Mekanisme Kelembagaan Pengelolaan ABAM di DAS Babon

170 Dengan tidak melakukan pembelokan sungai, air akan mempunyai waktu lebih lama untuk mengalami proses purifikasi, vegetasi yang berada di daerah bantaran sungai berfungsi untuk menyerap nutrient Nitrogen, Phospat, dan unsur lainnya yang berasal dari bahan bahan polutant. Dengan melindungi daerah dataran banjir diharap akan mempertahankan ekosistem rawa yang mempunyai jejaring pangan food web yang pada akhirnya akan membantu mengurangi beban polusi.

5.7.5. Program Pembangunan Sarana Pengolahan Limbah Sistem Sentralisasi

Jaringan Sistem Pengolahan Limbah Sentralisasi Terpusat adalah terdiri atas sambungan sambungan rumah tangga dan non rumah tangga, jaringan pengumpul, sistem pengglontor dan IPAL instalasi pengolah air limbah yang berfungsi untuk mengolah air limbah. Jaringan IPAL sentralisasi mencakup daerah luasan tertentu. Daerah yang telah menetapkan IPAL sentralisasi adalah Kota Tanggerang blac water dan grey water, Kota Cirebon black water dan grey water, Yogyakarta black water dan grey water, Surakarta hanya grey water. Jaringan IPAL tersentralisasi pada kota kota tersebut pada umumnya sebagian kecil yang dilayani jaringan tersebut. Biaya konstruksi dan biaya operasi dan pemeliharan sistem sentralisasi sangat mahal sehingga menjadi problem bagi Pemerintah Daerah untuk keberlanjutannya.

5.8. Role Sharing Bagi Peran Pengelolaan Kualitas Air

Menejemen kualitas air sungai tidak dapat mengandalkan lembaga yang tunggal, menejemen kualitas air di era sekarang ini harus berdasar pada prinsip- prinsip good governance tata pemerintahan yang baik, yaitu dengan melibatkan semua stakeholders yang berkepentingan dalam proses pengelolaan kualitas air. Institusi inti dan usulan role sharing atau bagi peran dalam menejemen kualitas air adalah dapat diringkas dalam Tabel 31. 171 Tabel 31 Role sharing bagi peran pengelolaan ABAM berbasis DAS No Institusi Peran 1. Pemerintahan Kabupaten Kota  Berinisiatif untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi saat ini.  Melakukan koordinasi dengan instansi terkait lintas kabupatenkota serta mendiskusikan permasalahan yang ada dan penetapan klas kualitas air sungai lintas KabupatenKota dan lintas Provinsi.  Melakukan evaluasi status mutu air sungai lintas KabupatenKota dan lintas Provinsi.  Menerapkan law enforcement bagi pelaku pencemaran lingkungan.  Mewajib Industri melaksanakan progam reduce, reuse, dan recycle dengan cara membuat instalasi pengolahan limbah industri dan mengolahnya kembali.  Mewajibkan hotel melakukan progam reduce dan reuse dengan cara mengganti equipment kamar mandi menjadi yang otomatic.  Menaikkan tarif air tanah akan diperoleh dana untuk konservasi air tanah.  Menaikkan tarif air minum PDAM agar PDAM dapat berperan dalam pelestarian lingkungan di wilayah hulu.  Berkoordinasi dengan BKKBN untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.  Berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk melaksanakan reboisasi.  Melasanakan program terasering pada tegalan.  2. Pemerintah Pusat  Memfasilitasi Pemerintah Kabupaten Kota untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat antara lain.  Kementerian Kesehatan dengan program pola hidup bersih dan sehat PHBS.  Kementerian Pekerjaan Umum dengan program sanitasi masyarakat SANIMAS.  Kementerian Kehutanan dengan program pelestarian hutan.  BKKBN program KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.  Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencegah pencemaran lingkungan oleh Industri. 3. PDAM  Mengurangi kebocoran.  Meningkatkan pelayanan dan menambah jumlah sambungan rumah.  Ikut terlibat dalam program pelestarian DAS hulu. 172 No Institusi Peran 4. LSM  Ikut terlibat dalam proses pemerdayaan masyarakat.  Mengawasi pemanfaatan lahan dan mencegah konversi lahan serta terlibat dalam proses reboisasi. 5. Masyarakat  Terlibat langsung dalam pelaksanaan reboisasi hutan, terasering pada tegalan.  Ikut mencegah pencemaran dengan tidak lagi. memuang limbah rumah tangga kedalam sungai atau selokan. 6. Perguruan Tinggi  Mendesain metoda metoda sosialisasi pemberdayaan masyarakat.  Melakukan penelitian baik teknis maupun non teknis untuk dijadikan bahan evaluasi bagi Pemerintah KabupatenKota. 7. Pemerintah Provinsi  Memfasilitasi koordinasi antara Pemerintah KabupatenKota Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Demak.  Memfasilitasi koordinasi antara Pemerintah KabupatenKota dengan Pemerintah Pusat 8. BPSDA  Melaksanakan kebijakan yang sudah digariskan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Model pengelolaan air baku air minum berbasis DAS memerlukan atribut kunci untuk menjamin ketersediaan air baku di suatu DAS. Atribut kunci tersebut adalah : BOD, COD, kekeruhan, debit air pada musim kemarau dan kekurangan dana untuk konservasi. 2. Model Pengelolaan Air Baku Air Minum Berbasis DAS mempunyai 3 sub model antara lain: a. Sub model kebutuhan air, Sub model ini mempunyai variabel : laju pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan industri, dan laju pertumbuhan hotel serta kebijakan 2R untuk sektor kegiatan domestik dan hotel, dan kebijakan 3R untuk sektor kegiatan industri b. Sub model ketersediaan air, Sub model ini mempunyai variabel luas DAS, land use, koefisien run off CRO, debit andalan, konservasi, biaya konservasi, ketersediaan air tanah, persentase pemakaian air tanah dan populasi. c. Sub model kualitas air. Sub model ini mempunyai variabel indeks kualitas air, biaya produksi air minum dan total penjualan air minum serta persentasi alokasi dana konservasi. 3. Aplikasi model di DAS Babon dapat disimpulkan: a. Air tanah merupakan variabel yang paling sensitif, sehingga melalui penggunaan model ini, pemanfaatan air tanah dapat dievaluasi untuk menghasilkan pengelolaan air baku air minum yang berkelanjutan dengan memanfaatkan air tanah 40 dari ketersediaannya. b. Pada tahun 2038 akan terjadi defisit ketersediaan air baku, sehingga penggunaan model ini dapat menambah ketersediaan air dengan cara menerapkan kebijakan, antara lain: 1 laju pertumbuhan penduduk; 2 CRO untuk perbaikan ketersediaan air baku berbasis DAS; 3 pendekatan 3R untuk mengurangi kebutuhan air baku; dan 4 pengelolaan air tanah. c. Untuk meningkatkan nilai total penjualan air minum dapat dilakukan dengan menerapkan harga WTP sampai dengan Rp 3 000m3. Dengan