Atribut Kritis Dimensi Ekologi

112

5.1.2.2. Tingkat Keuntungan Perusahaan Daerah Air Minum

Secara umum PDAM berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan. Namun demikian dalam menjalankan fungsinya PDAM harus mampu membiayai sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya disamping mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada Pemda. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut tingkat keuntungan perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekonomi dengan nilai sebesar 3.14. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat keuntungan perusahaan terkait dengan usaha pemanfaatan sumber air baku bersih t elah ”jauh di atas titik impas”. Kondisi tingkat keuntungan yang diperoleh tersebut dapat dilihat dari Jumlah pemakaian air melalui PDAM Kota Semarang dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan 2008, yaitu sebesar 7.17 atau sebanyak 8 484 pelanggan dari jumlah keseluruhan pelanggan yang ada sebanyak 126 749 dengan nilai penjualan air sebesar Rp 78 270 539 090,- pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 100 171 115 760,- pada tahun 2008, atau sebesar 27.98 BPS Kota Semarang 2009. Mengingat tidak adanya subsidi, dan beban produksi yang sangat besar serta kewajiban membayar hutang menyebabkan keuntungan yang diperoleh menjadi lebih kecil sehingga sumbangan PAD tidak signifikan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa Subsidi yang diterima perusahaan terkait dengan usaha kondisi tersebut di atas disebabkan biaya produksi yang terus mengalami kenaikan setiap tahun. Setiap bulan PDAM selalu mendistribusikan air sebesar 708 900 m 3 10.57 atau Rp 815 juta dari biaya produksi langsung kepada berbagai institusi sosial dan umum. Selanjutnya tingkat kebocoran setiap bulan mencapai 46-49 atau Rp 3.3 miliar – Rp 3.5 miliar. Dengan demikian subsidi yang ditanggung PDAM Kota Semarang setiap bulan 43. Beban tersebut sangat membebani keuangan PDAM sehingga menyebabkan pemanfaatan sumber air baku bersih ”sangat tinggi” PDAM terus merugi Radar Semarang 2010. 113

5.1.2.3. Subsidi yang Diterima

Subsidi adalah pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut subsidi yang diterima perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekonomi dengan nilai sebesar 2.67. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa subsidi yang diterima perusahaan terkait dengan usaha pemanfaatan sumber air ba ku bersih ”sangat tinggi”. Kondisi tersebut di atas disebabkan biaya produksi yang terus mengalami kenaikan setiap tahun. Setiap bulan PDAM selalu mendistribusikan air sebesar 708 900 m 3 10.57 atau Rp 815 juta dari biaya produksi langsung kepada berbagai institusi sosial dan umum. Selanjutnya tingkat kebocoran setiap bulan mencapai 46-49 atau Rp 3.3 milyar – Rp 3.5 milyar. Dengan demikian subsidi yang ditanggung PDAM Kota Semarang setiap bulan 43. Beban tersebut sangat membebani keuangan PDAM sehingga menyebabkan PDAM terus merugi Radar Semarang 2010.

5.1.2.4. Kebutuhan Modal untuk Pengembangan Perusahaan Air Minum

Modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Modal biasanya menunjuk kepada kekayaan finansial, terutama dalam penggunaan awal atau menjaga kelanjutan bisnis. Kebutuhan modal dalam pengembangan usaha perusahaan air minum mutlak dibutuhkan. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut kebutuhan modal untuk pengembangan perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekonomi dengan nilai sebesar 2.45. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan modal untuk pengembangan perusahaan terkait dengan usaha pemanfaatan sumber air baku bersih adalah ”tersedia”. Kebutuhan modal menjalankan kegiatan usaha pemanfaatan sumber air baku telah tersedia, akan tetapi yang dibutuhkan saat ini sangat besar yang digunakan untuk analisis laboratorium, perawatan instalasi, bendungan, meter air, dan biaya 114 operasional lainnya. Pencemaran air sungai sumber air baku akan meningkatkan kebutuhan bahan kimia, kebutuhan akan peralatan pengolahan water treatment plant yang lebih canggih akan menimbulkan biaya yang besar. Kondisi ini akan menaikkan harga jual sehingga menurunkan margin keuntungan dan di sisi lain menurunkan pangsa pasar market share konsumen air. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk menambah modal guna mengembangkan usaha perusahaan air minum.

5.1.2.5. Ketersediaan Dana untuk Kegiatan Pelestarian Lingkungan

Pemasokan air dengan kualitas dan kuantitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir, terbatasnya pengetahuan masyarakat dalam teknik budidaya dan pola pengelolaan lahan, dan aktivitas masyarakat lainnya diduga sebagai pendorong terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas air sungai sebagai sumber air baku. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk menyelamatkan DAS melalui rehabilitasi dan konservasi terutama di daerah hulu. Untuk melakukan kegiatan tersebut diperlukan suatu dana yang besar dan waktu yang dibutuhkan cukup lama. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekonomi dengan nilai sebesar 1.84. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan terkait dengan usaha pemanfaatan sumber air baku bersih adala h ”kurang tersedia”. Keterbatasan pembiayaan pemerintah untuk pengelolaan DAS merupakan faktor yang dominan dalam upaya menekan laju degradasi kualitas lingkungan. Pendekatan pembiayaan pengelolaan lingkungan yang selama ini didasarkan pada polluters pay principle belum memadai sehingga perlu dikembangkan pemberian charge pada pengguna jasa lingkungan users pay principle. Dengan demikian pembiayaan pengelolaan lingkungan merupakan tanggungjawab semua pihak multi stakeholders. Pelibatan pengguna jasa lingkungan di wilayah hilir seperti rumahtangga, industri, dan pertanian dalam menyediakan biaya konservasi produktif di wilayah hulu merupakan alternatif yang sangat konstruktif dalam pembiayaan pengelolaan DAS Agus et al. 2004. 115

