48 antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. b. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. c. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. d. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang danatau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. e. Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. 4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 6 Tahun 2007 jo. PP RI No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Substansi penting Peraturan Pemerintah tersebut antara lain: a. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. b. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung danatau hutan produksi. 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung. 6. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.22Menhut- II2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung. Adapun substansi penting peraturan Menteri Kehutanan tersebut adalah: 49 a. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh wisatawanpengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam. b. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung. c. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung yang selanjutnya disebut IUPJLWA adalah izin usaha yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan wisata alam pada hutan lindung berupa Penyedia Jasa Wisata Alam IUPJLWA-PJWA dan Penyedia Sarana Wisata Alam IUPJLWA-PSWA. d. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan hutan lindung yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan kunjungan wisata. e. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam yang dibuat oleh pengusaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam yang didasarkan pada rencana pengelolaan hutan lindung. f. Areal Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah areal dengan luas tertentu pada hutan lindung yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam. g. Areal usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dilaksanakan dalam blok pemanfaatan pada hutan lindung. h. Luas areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam pada hutan lindung paling banyak 10 sepuluh perseratus dari luas blok pemanfaatan hutan lindung. Mengingat ekowisata merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, dimana diharapkan dengan ekowisata tidak merusak sumber daya alam, namun justru dapat melindungi kawasan yang akan digunakan untuk kegiatan wisata tersebut dapat terlindungi dari kerusakan akibat perbuatan manusia. 50 Kebijakan yang ada dalam menyelenggarakan dan mengimplementasikan kegiatan pengembangan pariwisata alam perlu mengacu kepada kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip pengelolaan secara lestari untuk pariwisata sebagai berikut: 1. Menunjang upaya konservasi Mengingat objek yang dijadikan usaha pariwisata adalah kawasan konservasi yang merupakan sistem penyangga kehidupan, maka kegiatan pariwisata alam harus: a. Dapat menunjang upaya pengawetan keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan tersebut; b. Dapat menghindarkan dan meminimalkan dampak negatif sekecil apapun agar tidak mengganggu atau mengurangi baik kualitas maupun kuantitas keanekaragaman hayati dan ekosistem kawasan. 2. Mengembangkan penelitian, pendidikan dan latihan Kegiatan ini harus dikembangkan dan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, antara lain: a. Mendidik dan melatih para karyawan dan masyarakat sekitar areal usaha untuk dapat melakukan upaya pengelolaan pariwisata alam secara profesional; b. Melatih dan mendidik para tour operator dan intrepreter pariwisata alam untuk mengetahui aspek-aspek dasar alamiah dari kawasan konservasi dan lingkungan c. Dapat memadukan antara pengelolaan sumber daya di kawasan yang dilindungi dengan aspek pemanfaatannya d. Mengetahui sejauh mana pengaruh pariwisata alam terhadap keberadaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di areal pengusahaan yang dikembangkan; e. Mengetahui manfaat aspek-aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan adanya kegiatan pariwisata alam. 3. Berbasis masyarakat Secara umum pengusahaan pariwisata alam di kawasan hutan lindung diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah, sehingga di sekitar kawasan mendapatkan 51 manfaat. Namun demikian untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata alam ini, sangat perlu memperhatikan atau mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial maupun budaya masyarakat. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pariwisata alam berbasis masyarakat antara lain: a. Masyarakat setempat harus dilibatkan dari sejak awal dalam proses perencanaan sampai kepada pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. b. Dalam pengembangan harus memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan setempat local specific agar tidak terjadi benturan- benturan kepentingan dalam kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. c. Diupayakan agar dalam pelaksanaannya menggunakan semaksimal mungkin produk-produk lokal yang berasal dari masyarakat setempat. d. