117
khususnya penduduk yang bertempat tinggal di kota. Bila melihat dari distribusi kepadatan penduduk, maka persentase jumlah penduduk pada wilayah hulu
sebesar 32.53 atau sebesar atau 132 236 jiwa, dimana jangkauan dan atau pelayanan sambungan air bersih PDAM dapat dikatakan tidak terjangkau.
Tingkat ketergantungan sumber air bersih dari PDAM untuk wilayah hilir dapat dilihat dari jumlah pelanggan PDAM Kota Semarang, yaitu mencapai
136 634 sambungan rumah dengan tingkat cakupan pelayanan sebesar 55.46, dan dalam sehari air dapat mengalir mencapai 160 099 m
3
. Angka itu sebenarnya melebihi kebutuhan warga kota yang mencapai 117 083 m
3
per harinya Wulandari 2007. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan sumber air
bersih dari PDAM untuk wilayah hilir, khususnya Kota Semarang sangat tinggi.
5.1.3.2. Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumber Air Baku dari DAS Babon untuk Kebutuhan Non Domestik
Menurut Bappedal Provinsi Jawa Tengah 2005 tipe tata guna lahan di sekitar DAS Babon terdiri atas sawah, tegalanlahan kering, hutan negara, dan
pemukiman yang meliputi: pemukiman, industri, dan daerah urban. Penggunaan air di DAS Babon selain digunakan untuk air baku PDAM Kota Semarang juga
digunakan untuk pengairanirigasi. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa
atribut tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air baku untuk kebutuhan non domestik memberikan pengaruh signifikan terhadap status
keberlanjutan dimensi sosial dengan nilai sebesar 0.81. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air
baku untuk kebutuhan non domestik terkait dengan pemanfaatan sumber air baku air minum adalah ”rendah”. Penggunaan air untuk irigasi berasal dari Bendung
Puncang Gading dengan kapasitas 50-800 ldetik dan Bendung Karang Roto dengan kapasitas 100 ldetik. Tingkat ketergantungan masyarakat di sekitar DAS
Babon untuk pengairan cukup tinggi. Namun demikian seiring dengan pesatnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan perubahan lahan
persawahan menjadi permukiman dan industri yang berakibat pada pencemaran perairan dan terjadinya sedimentasi sehingga menyebabkan tingkat penggunaan
air DAS Babon untuk irigasi menjadi lebih kecil.
118
5.1.3.3. Pemahaman dan Keperdulian Masyarakat terhadap Kelestarian Sumberdaya Alam SDA
Peran DAS Kali Babon terhadap Kota Semarang dan sekitarnya antara lain adalah sebagai sumber air untuk keperluan pertanian, sumber air baku untuk air
minum, daerah tangkapan air, dan pengendali banjir. Peran tersebut saat ini terancam oleh mulai menurunnya kualitas DAS Kali Babon akibat kegiatan-
kegiatan penduduk yang cenderung merusak lingkungan DAS Kali Babon. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa
atribut pemahaman dan keperdulian masyarakat terhadap kelestarian SDA memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi sosial
dengan nilai sebesar 0.58. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pemahaman dan keperdulian masyarakat terhadap kelestarian SDA terkait dengan pemanfaatan
sumber air baku bersih adalah cukup perduli. Pembuangan limbah industri dan limbah domestik menimbulkan
pencemaran air sungai; Kegiatan penggalian bahan galian golongan C yang cenderung merusak badan Kali Babon dan memicu terjadinya tanah longsor;
Penebangan pohon-pohon di hulu Kali Babon turut memberikan andil dalam menyumbangkan banjir ke Kota Semarang; dan pengelolaan bantaran sungai atau
daerah sempadan sungai yang tidak sesuai dengan ketentuannya dan berbagai aktivitas manusia yang merusak lainnya merupakan gambaran bahwa masih
rendahnya tingkat pemahaman dan keperdulian masyarakat terhadap kelestarian SDA.
