Analisis Willingness to Pay WTP

160 2 4 6 1 5 7 8 3 Gambar 42 Diagram hirarki dari elemen-elemen stakeholders. 1, 5, 7, 8 2 3 4 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 43 Matriks DP-D untuk elemen prioritas. Hasil analisis di atas memperlihatkan bahwa Pemerintah KotaKabupaten dianggap hal yang utama oleh responden dalam kegiatan pengelolaan air baku DAS Babon. Keterlibatan antar pemangku kepentingan dalam kegiatan pengelolaan DAS cukup bervariasi. Pada umumnya keterlibatan pemangku kepentingan dari instansi pemerintah di tataran provinsi hanya pada kegiatan perencanaan dan rekomendasi, sedangkan pemangku kepentingan pemerintah dan pemangku kepentingan BUMD di tataran kabupaten pada umumnya terlibat pada seluruh kegiatan pengelolaan perencanaan, pelaksanaan dan monev DAS. Sektor Dependent Sektor Linkage Sektor Independent Sektor Dependent Sector II dependent Sector IV independent Sector III lingkage Sector 1 autunomus X Dependence Y Driver Force 161 Pemerintah KabupatenKota beserta instansi teknis terkait di dalamnya berperan sebagai koordinatorfasilitatorregulatorsupervisor penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupatenkota dan memberi pertimbangan teknis penyusunan rencana Pengelolaan DAS di wilayah kabupatenkota serta dapat berperan sebagai pelaksana dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Prioritas stakeholders berikutnya Pemerintah Pusat dapat berperan aktif dalam pengelolaan DAS Babon, diantaranya adalah Departemen Kehutanan terutama berperan dalam penatagunaan hutan, pengelolaan kawasan konservasi dan rehabilitasi DAS. Departemen Pekerjaan Umum berperan dalam pengelolaan sumberdaya air dan tata ruang. Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum aktif dalam program pemberdayaan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat untuk penerapan pola hidup bersih dan sehat PHBS yang salah satu programnya diberi nama SANIMAS atau sanitasi berbasis masyarakat. Departemen Dalam Negeri berperan dalam pemberdayaan masyarakat di tingkat daerah. Departemen Pertanian berperan dalam pembinaan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pertanian dan irigasi. Departemen ESDM berperan dalam pengaturan air tanah serta mengeluarkan rekomendasi terhadap wilayah cekungan air tanah yang layak untuk dimanfaatkan, reklamasi kawasan tambang. Departemen Perikanan dan Kelautan berperan dalam pengelolaan sumberdaya perairan, sedangkan KLH dan Departemen Kesehatan berperan dalam pengendalian kualitas lingkungan. Prioritas stakeholders berikutnya PDAM sebagai Badan Usaha Milik Daerah. PDAM merupakan salah satu bentuk lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1962 tentang BUMD. Berdasarkan PP No.16 Tahun 2005, PDAM sebagai perusahaan daerah diberi tanggungjawab untuk mengembangkan dan mengelola sistem pengembangan air minum SPAM serta melayani semua kelompok konsumen dengan harga yang terjangkau. PDAM menggunakan sumber air baku yang berasal dari sungai, danau, mata air dan air tanah. Meskipun pengambilan air baku dari DAS Babon oleh PDAM lebih kecil dibandingkan dengan DAS Gung atau DAS Tikung, namun tidak disertai dengan pemberian kompensasi kepada masyarakat hulu. Oleh karena iti sebaiknya PDAM dalam menjalankan fungsinya tidak hanya berbasis pada komersial saja, 162 melainkan juga harus berbasis pada misi sosial dengan memperhatikan aspek lingkungan. Dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan air baku, sebaiknya PDAM memberikan kompensasi dalam bentuk jasa lingkungan kepada masyarakat didaerah hulu untuk melakukan konservasi agar ketersediaan air baku DAS Babon baik secara kualitas maupun kuantitas tetap terjaga. Menurut Shiva 2002, air merupakan sumber daya komunitas yang diperlukan oleh seluruh anggota komunitas masyarakat dan merupakan tanggung jawab komunitas. Prioritas stakeholders berikutnya LSM. LSM merupakan organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup. UU No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 Ayat 12. LSM ini biasanya dibentuk oleh masyarakat lokal yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. LSM