Penerapan BMP Best Management Practise dalam Pengelolaan ABAM

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Model pengelolaan air baku air minum berbasis DAS memerlukan atribut kunci untuk menjamin ketersediaan air baku di suatu DAS. Atribut kunci tersebut adalah : BOD, COD, kekeruhan, debit air pada musim kemarau dan kekurangan dana untuk konservasi. 2. Model Pengelolaan Air Baku Air Minum Berbasis DAS mempunyai 3 sub model antara lain: a. Sub model kebutuhan air, Sub model ini mempunyai variabel : laju pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan industri, dan laju pertumbuhan hotel serta kebijakan 2R untuk sektor kegiatan domestik dan hotel, dan kebijakan 3R untuk sektor kegiatan industri b. Sub model ketersediaan air, Sub model ini mempunyai variabel luas DAS, land use, koefisien run off CRO, debit andalan, konservasi, biaya konservasi, ketersediaan air tanah, persentase pemakaian air tanah dan populasi. c. Sub model kualitas air. Sub model ini mempunyai variabel indeks kualitas air, biaya produksi air minum dan total penjualan air minum serta persentasi alokasi dana konservasi. 3. Aplikasi model di DAS Babon dapat disimpulkan: a. Air tanah merupakan variabel yang paling sensitif, sehingga melalui penggunaan model ini, pemanfaatan air tanah dapat dievaluasi untuk menghasilkan pengelolaan air baku air minum yang berkelanjutan dengan memanfaatkan air tanah 40 dari ketersediaannya. b. Pada tahun 2038 akan terjadi defisit ketersediaan air baku, sehingga penggunaan model ini dapat menambah ketersediaan air dengan cara menerapkan kebijakan, antara lain: 1 laju pertumbuhan penduduk; 2 CRO untuk perbaikan ketersediaan air baku berbasis DAS; 3 pendekatan 3R untuk mengurangi kebutuhan air baku; dan 4 pengelolaan air tanah. c. Untuk meningkatkan nilai total penjualan air minum dapat dilakukan dengan menerapkan harga WTP sampai dengan Rp 3 000m3. Dengan 174 demikian keuntungan PDAM akan meningkat dan alokasi dana untuk melakukan konservasi akan semakin besar. 4. Pengelolaan ABAM di DAS Babon mengindikasikan bahwa pemerintah kabupatenkota memiliki driver force yang tinggi dan ketergantungannya rendah, sehingga pemerintah kabupatenkota harus menjadi inisiator dalam pengelolaan air yang berbasis DAS. Selain itu pemerintah KabupatenKota teridentifikasi sebagai sektor yang independent dan memiliki driving force yang tinggi, sehingga dapat bertindak secara bebas. Oleh sebab itu keberhasilan pengelolaan ABAM sangat berhubungan dengan kinerjanya.

6.2. Saran

1. Untuk mencapai keberhasilan pengelolan ABAM di DAS Babon diperlukan kebijakan dari skenario optimis dan memperkuat peran kelembagaan pemerintah kabupatenkota terutama memperioritaskan perbaikan CRO dengan mengalokasikan biaya untuk reboisasi dan konservasi. 2. Dalam menerapkan kriteria kualitas air minum, parameter logam berat harus dimasukkan sebagai parameter yang harus dievaluasi, karena logam berat mempunyai dampak yang lebih berbahaya dibandingkan dengan parameter lain yang sudah menjadi kriteria. 3. Peran pemerintah pusat khususnya dalam Pengembangan SPAM yang terkait dengan sektor lain perlu melakukan koordiasi didalam penyusunan JAKNAS sumberdaya air dan pola rencana sumberdaya air. DAFTAR PUSTAKA Agus, F., Meine Van Noordwijk dan R. Subekti. 2004. Dampak Hidrologis Hutan, Agroforestry, dan Pertanian Lahan Kering sebagai Dasar Pemberian Imbalan Kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia. ICRAF. Bogor. Alder, J., Pitcher, T.J., Preikshot, D., Kaschener, K., and Feriss, B. 2000. How Good is Good? A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of the Sustainability Status of Fisheries of the North Atlantic. In Pauly and Pither eds. Methods for Evaluation the Impact of Fisheries on the Allantic Ecosystem. Fisheries Center Research Reports, 2000 Vol 8 No. 2. Aminullah, E. 2003. Berpikir Sistem dan Pemodelan Dinamika Sistem. Makalah Kuliah Umum. Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. GadjahMada University Press. Yogyakarta. Asyiawati Y. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bapedal Provinsi Jawa Tengah. 2005. Rencana Pengelolaan Kualitas Air Daerah Aliran Sungai Babon. Kerjasama Teknis Pemerintah Republik Indonesia – Republik Federal Jerman. Program Lingkungan Hidup Indonesia – Jerman. Biswasroy, N.R., Samal P.K. Roy. and A. Mazumdar. 2010. Watershed management with special emphasis on Fresh water wetland. A case study of a flood plain wetland in west bengal, india. School of Water Resources Engineering, Jadavpur University. Kolkata-700 032, West Bengal, India. Global NEST Journal, Vol X, No X, pp XX-XX, 2010. Copyright© 2010 Global NEST. Printed in Greece. All rights reserved. Bond, Richard, Curran, Jahanna, Kirk Patrick, Lece, Norman, Francis, Paul. 2001. Integrated Impact Assessment for Sustainnable Development. A Case Study Approach. University of Mancherter. UK. Bourgeois, R. 2002. Expetr Meeting Methodology for Prospective Analysis. CIRAD Amis Ecopol. BP DAS Pemali-Jratun, 2002, Laporan Penyusunan Profil Lingkungan DAS Babon, Balai Pengelolaan DAS Pemali-Jratun, Ditjen RLPS, Departemen Kehutanan. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Kota Semarang Dalam Angka 2009. Pemerintah Kota Semarang. Kerjasama BPS dan BAPPEDA Kota Semarang. Budihardjo E. 1995. Pendekatan Sistem dalam Tata Ruang Pembangunan Daerah untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional. Yogyakarta: UGM Press. Burrell E. Montz. 2008. Introduction to the Issue: The Role of Science in Watershed Management. Universities Council on Water Resources Journal of Contemporary Water Research Education. Department of Geography, Binghamton University. Issue 138, Pages 3-6. Candra Samekto dan Ewin Sofian Winata, 2010. Potensi Sumber Daya Air di Indonesia; Disampaikan pada Seminar Nasional: Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih untuk KabupatenKota di Indonesia. Djojomartono M. 2000. Dasar-Dasar Analisis Sistem Dinamik. Program Pascasarjana Ilmu pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Dunn W. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi 2. Jogyakarta. Gajah Mada University Press Effendie, H. 2003. Telaahan kualitas air bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan perairan. Bogor: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I Edisi Kedua. IPB Press. Bogor. Eriyatno. 2002. Ilmu Sistem; Apa dan Bagaimana. Centre for System Studies and Development CSSD Indonesia. Gedung Jaya 2nd Floor, Jl. Thamrin 12. Jakarta. Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I Edisi Ketiga. IPB Press. Bogor. Farida and M.V. Noordwijk. 2004. Analisis Debit Sungai Akibat alih Guna Lahan dan Aplikasi Model GenRiver Pada DAS Way Besai Sumberjaya. World Agroforestry Centre. Bogor. Fauzi, A. dan Anna, S. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan. Aplikasi Pendekatan Rapfish Studi Kasus: Perairan Pesisir DKI Jakarta. Jurnal Pesisir dan Lautan. 4 3 : 14 – 21. Fauzi, A. dan Anna, S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Untuk Analisis Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 343 hal.