Pendekatan dan Pemodelan Sistem

32 keberlanjutan dari kesejahteraan pemanfaat sumberdaya alam pada tingkat individu. 3. Comunity sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat perlu menjadi perhatian pembangunan yang berkelanjutan 4. Institusional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas. Ada 4 empat prinsip pengelolaan sumberdaya alam guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan, yaitu: 1. Optimalisasi pemanfaatan sosial ekonomi; Bahwa pengembangan sumberdaya alam harus didasarkan pada strategi yang dapat mengoptimalkan manfaat sosial dan ekonomi jangka panjang dari sumberdaya alam yang dapat diperbarui. 2. Koordinasi antar bidang sektoral; Ekosistem sumberdaya alam wajib dikelola dengan memadukan kebijakan-kebijakan sektoral, perencanaan dan strategi pengelolaan guna mengoptimalisasi pemanfaatannya. Optimalisasi manfaat sosial ekonomi dapat dicapai dengan peningkatan koordinasi yang lebih baik dalam proses perencanaan atas kebutuhan pemanfaatan sumberdaya alam. 3. Multiguna sumberdaya alam; Dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, kegiatan perencanaan dan manajemen sumberdaya alam dilakukan dengan mengambil berbagai kegunaan yang dimiliki oleh sumberdaya alam yang tersedia dan dapat diperbarui. 4. Memperhatikan kapasitas ekosistem; Pemanfaatan sumberdaya alam akan sangat bergantung pada kemampuan ekosistem sumberdaya alam tersebut dalam menyediakan sumberdaya guna memenuhi permintaan.

2.5. Kelembagaan

Kelembagaan atau institusi merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit, dan abstrak yang mencakup ideologi, hukum, adat istiadat, aturan dan kebiasaan 33 yang tidak terlepas, serta lingkungan. Institusi mengatur apa yang dilarang dikerjakan oleh individu atau bagaimana individu mengerjakan sesuatu. Institusi adalah instrumen yang mengatur hubungan antar individu. Institusi juga berarti seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat yang telah mendefinisikan bentuk aktifitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak istimewa yang telah diberikan serta tanggungjawab yang harus dilakukan Kartodihardjo 2001. Menurut Karin E. Kemper, USA 2005 kelembagaan adalah 1 aturan main dalam interaksi interpersonal, yaitu sekumpulan aturan mengenai tata hubungan manusia dengan lingkungannya yang menyangkut hak-hak, perlindungan hak-hak dan tanggungjawabnya; 2 suatu organisasi yang memiliki hirarki yaitu adanya mekanisme administrasi dan kewenangan. Dalam prakteknya, institusi dapat merupakan gabungan dan kebijakan dan tujuan, hukum dan regulasi, rencana dan prosedur organisasi, mekanisme insentif, mekanisme akuntabilitas, norma, tradisi, dan adat istiadat. Marimin 2004 mendefinisikan institusi sebagai bentuk prosedur yang diakui, didirikan dan mempunyai sangsi untuk mengatur hubungan antar individu atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Eriyatno 2003 institusi merupakan serangkaian tata nilai, aturan, dan aspirasi yang bersifat unik dalam dimensi ruang dan waktu. Beberapa pengertian di atas, pemahaman kelembagaan diartikan sama dengan institusi. Seringkali pengertian institusi dan organisasi menjadi kabur, padahal pengertian institusi dan organisasi ada perbedaan. Ruttan 1986 dalam Kartodiharjo 2001 mendefinisikan institusi sebagai “behavioral rules that govern of action and relationships”. Organisasi adalah “the decision making units - families, firms, bureaus - that exercise control of resources. Bentuk organisasi dapat meliputi organisasi politik, organisasi ekonomi, organisasi sosial, dan organisasi pendidikan. Pengoperasian institusi diaktualisasikan melalui organisasi. Institusi sebagai modal dasar masyarakat social capital dapat dipandang sebagai aset produktif yang mendorong individu-individu anggotanya untuk bekerjasama menurut aturan perilaku tertentu yang disetujui bersama untuk meningkatkan produktivitas anggotanya dan produktivitas masyarakat secara 34 keseluruhan. Ikatan institusi masyarakat yang rusak secara langsung akan menurunkan produktivitas masyarakat dan menjadi faktor pendorong percepatan eksploitasi sumberdaya alam di sekitamya Kartodihardjo et al. 2000 dalam Ramdan 2006. Institusi yang berjalan baik dalam pengelolaan air memiliki fungsi yang penting, misalnya untuk memfasilitasi resolusi konflik Bandaragoda 2000 dalam Ramdan 2006. Tujuan kelembagaan adalah untuk mengurangi ketidakpastian terhadap sumberdaya tertentu, karena setiap pihak memberikan pengakuan bahwa hak seseorang merupakan kewajiban bagi orang lain. Manfaat kelembagaan, adalah: 1 Pedoman masyarakat untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; 2 Menjaga keutuhan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Prinsip dasar kelembagaan lingkungan adalah: 1 keterpaduan yang bersifat lintas sektoral dan lintas administratif pemerintahan, 2 menyeluruh, yakni kewenangan mencakup tingkat lokal, regional, dan nasional, 3 koordinatif memiliki fungsi koordinasi antar lembaga lainnya UPI KLH 2003. Kelembagaan sosial atau kelembagaan masyarakat social institution adalah suatu sistem yang mengatur hubungan antar manusia dan antar kelompok untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Menurut Biswasroy et al. 2010, sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air mencakup tiga hal, yaitu: 1 aturan main rule of the game yang berlaku di masayarakat, 2 organisasi-organisasi, dan 3 kebijakan-kebijakan baik dari pemerintah pusat dan daerah yang berupa peraturan perundangan maupun pedoman untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Aturan main yang berlaku di masyarakat misalnya: tingkah laku, adat istiadat, tata nilai maupun hak-hak ulayat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pengelolaan danau. Organisasi-organisasi yang merupakan perwujudan norma-norma dalam hubungan antar manusia mencakup: organisasi sosial, ekonomi dan budaya, misalnya untuk aras nagari adalah lembaga adat nagari, persatuan perantau nagari, LSM, dan lain sebagainya. Sedangkan kebijakan formal berupa peraturan perundangan maupun program dan pemerintah pusat maupun daerah. 35

