106
Gambar 20 Peran masing-masing atribut aspek ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square RMS.
5.1.1.1. Kadar COD
Chemical oxygen demand COD merupakan total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologi biodegradable maupun yang sukar didegradasi non biodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O. Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa
atribut Kadar COD memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekologi dengan nilai sebesar 4.47. Kondisi tersebut menggambarkan
bahwa Kadar COD terkait dengan kualitas air sungai di DAS Babon telah ”jauh di atas ambang batas”, dimana rata-rata besaran konsentrasi beban pencemar kadar
COD yang masuk ke Sungai Babon adalah sebesar 426 143.71 kgtahun, sedangkan besaran konsentrasi beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke
Sungai Babon kgtahun adalah sebesar 167 167.5 kgtahun Bappedalda Semarang 19961997.
Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Bappedalda Semarang pada tahun 2005 terhadap 14 empat belas titik sampel menunjukkan bahwa sebagian besar
4.11 3.31
3.35 3.54
4.47 3.79
3.62 1.84
0.99
1 2
3 4
5 Debit air pada musim kemarau selama lima
tahun terakhir Debit air pada musim hujan selama lima
tahun terakhir Tingkat kekeruhan air
kadar BOD kadar COD
Kandungan logam berat Kesesuaian pemanfaatan lahan DAS
Kondisi daerah resapan air DAS bagian hulu Tingkat pemanfaatan lahan disekitar badan
sungai
A tt
ri bu
te
Atribut Kritis dari Aspek Ekologi
107
nilai COD melebihi ambang batas yang diijinkan. Tingginya nilai COD berasal dari buangan limbah cair industri dan rumah tangga mengandung berbagai
senyawa yang sulit terurai sehingga akan menyebabkan nilai COD lebih tinggi dari BOD Kristanto 2005. Penggunaan desinfektan dalam rumah tangga saat ini
cukup banyak digunakan antara lain penggunaan pembersih lantai, sabun mandi, dan sabun cuci yang di dalamnya terdapat desinfektan.
Besarnya konsentrasi beban pencemar polutan COD yang masuk ke Sungai Babon sangat dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas industri yang terdapat
di wilayah DAS Babon, seperti industri penyamak kulit, tekstil, pulp, kertas, serta cold and storage yang merupakan sumber potensi sebagai pencemaran di Sungai
Babon. Selain kondisi tersebut, peruntukan air sungai di wilayah DAS Babon juga dipengaruhi oleh aktivitas kegiatan penduduk seperti MCK, pertanian
penggunaan pupukpestisidainsektisida, penambangan, perikanan, dan industri.
5.1.1.2. Debit Air pada Musim Kemarau Selama Lima Tahun Terkahir
Debit air sungai adalah, tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Debit air merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan suatu DAS. Debit air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1 Intensitas hujan,
2 Pengundulan hutan, 3 Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian, 4 Intersepsi, dan 5 Evaporasi dan transpirasi.
Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut debit air pada musim kemarau selama lima tahun terakhir memberikan
pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan dimensi ekologi dengan nilai sebesar 4.11. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa debit air badan sungai di
DAS Babon telah ” terjadi penurunan lebih dari 50”. Perubahan fungsi lahan di sekitar DAS babon yang tidak sesuai dengan
peruntukannya seperti pembangunan perumahan menyebabkan dampak terhadap fungsi dari ekologi DAS berupa penyempitan lebar sungai dan pendangkalan.
Permasalahan yang menonjol di DAS Babon pada musim kemarau adalah debit air. Pada musim kemarau debit sungai mengecil, sehingga akan berdampak pada
108
akumulasi berbagai bahan polutan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas air. Kegiatan pembangunan di dalam DAS akan berdampak pada
komponen hidrologi, seperti koefisien aliran permukaan, koefisien regim sungai, nisbah debit maksimum-minimum, kadar lumpur, laju, frekuensi dan periode
banjir serta keadaan air tanah Wibawa 2010. Bangunan rumah, industri, dan kurangnya hutan di sekitar sungai menyebabkan pendangkalan dan menurunnya
debit air sungai. Fluktuasi debit juga mengalami peningkatan yang besar, banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merupakan bukti rusaknya
kondisi wilayah hulu seperti yang terjadi pada DAS Citarum Tampubolon 2007.
5.1.1.3. Kandungan Logam Berat
Sebagian logam berat seperti timbal Pb, kadmium Cd, dan merkuri Hg merupakan zat pencemar yang berbahaya. Dampak logam berat secara langsung
sangat merugikan organisme perairan dan secara tidak langsung berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut kandungan logam berat memberikan pengaruh signifikan terhadap status
keberlanjutan dimensi ekologi dengan nilai sebesar 3.79. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pencemaran dan atau kandungan terhadap kualitas air
badan sungai di DAS Babon telah ” jauh di atas ambang batas”, dimana rata-rata besaran konsentrasi beban pencemar kandungan logam berat yang masuk ke
Sungai Babon adalah berkisar antara 448.32 - 63 874.46 kgtahun, sedangkan besaran konsentrasi beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke Sungai Babon
kgtahun adalah berkisar antara 20.195 - 3 001.25 kgtahun Bappedalda Semarang, Tahun 19961997.
