Pendekatan Penelitian METODOLOGI PENELITIAN
57
untuk atribut debit air badan sungai DAS Babon pada musim penghujan selama lima tahun terakhir disusun skala ordinalnya; 0 terjadi peningkatan kurang dari
10 persen; 1 terjadi peningkatan 10 persen – 25 persen; 2 terjadi peningkatan
25 persen – 50 persen; 3 terjadi peningkatan lebih dari 50 persen.
Atribut untuk menggambarkan kondisi kualitas air badan sungai DAS Babon, salah satunya adalah parameter BOD disusun dengan skala: 0 di bawah
ambang batas; 1 sama dengan ambang batas; 2 sedikit di atas ambang batas; dan 3 jauh di atas ambang batas, maka skor nol merupakan skor terbaik dan skor
tiga merupakan skor terburuk. Namun, atribut untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan lahan di sekitar badan sungai DAS Babon untuk fungsi lain disusun
dengan skala: 0 tidak dimanfaatkan dijadikan daerah resapan air; 1 dimanfaatkan sedikit untuk pemukiman, pertanian, dan industri; 2 sebagian
besar dimanfaatkan untuk pemukiman, pertanian, dan industri; 3 seluruhnya dimanfaatkan untuk pemukiman, pertanian, dan industri, maka skor nol
merupakan skor terbaik dan skor tiga merupakan skor terburuk. Atribut serupa juga disusun untuk menggambarkan kondisi aspek ekonomi dan sosial. Dengan
analisis leverage attribut, dapat di gambarkan secara rinci atribut-atribut kritis dan sensitif pada pengelolaan DAS Babon Semarang sebagai sumber air baku air
minum. 3.4.1.2. Analisis Atribut Kritis
Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan
pengelolaan DAS Babon Semarang sebagai sumber bahan baku air minum. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square”
RMS ordinasi Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut
dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan DAS Babon Semarang sebagai sumber air baku air minum pada skala sustainabilitas, atau
dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan tingkat keberlanjutan pengelolaan sistem yang dikaji.
Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan DAS Babon Semarang sebagai sumber bahan baku air
58
minum digunakan analisis “Monte Carlo”. Menurut Kavanagh 2001 dalam Fauzi
dan Anna 2002 analisis “Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini.
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan
pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut. 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh
peneliti yang berbeda. 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi.
4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data. 5.
Tingginya nilai ”stress” hasil analisis keberlanjutan, nilai “stress” dapat diterima jika 25.
Secara skematis tahapan analisis pada setiap atribut kritis terkait dengan keberlanjutan pengelolaan DAS Babon Semarang untuk kebutuhan air minum
disajikan pada Gambar 5.