5.1.3. Atribut Kritis Dimensi Sosial

Atribut-atribut yang memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan dimensi sosial terdiri atas 11 sebelas atribut, yaitu: 1 Tingkat keluhan masyarakat pelanggan terhadap PDAM; 2 Tingkat keluhan masyarakat terhadap ketersediaan air baku; 3 Frekuensi konflik pemanfaatan sumber air baku; 4 Ketersediaan kelompok masyarakat dalam pengelolaan air; 5 Ketergantungan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan; 6 Peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebutuhan air minum; 7 Ketersediaan aturan hukumadatagama; 8 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku dari DAS Babon untuk kebutuhan non domestik; 9 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku dari DAS Babon untuk kebutuhan air minum domestik; 10 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM; dan 11 Pemahaman dan keperdulian masyarakat terhadap kelestarian SDA. Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi keberlanjutan pada dimensi sosial tersebut, selanjutnya dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 5 lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial, yaitu: 1 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM; 2 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku dari DAS Babon untuk kebutuhan non domestik; 3 Pemahaman dan keperdulian masyarakat terhadap kelestarian SDA; 4 Tingkat keluhan masyarakat terhadap ketersediaan air baku dan 5 Ketergantungan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan. Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 22. 116 Gambar 22 Peran masing-masing atribut aspek sosial yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square RMS.

5.1.3.1. Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumber Air Minum

dari PDAM Kebutuhan ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan tingkat penambahan jumlah penduduk. Air menjadi kebutuhan primer yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak, mandi sampai kebutuhan pengolahan industri, sehingga fungsi air tidak hanya terbatas untuk menjalankan fungsi ekonomi saja, namun juga sebagai fungsi sosial. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi sosial dengan nilai sebesar 0.46. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM terkait dengan pemanfaatan sumber air baku bersih adalah ”rendah”. Rendahnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM sangat dipengaruhi oleh jangkauan dan distribusi jumlah penduduk yang ada di wilayah DAS Babon. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum dari PDAM sebagian besar terdapat pada daerah hilir, 0.02 0.57 0.20 0.29 0.46 0.08 0.29 0.59 0.81 0.32 0.58 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Tingkat keluhan pelanggan terhadap PDAM Frekuensi konflik Pemanfaatan air baku Ketergantungan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan Ketersediaan hukumadatagama Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap air baku untuk air minum Pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian SDA A ttr ib u te Atribut Kritis dari Aspek Sosial 117 khususnya penduduk yang bertempat tinggal di kota. Bila melihat dari distribusi kepadatan penduduk, maka persentase jumlah penduduk pada wilayah hulu sebesar 32.53 atau sebesar atau 132 236 jiwa, dimana jangkauan dan atau pelayanan sambungan air bersih PDAM dapat dikatakan tidak terjangkau. Tingkat ketergantungan sumber air bersih dari PDAM untuk wilayah hilir dapat dilihat dari jumlah pelanggan PDAM Kota Semarang, yaitu mencapai 136 634 sambungan rumah dengan tingkat cakupan pelayanan sebesar 55.46, dan dalam sehari air dapat mengalir mencapai 160 099 m 3 . Angka itu sebenarnya melebihi kebutuhan warga kota yang mencapai 117 083 m 3 per harinya Wulandari 2007. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan sumber air bersih dari PDAM untuk wilayah hilir, khususnya Kota Semarang sangat tinggi. 5.1.3.2. Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumber Air Baku dari DAS Babon untuk Kebutuhan Non Domestik Menurut Bappedal Provinsi Jawa Tengah 2005 tipe tata guna lahan di sekitar DAS Babon terdiri atas sawah, tegalanlahan kering, hutan negara, dan pemukiman yang meliputi: pemukiman, industri, dan daerah urban. Penggunaan air di DAS Babon selain digunakan untuk air baku PDAM Kota Semarang juga digunakan untuk pengairanirigasi. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku untuk kebutuhan non domestik memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi sosial dengan nilai sebesar 0.81. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku untuk kebutuhan non domestik terkait dengan pemanfaatan sumber air baku air minum adalah ”rendah”. Penggunaan air untuk irigasi berasal dari Bendung Puncang Gading dengan kapasitas 50-800 ldetik dan Bendung Karang Roto dengan kapasitas 100 ldetik. Tingkat ketergantungan masyarakat di sekitar DAS Babon untuk pengairan cukup tinggi. Namun demikian seiring dengan pesatnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan perubahan lahan persawahan menjadi permukiman dan industri yang berakibat pada pencemaran perairan dan terjadinya sedimentasi sehingga menyebabkan tingkat penggunaan air DAS Babon untuk irigasi menjadi lebih kecil.