5.1.3.4. Tingkat Keluhan Pelanggan Air Minum
Sistem pelayanan yang baik terhadap para pelanggan akan memberikan citra produk yang baik yang pada akhirnya sangat mempengaruhi tingkat permintaan
atas produk atau jasa yang ditawarkan. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa
atribut tingkat keluhan pelanggan air minum memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi sosial dengan nilai sebesar 0.02. Kondisi
tersebut menggambarkan bahwa tingkat keluhan pelanggan air minum terkait dengan pemanfaatan sumber air baku be
rsih adalah ”rendah”
119
Air sering macet berhari-hari tanpa pemberitahuan jelas, air kotor, dan keluhan yang
“tidak segera ditangani” merupakan fenomena permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan PDAM. Berdasarkan pada hasil opname di lapang
diperoleh gambaran bahwa rata-rata keluhan pelanggan di antaranya adalah: meteran belum dicatat sehingga tidak ada pedoman yang jelas untuk bayar tagihan
rekening air, pipa bocor tidak segera diperbaiki sehingga sering macet, air sering mati, air sering tidak mengalir, dan sistem yang buruk dalam pengelolaan air.
Kurang berkualitasnya layanan PDAM pada pelanggan dapat dilihat dari tekanan air yang rendah, aliran tidak kontinyu, tingginya angka kebocoran dalam
system perpipaan unaccounted for water, dan tidak digarapnya pasar potensial Suhandjaja 2006.
5.1.3.5. Ketergantungan Kelompok Masyarakat terhadap Tokoh Panutan
Perwujudkan kearifan lokal masyarakat terhadap lingkungan dapat dialami dalam nilai sosial, norma adat, etika, sistem kepercayaan, pola penataan ruang
tradisional, serta peralatan dan teknologi sederhana ramah lingkungan yang diterapkan.
Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut ketergantungan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan memberikan
pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi sosial dengan nilai sebesar 0.46. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa ketergantungan kelompok
masyarakat terhadap tokoh panutan terkait dengan pemanfaatan sumber air baku bersih tidak tinggi. Ini menunjukkan tingkat kemandirian mereka cukup tinggi
Dari opname di lapang diperoleh gambaran bahwa upaya untuk mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan pengelolaan lingkungan di
sekitar DAS Babon membutuhkan kesabaran karena proses mengikutsertakan
masyarakat secara aktif membutuhkan waktu lama, yang menggunakan metode
yang berpusat pada pesertamasyarakat akan menggali penyadaran, pengetahuan dan keterampilan. Ketergantugan masyarakat di sekitar DAS Babon terhadap
tokoh masyarakat untuk melakukan pengelolaan lingkungan masih cukup tinggi. Hal tersebut terbukti dengan turut andilnya tokoh masyarakat terkait beberapa
kegiatan yang ada di sekitar DAS.
120
5.2. Strategi Peningkatan Pengelolaan Air Baku DAS Babon
Strategi pengelolaan air baku DAS Babon dilakukan menggunakan analisis prospektif yang bertujuan untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di
masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pengelolaan DAS Babon. Analisis prospektif dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu: 1 mengidentifikasi faktor kunci di masa depan, 2 menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama, dan 3
mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan di masa depan sekaligus menentukan strategi pengembangan wilayah secara berkelanjutan sesuai
dengan sumberdaya. Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis diambil dari faktor-faktor
kunci yang sensitif berpengaruh pada kinerja sistem hasil analisis keberlanjutan. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 15 faktor atribut yang sensitif dan
selanjutnya diajukan kepada pakar untuk dinilai dan selanjutnya dianalisis prospektif. Hasil analisis prospektif diperoleh 5 lima faktor kunci seperti tertera
pada Tabel 22. Tabel 22 Atribut-atribut yang berpengaruh dalam pengelolaan air baku DAS
Babon
No. Faktor Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekologi 5 Faktor Kunci
1. Kadar COD. 2. Debit air pada musim kemarau selama lima tahun terakhir.
3. Kandungan logam berat. 4. Kesesuaian pemanfaatan lahan DAS Babon .
5. Kadar BOD.
Dimensi Ekonomi 5 Faktor Kunci
6. Pangsa pasar. 7. Tingkat keuntungan PDAM.
8. Subsidi yang diterima. 9. Kebutuhan modal untuk pengembangan perusahaan air minum.
10. Ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan.
Dimensi Sosial Budaya 5 Faktor Kunci
11. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum PDAM. 12. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air DAS Babon untuk
kebutuhan non domestik. 13. Pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian SDA.
14. Tingkat keluhan masyarakat terhadap ketersediaan air baku. 15. Ketergantungan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan.
