Validasi Struktur Model Validasi Model Pengelolaan Air Baku DAS Babon

147 ketersediaan air baku akan meningkat tajam. Tidak demikian halnya dengan parameter input lainnya seperti parameter reuse, reduce, dan recycle. Kebijakan terhadap parameter tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan air baku. Dengan demikian, kebijakan terhadap pemanfaatan parameter air tanah harus dilakukan dengan cermat agar ketersedian agar ketersediaan air baku dapat terjaga dan lestari. 5.5. Simulasi Model 5.5.1. Kondisi Eksisting DAS Babon adalah salah satu DAS kritis dengan fluktuasi debit air sungai yang sangat signifikan. Artinya ketersediaan air di musim kemarau sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat bergantung dengan air tanah yang jumlahnya juga terbatas. Belum ada upaya yang dilakukan agar DAS Babon dapat mencukupi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan dengan meminimalisasi ekplorasi air tanah. Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data kondisi existing di DAS Babon. Simulasi dilakukan untuk kurun waktu 50 tahun yaitu dari tahun 2010-2060. DAS Babon memiliki luas 35 598.4 ha terbagi atas 4 land use yaitu pemukiman seluas 10 000 ha, sawah seluas 2 361.7 ha, hutan seluas 5 868.3 ha dan tegalan seluas 17 368.4 ha. Air sungai DAS Babon digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam 3 sektor yaitu domestik, perhotelan dan indusri. Untuk sektor domestik DAS babon harus memenuhi kebutuhan masyarakat dengan populasi 1 280 790 jiwa dengan laju pertumbuhan 1.5 per tahun, sektor perhotelan sebanyak 85 hotel dengan laju pertumbuhan 1 per tahun dan sektor industri sebanyak 16 528 unit industri besarkecil dengan laju pertumbuhan 0.025 per tahun. Ketersediaan air baku DAS Babon berasal dari air permukaan dan air tanah. Pengelolaan air baku di DAS Babon dilakukan oleh beberapa PDAM. PDAM hanya mengambil air permukaan sebagai sumber air baku. Debit andalan yang diambil untuk air baku dari air permukaan sebesar 1.76 m 3 detik. Besarnya debit andalan juga dipengaruhi oleh besarnya limpasan yang dapat dilihat dari koefisien run off masing-masing land use. Koefisien run off masing-masing land use yang relatif besar mengindikasikan bahwa limpasan di DAS Babon juga relatif besar. 148 Kualitas air di DAS Babon sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi BOD, COD, DO, dan kekeruhan yang sangat tinggi dan melebihi ambang batas. Agar kualitas air memenuhi syarat baku mutu maka PDAM membutuhkan biaya produksi Rp 2 000,-m 3 . Biaya produksi yang relatif tinggi juga menyebabkan harga jual meningkat, untuk mendapatkan air baku masyarakat dikenakan biaya sebesar Rp 2 250,-m 3 . Untuk memprediksi ketersediaan air dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat di DAS Babon, maka dilakukan simulasi dengan output pada Gambar 37. Siklus hidrologi akan menyebabkan ketersediaan air di DAS Babon dianggap konstan dari tahun ke tahun. Jumlah air yang tersedia di DAS Babon dengan kondisi DAS kritis adalah sebesar 137 237 040 m 3 tahun. Namun ketersediaan ini tidak akan mencukupi kebutuhan penduduk karena jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi yang terus meningkat. Berdasarkan hasil simulasi kebutuhan penduduk di DAS Babon akan tercukupi hingga tahun 2038 dengan total kebutuhan air baku sebesar 136 608 746 m 3 . Setelah tahun 2038 kebutuhan penduduk tidak akan tercukupi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kebijakan konservasi untuk memperbaiki kondisi DAS. Gambar 37. Simulasi kondisi existing DAS Babon.