juga harus ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan DAS Babon melalui berbagai program alternative dalam mengelola dan melestarikan DAS Babon seperti mendirikan sekolah lapangan. Dengan adanya sekolah lapangan diharapkan masyarakat mampu menerapkan ketrampilan dalam merehabilitasi lahan, pelestarian keanekaragaman hayati, air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat serta perubahan perilaku kesehatan dan kebersihan. Disamping itu, LSM juga berperan sebagai mitra kerja pemerintah dalam melaksanakan program program yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prioritas stakeholders berikutnya masyarakat, merupakan unsur yang utama dalam pengelolaan DAS Babon. Menurut Piers Blake dan Harold Broofield 1987, perlu memposisikan masyarakat sebagai land manager atau menjadi pusat pengaturan setiap permasalahan dan berdasarkan persepsi dasar masyarakat. Menurut Kartasasmita 1995 dalam Rukmana 1995, pembangunan memang dapat juga berjalan dengan mengandalkan kekuatan yang ada pada pemerintah, namun hasilnya tidak akan sama jika dibandingkan dengan pembangunan yang mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat. Dengan demikian perjalanan dalam pembangunan menunjukkan bahwa untuk berhasilnya pembangunan, sangat diperlukan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan kebijakan yang ada dalam pengelola DAS Babon lebih memberikan manfaat kepada kesejahteraan masyarakat. 163

5.7.1 Mekanisme Kelembagaan Pengelolaan ABAM di DAS Babon

Skenario Optimis yang disimulasikan dalam model pengelolaan ABAM berbasis DAS di DAS Babon menunjukkan bahwa ketersediaan air akan lestari untuk jangka waktu 50 tahun ke depan. Skenario optimis memang menjanjikan untuk mencapai ketersediaan air baku yang lestari, namun untuk mencapai skenario optimis akan banyak kendala yang harus dihadapi. DAS Babon yang pertumbuhan penduduknya 1.8 per tahun, mendekati pertumbuhan penduduk secara nasional, sulit untuk ditekan pertmbuhannya menjadi 0.5 per tahun seperti yang digariskan dalam skenaro optimis. Lebih realistis untuk mengimplementasikan skenarion moderat, dimana pertumbuhan perduduk yang ditetapkan sebesar 1 per tahun. Berdasarkan simulasi model, kebutuhan akan air baku didominasi leh kebutuhan domestik. Kebutuhan air baku untuk indutri dan perhotelan, hanya kurang 20 dari kebutuhan air baku domestik. Oleh sebab itu, menekan laju pertumbuhan penduduk harus menjadi perioritas utama apabila ingin mencapai ketersediaan air baku yang lestari. Kualitas air baku akan berada pada kategori 1 satu, PP.822001, yaitu kualitas air baku air minum pada tahun 2037 atau kira-kira 25 tahun ke depan. Apabila target kualitas air baku air minum tercapai, maka akan berimplikasi terhadap biaya produksi air minum yang diproduksi oleh PDAM. Apabila biaya produksi dapat ditekan, maka keuntungan PDAM akan meningkat dan kontribusi sebagai bentuk tanggungjawab sosial sebuah koporasi, CSR, akan lebih besar terhadap pelestarian lingkungan. Dalam skenario optimis, ditargetkan peningkatan kualitas air baku sebesar 5 per tahun, dimana dalam periode 25 tahun ke depan, akan tercapai kualitas air baku air minum ABAM. Adapun target yang harus dicapai dalam skenario optimis sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan penduduk turun menjadi 0.5 tahun. 2. Laju pertumbuhan industri 0.015 tahun. 3. Laju pertumbuhan perhotelan 0.3 tahun. 4. Koefisien run off minimum karena ada program reboisasi pada kawasan hutan, terasering pada tegalan, pengembangan metode SRI untuk sawah dan pembuatan sumur resapan untuk kawasan pemukiman. 5. Adanya program peningkatan kualitas air sebesar 5 per tahun. 164 6. Kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku untuk domestik, perhotelan, dan industri. 7. Pemakaian air tanah 40. Salah satu upaya mengurangi kebutuhan air adalah dengan mengurangi laju pertumbuhan penduduk. Kebutuhan air baku untuk pelayanan penduduk, domestik, jauh lebih besar dibandingkan dengan pelayanan untuk industri dan hotel. Target yang akan yaitu laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.5. Perlu dijustifikasi kembali agar skenario ini lebih realistis. Oleh sebab itu, target pertumbuhan penduduk yang digariskan dalam skenario moderat, 1tahun, lebih mungkin untuk dilaksanakan. Agar target tersebut dapat dicapai, progam KB harus dilakukan dengan baik, yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga berencana. Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk tetap harus menjadi inisiatif pemerintahan kabupaten kota dengan cara berkoordinasi dengan BKKBN sebagai pemerintah pusat. Disamping itu harus dilakukan upaya efisiensi pemanfaatan air baku untuk kebutuhan domestik, industri dan hotel dengan melaksanakan program reduce dan reuse untuk kegiatan domestik dan hotel serta reduce, reuse, dan recycle untuk kegiatan industri. Demikian juga kegiatan dalam rangka meningkatkan ketersediaan air baku. Upaya yang harus dilakukan adalah memperbaiki tutupan lahan untuk kawasan hutan dengan melakukan reboisasi, terasering untuk tegalan, melaksanakan program SRI dan sumur resapan untuk kawasan perumahan. Perbaikan kualitas air di DAS Babon mutlak diperlukan, guna melindungi pemakai dan pengguna air yang berada di DAS Babon. Agar program diatas dapat tercapai, semua stakeholders, diinisiatifi dan dikoordinasi Pemerintah Kabupaten Kota, sebaiknya berkoordinasi secara rutin untuk melakukan identifikasi dan evaluasi. Program reduce dan reuse untuk kebutuhan domestik dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan kampanye publik agar kesadaran masyarakat meningkat terhadap pentingnya menghemat pemakaian air. Sebagai contoh, masyarakat diberi kesadaran bahwa reuse pemakaian air dapat dilakukan dengan cara menampung air yang digunakan untuk mencuci sehingga air tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman. 165 Dalam rangka meningkatkan kualitas air baku perlu dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat berupa pemahaman bahwa kualitas air sangat penting bagi kesehatan. Tujuan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat tidak membuang limbah rumah tangga ke dalam drainase atau sungai. Dengan demikan, diharapkan, mereka akan membuat septic tank di rumah masing-masing. Bersamaan dengan kegiatan pemerdayaan masyarakat, pihak Pemerintahan Kabupaten Kota harus berinisiatif untuk membuat peraturan daerah tentang kewajiban masyarakat untuk mengolah limbah padat dengan cara mewajibkan membuat septic tank. Pemerintahan KabupatenKota harus senantiasa melakukan monitoring kualitas air agar baku mutu air baku tetap terjaga. Metode yang digunakan bermacam macan antara lain dengan menggunakan metode stored dan atau metode index pencemaran dengan menggunakan data monitoring kualitas air yang rutin dilakukan setiap bulan. Tercemarnya air baku juga diakibat oleh aktifitas industri. Oleh sebab itu Pemerintah KabupatenKota harus bertindak secara hukum apabila industri membuang limbahnya ke badan sungai. Peraturan terhadap kualitas lingkungan sudah ada, jadi yang diperlukan adalah pelaksanaan dan penegakan dari peraturan peraturan yang sudah ada. Peran LSM dan masyarakat sangat diperlukan sebagai kontrol agar penegakan hukum atau law enforcement berjalan. Untuk meningkatkan ketersediaan air inisiatif harus dimulai oleh Pemerintahan KabupatenKota dengan cara melakukan koordinasi dengan institusi yang berwenang. Sebagai contoh untuk melakukan reboisasi hutan, Pemerintahan KabupatenKota harus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat. Dalam hal ini Kementerian Kehutanan, agar pelaksanaan program reboisasi hutan dapat terkoordinasi. Masyarakat dan LSM harus terlibat dalam mereboisasi hutan, agar pelaksanaan reboisasi dapat terawasi. Sejalan dengan reboisasi hutan, Pemerintahan KabupatenKota harus segera mengevaluasi tarif air tanah agar pemakaian air tanah dapt terkendali. Rencana Walikota Semarang untuk menaikkan air tanah sebesar 1 000 atau sepuluh kali dari harga saat ini harus didukung agar diperoleh dana untuk melakukan konservasi air tanah. Demikian juga dengan tarif air minum dari PDAM. Berdasarkan survey WTP, masyarakat bersedia membayar lebih dari tarif yang ada saat ini sejauh ketersediaan air