2.6. Analisis Prospektif

Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan dalam rangka menyusun kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang berbeda. Menurut Hardjomidjojo 2002, analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Analisis prospektif tidak sama dengan peramalan karena dari analisis prospektif dapat diprediksi alternatif-alternatif yang akan terjadi di masa datang, baik yang bersifat positif diinginkan maupun yang negatif tidak diinginkan. Kegunaan analisis prospektif adalah untuk mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan. Analisis prospektif dapat digunakan untuk perancangan strategi kebijakan. Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metode Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar untuk pengambilan keputusan. Menurut Hardjomidjojo 2002 tahapan analisis prospektif pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan sistem yang dikaji. Tujuan sistem yang dikaji perlu spesifik dan dimengerti oleh semua pakar yang akan diminta pendapatnya. Hal ini dilakukan agar pakar mengerti ruang lingkup kajian dan penyamaan pandangan tentang sistem yang dikaji. 2. Identifikasi faktor yang berpengaruh. Faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut biasanya merupakan kebutuhan stakeholders sistem yang dikaji. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pakar diminta mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut. 3. Penilaian pengaruh langsung antar faktor. Semua faktor yang teridentifikasi akan dinilai pengaruh langsung antar faktor, dengan pedoman penilaian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. 4. Penyusunan keadaan yang mungkin terjadi state pada faktor. Berdasarkan faktor dominan yang diperoleh pada tahap 3, disusun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan. Setiap faktor boleh memiliki lebih dari satu keadaan, dengan ketentuan keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi 36 bukan khayalan dalam suatu waktu di masa yang akan datang. Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor, tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor. Tabel 4 Pedoman penilaian analisis prospektif Skor Pengaruh Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo 2002 5. Membangun dan memilih skenario. Skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu keadaan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang mutual incompatible. 6. Analisis skenario dan penyusunan strategi. Penyusunan strategi didasarkan pada pencapaian skenario yang diinginkan ataupun menghindari skenario yang berdampak negatif pada sistem.

2.7. Pemodelan Sistem Dinamik

Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena suatu model adalah abstraksi dari realitas, pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri Handoko 1994. Menurut Eriyatno 2003 kegunaan model antara lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan atau menggambarkan sesuatu, misalnya sistem informasi manajemen. 2. Untuk membantu dalam usaha menganalisis atau mengkaji sistem. 3. Untuk menentukan, menjelaskan, dan menggambarkan hubungan-hubungan serta kegiatan-kegiatan proses.