5.5.2. Skenario Kebijakan

Ketersediaan air di DAS Babon perlu ditingkatkan agar kebutuhan penduduk dapat tercukupi secara berkelanjutan. Peningkatan ketersediaan air 149 dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan terhadap kondisi DAS. Perbaikan kondisi DAS dapat dilakukan dengan melakukan konservasi land use DAS Babon. Beberapa skenario yang dapat didesain berdasarkan kebijakan-kebijakan yang dapat diambil untuk memenuhi kebutuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Skenario kebijakan Skenario Keterangan Pesimis 1. Laju pertumbuhan penduduk meningkat 2. 2. Laju pertumbuhan industri 0.03. 3. Laju pertumbuhan perhotelan 1.5. 4. Koefisien run off maksimum. 5. Tidak ada program peningkatan kualitas air. 6. Tidak ada kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku. 7. Pemakaian air tanah 90. Moderat 1. Laju pertumbuhan penduduk turun menjadi 1. 2. Laju pertumbuhan industri 0.02 . 3. Laju pertumbuhan perhotelan 0.7. 4. Koefisien run off menurun karena ada program reboisasi pada kawasan hutan dan terasering pada tegalan. 5. Adanya peningkatan kualitas air sebesar 2 per tahun 6. Ada kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku untuk industry. 7. Pemakaian air tanah 65. Optimis 1. Laju pertumbuhan penduduk turun menjadi 0.5. 2. Laju pertumbuhan industri 0.015. 3. Laju pertumbuhan perhotelan 0.3. 4. Koefisien run off minimum karena ada program reboisasi pada kawasan hutan, terasering pada tegalan, pengembangan metode SRI untuk sawah dan pembuatan sumur resapan untuk kawasan pemukiman. 5. Adanya program peningkatan kualitas air sebesar 5 per tahun. 6. Kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku untuk domestik, perhotelan, dan industri. 7. Pemakaian air tanah 40.

5.5.2.1. Skenario Pesimis

Skenario pesimis adalah desain dari kondisi variabel penentu kinerja sistem yang memberikan dampak yang tidak diinginkan. Desain skenario pesimis adalah membiarkan kondisi yang ada saat ini terjadi tanpa ada usaha pencegahan. 150 Skenario pesimis yaitu meningkatnya laju pertumbuhan penduduk tanpa ada upaya untuk menekan pertumbuhan penduduk, demikian juga dengan laju pertumbuhan hotel dan laju pertumbuhan industri. Koefisien run off ber nilai maksimum karena tidak ada upaya melakukan konservasi, eksploitasi air tanah secara berlebihan dan tidak ada kebijakan mengenai keberlangsungan ketersedian air dan peningkatan kualitasnya. Hasil simulasi skenario pesimis dapat dilihat pada Gambar 38. Gambar 38 Simulasi skenario pesimis. Gambar 38 menjelaskan bahwa kebutuhan air baku penduduk meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan penduduk dapat tercukupi hingga tahun 2038 dengan kebutuhan sebesar 137 094 302 m 3 tahun dan air yang tersedia sebesar 137 237 040 m 3 . Setelah tahun 2038 kebutuhan penduduk tidak akan tercukupi walaupun eksploitasi air tanah dilakukan secara berlebihan. Jika kondisi ini terjadi maka kondisi DAS akan semakin kritis, yang berakibat terjadinya intrusi laut dan krisis air. Pada kondisi ini kualitas air baku sangat buruk. Agar kualitas air baku memenuhi standar baku mutu maka dibutuhkan biaya produksi sebesar Rp 109 486 080 000,-tahun.

5.5.2.2. Skenario Moderat

Skenario moderat disusun berdasarkan kondisi terjadinya penurunan laju pertumbuhan penduduk, hotel dan industri. Koefisien run off menurun karena ada 151 program reboisasi pada kawasan hutan dan terasering pada tegalan, peningkatan kualitas, adanya kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku untuk industri dan pemakaian air tanah 65. Hasil simulasi skenario ini dapat dilihat pada Gambar 39. Gambar 39 Hasil simulasi skenario moderat. Penurunan laju pertumbuhan penduduk, hotel dan industri sangat mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan air baku. Dari Gambar 39 dapat dilihat bahwa ketersediaan air baku dapat memenuhi kebutuhan penduduk hingga tahun 2052 dengan kebutuhan masyarakat sebesar 122 171 844 m 3 tahun dan air yang tersedia sebesar 122 204 588 m 3 tahun.

5.5.2.3. Skenario Optimis

Skenario optimis didesain berdasarkan kondisi laju pertumbuhan penduduk turun menjadi 0.5, laju pertumbuhan industri 0 015 dan laju pertumbuhan perhotelan 0.3. Koefisien run off minimum karena ada program reboisasi pada kawasan hutan, terasering pada tegalan, pengembangan metode SRI untuk sawah dan pembuatan sumur resapan untuk kawasan pemukiman. Adanya program peningkatan kualitas air sebesar 5 per tahun, kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam pemanfaatan air baku untuk domestik, perhotelan dan industri dan pemakaian air tanah 40. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 40.