Besarnya kandungan logam berat yang masuk ke Sungai Babon sangat dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas industri yang terdapat di wilayah DAS
Babon, seperti: industri penyamak kulit, tekstil, pulp dan kertas, serta cold and storage yang merupakan sumber potensi sebagai pencemaran di Sungai Babon.
Aktivitas pertambangan, peleburan, penyulingan minyak, dan penggunaan bahan bakar dapat menimbulkan pencemaran logam berat yang masuk ke
lingkungan perairan. Penggunaan pembasmi hama dan pembuangan limbah
109
pabrik dan rumah tangga yang banyak menggunakan logam dapat pula menyebabkan pencemaran lingkungan.
5.1.1.4. Kesesuaian Pemanfaatan Lahan DAS Babon Semarang
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di sekitar DAS Babon memberikan pengaruh terhadap perubahan tataguna lahan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap sistem hidrologi yang ada terkait dengan ketersediaan air di DAS Babon.
Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut kesesuaian pemanfaatan lahan memberikan pengaruh signifikan terhadap
status keberlanjutan dimensi ekologi dengan nilai sebesar 3.62. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kesesuaian pemanfaatan lahan di wilayah Das Babon
tidak sesuai.
Kondisi lahan di sekitar DAS Babon pada umumnya berupa lahan tegalan atau lahan kering, hutan negara, dan sawah irigasi. Namun demikian seiring
dengan bertambahnya waktu dan jumlah penduduk, lahan tersebut banyak beralih fungsi menjadi perumahan, pemukiman, dan industri. Kondisi tersebut
menyebabkan tekanan yang besar terhadap sumberdaya alam dan lingkungan di sekitar DAS Babon terutama terhadap perubahan lahan dan konversi hutan di
daerah hulu.
5.1.1.5. Kadar BOD
BOD sering digunakan untuk menentukan karakteristik zat polutan dalam limbah cair, maka BOD bisa digunakan untuk mengetahui kekuatan suatu
pencemar dan secara tidak langsung juga datanya dapat menentukan perkiraan kadar bahan organik yang terdapat pada suatu limbah.
Dari hasil analisis penilaian atribut dalam skala ordinal menunjukkan bahwa atribut Kadar BOD memberikan pengaruh signifikan terhadap status keberlanjutan
dimensi ekologi dengan nilai sebesar 3.54. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kadar BOD terkait dengan kualitas air sungai di DAS Babon
telah ”jauh di atas ambang batas”, dimana rata-rata besaran konsentrasi beban pencemar kadar
BOD yang masuk ke Sungai Babon adalah sebesar 140 502.21 kgtahun, sedangkan besaran konsentrasi beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke
110
Sungai Babon kgtahun adalah sebesar 76 923.75 kgtahun Bappedalda Semarang, Tahun 19961997.
Besarnya konsentrasi beban pencemar polutan BOD yang masuk ke Sungai Babon sangat dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas industri yang terdapat
di wilayah DAS Babon, seperti industri penyamak kulit, tekstil, pulp dan kertas, serta cold and storage yang merupakan sumber potensi sebagai pencemaran di
Sungai Babon. Selain kondisi tersebut, tingginya nilai BOD diduga berasal dari buangan limbah cair rumah tangga di sepanjang bantaran sungai dan aktivitas
pertanian di daerah hulu.
5.1.2. Atribut Kritis Dimensi Ekonomi
Atribut yang diprakirakan memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan pada dimensi ekonomi terdiri atas 10 sepuluh atribut, yaitu: 1 Biaya produksi
pengolahan air minun; 2 Tingkat keuntungan Perusahaan Daerah Air Minum PDAM; 3 Tingkat pemenuhan permintaan konsumen; 4 Subsidi yang
diterima; 5 Pangsa pasar demand; 6 Teknologi pengolahan air minum; 7 Tingkat efisiensi pengolahan air minum; 8 Kebutuhan modal untuk
pengembangan perusahaan air minum; 9 Ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan; 10 Transfer cost untuk biaya pengelolaan lingkungan
antar stakeholders. Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi keberlanjutan pada dimensi
ekonomi tersebut, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 5 lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks
keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu: 1 Pangsa pasar demand; 2 Tingkat keuntungan Perusahaan Daerah Air Minum PDAM; 3 Subsidi yang diterima;
4 Kebutuhan modal untuk pengembangan perusahaan air minum; dan 5 Ketersediaan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan. Hasil analisis leverage
dapat dilihat pada Gambar 21.