121
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan antar faktor diperoleh 5 lima faktor kuncipenentu yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan
antar faktor tidak terlalu kuat seperti terlihat pada Gambar 23, yaitu: 1 Kadar COD.
2 Debit air pada musim kemarau selama lima tahun terakhir. 3 Kesesuaian pemanfaatan lahan DAS Babon.
4 Kadar BOD. 5 Ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan.
Dengan demikian kelima faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat berbagai keadaan state yang mungkin terjadi di masa yang akan datang
agar terwujud pengelolaan air baku DAS Babon secara berkelanjutan.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Ketergantuangan kelompok masyarakat terhadap tokoh panutan
Tingkat keluhan masyarakat terhadap ketersediaan air baku
Pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian
SDA
Tingkat ketergantuan masyarakat terhadap sumber air dari DAS untuk
non domestik
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber air minum PDAM
Ketersediaan dana untuk pelestarian lingkungan
kebutuhan modal untuk pengembangan PDAM
Subsidi yang diterima Tingkat keuntungan PDAM
Pangsa pasar Kadar BOD
Kesesuaian pemanfaatan lahan DAS Kandungan Logam Berat
Debit Air Kadar COD
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
Ketergantungan P
e ngar
uh
Gambar 23 Hasil analisis tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem yang dikaji.
5.2.1. Penyusunan Skenario
Berdasarkan analisis prospektif ada lima atribut kritis yang harus dikelola agar keberlanjutan DAS Babon terjamin. Oleh sebab itu perlu dirumuskan
skenario strategi pengelolaan air baku kedepan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pengaruh antar faktor, maka faktor kunci yang berpengaruh dan saling
ketergantungan tersebut selanjutnya didefinisikan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Pada Tabel 23 disajikan hasil prospektif faktor kunci pengelolaan
X Y
Variable Penentu input
Variabel penghubung stakes
Variabel autonomous unused
Variable terkait output
Gambaran Tingkat Kepentingan-Atribut Atribut Kunci
122
air baku dengan berbagai keadaan untuk setiap faktor. Dari hasil tersebut dirumuskan berbagai skenario strategi pengelolaan air baku, yaitu: 1 Skenario
Konservatif-Pesimistik bertahan pada kondisi yang ada sambil mengadakan perbaikan seadanya; 2 Skenario Moderat-Optimistik melakukan perbaikan tapi
tidak maksimal dan 3 Skenario Progresif-Optimistik melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan analisis prospektif ada lima atribut kritis yang harus dikelola agar keberlanjutan DAS Babon terjamin. Kelima atribut kunci tersebut akan
dijadikan variabel-variabel dalam membangun model dengan pendekatan sistem dinamis. Dengan mempertimbangkan kelima atribut kunci tersebut, akan
dirumuskan skenario pengelolaan DAS ke depan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pengaruh antar faktor, maka faktor kunci yang berpengaruh dan saling
ketergantungan tersebut selanjutnya didefinisikan kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan. Pada Tabel 23 disajikan hasil prospektif faktor kunci pengelolaan
air baku dengan berbagai keadaan untuk setiap faktor. Dari hasil tersebut dirumuskan berbagai skenario strategi pengelolaan air baku, yaitu: 1 Skenario
Konservatif-Pesimistik bertahan pada kondisi yang ada sambil mengadakan perbaikan seadanya; 2 Skenario Moderat-Optimistik melakukan perbaikan tapi
tidak maksimal dan 3 Skenario Progresif-Optimistik melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu.
Tabel 23 Keadaan masing-masing faktor kunci pengelolaan air baku
No. Faktor
Keadaan di Masa Depan
1A 1B
1C 1D
1. Kadar COD
Jauh diatas Sedikit diatas
sama dibawah
2A 2B
2C 2D
2. Debit pada musim
kemarau selama 5 tahun
Lebih dari 50
Terjadi Penurunan
25-50 Terjadi
Penurunan 10-25
Terjadi Penurunan
10
3A 3B
3C 3D
3. Kesesuaian
pemanfaatan lahan DAS
Tidak sesuai sesuai
Sangat sesuai
4A 4B
4C 4D
4. Kadar BOD
Jauh diatas Sedikit diatas
sama dibawah
5A 5B
5C 5D
5. Ketersediaan dana
untuk pelestarian lingkungan
Tidak tersedia
Kurang tersedia
Tersedia Tersedia
tak terbatas