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar tanpa mengurangi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan pariwisata alam. e. Menyediakan pelatihan dan pendidikan khusus bagi masyarakat setempat tentang pariwisata secara umum dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya ini dimaksudkan agar pengelolaan pariwisata bisa dilakukan secara profesional dan kesadaran masyarakat tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bisa terus ditingkatkan. f. Memahami struktur sosial dan budaya masyarakat 4. Memberikan manfaat ekonomi Secara ekonomi pengembangan pariwisata alam harus dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara pariwisata alam, masyarakat setempat dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang terkait. Secara luas dengan adanya penyelenggaraan pariwisata alam diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh daerah atau wilayah kota, sehingga pengembangan pariwisata alam harus dapat memacu pembangunan wilayah setempat baik pada tingkat lokal, regional maupun nasional. 52

2.8. Analisis Sistem dan Pemodelan

Model merupakan penyederhanaan sistem, disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitungkan beberapa faktor dalam sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya Hardjomidjojo 2007. Sedangkan Eriyatno 1999 mengemukakan, model merupakan pencerminan, penggambaran sistem yang nyata atau yang direncanakan, tiruan dari sistem yang sebenarnya, abstraksi realitas suatu penghampiran kenyataan, sebab model tak dapat menceritakan perincian atau detail kenyataan tersebut melainkan hanya porsi atau bagian tertentu yang penting saja, atau yang merupakan sosok kunci atau pokok. Definisi lain menyebutkan bahwa model adalah alat untuk memprediksi perilaku dari suatu sistem yang kompleks dan sedikit difahami, atas dasar perilaku dari komponen sistem yang telah diketahui dengan baik. Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Menurut Hardjomidjojo 2007, model disusun untuk beberapa tujuan, yaitu: 1 pemahaman proses yang terjadi dalam sistem; model harus dapat menggambarkan mekanisme proses yang terjadi dalam sistem dalam kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai, 2 prediksi; hanya model yang bersifat kuantitatif yang dapat melakukan prediksi, dan 3 menunjang pengambilan keputusan; jika model yang disusun berdasarkan pemahaman proses serta yang mempunyai kemampuan prediksi dapat dijadikan alat untuk perencana guna membantu proses pengambilan keputusan. Model sistem dinamis melukiskan sistem yang secara tetap dan terus menerus berubah, sistem yang mengatur diri sendiri, mengarahkan dirinya sendiri, dan berperilaku dengan sesuatu tujuan. Istilah sistem banyak digunakan dalam segala bidang, namun pengertian sistem sebagai suatu disiplin ilmu diartikan sebagai gabungan dari komponen elemen atau bagian yang saling berkaitan yang dirancang sebagai satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks Muhammadi et al. 2001. Hardjomidjojo 2007 mendefinisikan sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu. Sistem sebagai suatu bentuk atau struktur yang memiliki lebih dari dua komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dikemukakan oleh Ford 1999, sedangkan 53 Eriyatno 1999 menyatakan sistem adalah totalitas himpunan elemen yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta dimensional terutama dimensi ruang dan waktu, dalam upaya mencapai tujuan goals Dengan demikian setiap sistem harus memiliki komponen atau elemen yang saling berinteraksi atau terkait dan terorganisir dengan suatu tujuan tertentu. Menurut Purnomo 2005, analisis sistem berguna untuk mendekati masalah yang secara intuitif dapat digolongkan ke dalam kompleksitas yang terorganisasi. Analisis sistem adalah pemahaman yang berbasis pada proses, sehingga sangat penting untuk berusaha memahami proses-proses yang terjadi. Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai elemen penyusun sistem, memahami prosesnya serta memprediksi berbagai kemungkinan keluaran sistem yang terjadi akibat adanya distorsi di dalam sistem itu sendiri, sehingga didapatkan berbagai alternatif pilihan yang menguntungkan secara optimal. Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari dunia nyata, yang mampu menggambarkan struktur dan interaksi elemen serta perilaku keseluruhannya sesuai dengan sudut pandang dan tujuan yang diinginkan Purnomo, 2005. Untuk pemodelan yang lebih fleksibel dan multiguna, Purnomo 2005 menyarankan dilakukan dengan fase-fase sebagai berikut: 1 identifikasi isu, tujuan, dan batasan; 2 konseptualisasi model; 3 spesifikasi model; 4 evaluasi model; 5 penggunaan model. Keuntungan penggunaan model dalam penelitian dengan pendekatan sistem adalah: 1 memungkinkan untuk melakukan penelitian lintas sektoral dengan ruang lingkup yang luas; 2 dapat dipakai untuk melakukan eksperimentasi terhadap sistem; 3 mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem yang diteliti; 4 dapat dipakai untuk mendugameramal keadaan sistem pada masa yang akan datang Darsiharjo, 2004. Gejala dunia nyata seperti pada kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan, Subang, menunjukkan kompleksitas yang tinggi dan sulit dipahami hanya melalui satu disiplin keilmuan. Upaya dari masing-masing disiplin untuk mempelajari fenomena dunia nyata yang kompleks melalui pengembangan beragam model seringkali tidak konsisten, hanya bersifat parsial, tidak berkesinambungan, dan gagal memberikan penjelasan yang utuh Eriyatno