Sub Model Ketersediaan Air Baku

141 dunia model memiliki keserupaan dengan dunia nyata, karena secara logika bila jumlah penduduk bertambah maka kebutuhan air akan meningkat. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa model ini dapat dikatakan valid. Hasil simulasi menunjukkan peningkatan penduduk dalam kurun waktu 50 tahun mencapai 3 029 528 jiwa dengan total kebutuhan air baku sebesar 137 000 000m 3 . Namun hasil simulasi ini adalah hasil simulasi dengan menggunakan nilai variabel reduce, reuse, dan recycle sebesar 0. Variabel ini adalah salah satu kebijakan dalam rangka efisiensi penggunaan air. Hasil simulasi menggunakan variabel reduce, reuse, dan recycle dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 32 Validasi struktur sub model kebutuhan air baku. Gambar 33 Validasi struktur sub model kebutuhan air baku dengan kebijakan reduce,reuse dan recycle. 142 Berdasarkan hasil simulasi seiring bertambahnya jumlah penduduk, total kebutuhan air baku juga meningkat tiap tahunnya. Namun dengan adanya kebijakan reduse dan reuse dalam sektor domestik dan perhotelan sebesar 15 dan kebijakan reduce, reuse, dan recycle dalam sektor industri sebesar 15 maka total kebutuhan air baku akan berkurang. Pada Gambar 33 dapat dilihat bahwa dengan jumlah penduduk 3 029 528 jiwa dengan total kebutuhan air baku yang dibutuhkan adalah sebesar 137 000 000 m 3 tahun. Namun dengan adanya kebijakan reduce, reuse, dan recycle maka total kebutuhan air berkurang menjadi 121 000 000 m 3 tahun atau berkurang sebesar 16 000 000 m 3 tahun. Validasi struktur model tidak hanya dilakukan dengan cara melihat kesesuaian interaksi antara variabel model melalui simulasi. Tetapi validasi struktur juga dapat dilihat dari kesetaraan satuan antara variabel model. Kesetaraan ini dilihat dengan pengecekan terhadap persamaan yang digunakan dalam model. Untuk sub model kebutuhan air baku persamaan yang digunakan adalah: Jumlah Penduduk x Kebutuhan standar 0.150 mdetik x 365 hari = m 3 tahun. Total kebutuhan air sangat dipengaruhi dari laju pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan hotel dan laju pertumbuhan industri. Semakin besar laju pertumbuhan penduduk, hotel dan industri maka kebutuhan air akan semakin meningkat. Semakin tinggi kelas masyarakat dan hotel maka kebutuhan standarnya pun semakin meningkat. Begitu juga dengan industri, semakin besar skala industrinya maka kebutuhannya pun semakin besar. Salah satu upaya mengimbangi semakin meningkatnya jumlah penduduk, hotel dan industri adalah dengan menerapkan program reduce, reuse, dan recycle. Program ini diharapkan dapat mengurangi kebutuhan masing-masing sektor.

5.4.1.2. Sub Model Ketersediaan Air Baku

Validasi struktur pada sub model ketersediaan air dilakukan dengan melakukan simulasi untuk melihat pengaruh tindakan konservasi terhadap debit model dan total ketersediaan air. Ketersediaan air pada sub model ini berasal dari air permukaan dan air tanah. Pada model ini pemakaian air tanah diminimalisir agar keberlangsungannya tetap terjaga, maka dilakukan upaya konservasi agar air 143 permukaan tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Upaya konservasi dilakukan berdasarkan land use. Pada DAS Babon land use dibagi 4 yaitu pemukiman, tegalan, sawah dan hutan. Pada simulasi ini dilakukan konservasi seperti pada sumur resapan, terasering, System Rice Intensificasion sebesar 5 per tahun. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 34. Total ketersediaan air semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai koefisien run off. Nilai koefisien run off sangat mempengaruhi jumlah air permukaan yang tersedia. Semakin kecil nilai koefisien run off maka debit air permukaan akan semakin besar. Berdasarkan Gambar 34 total ketersediaan air meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2030 dan konstan untuk tahun 2030. Hal ini disebabkan oleh target konservasi dalam kurun waktu 20 tahun dengan persentase konservasi 5 pertahun. Jadi persentase konservasi akan menjadi 100 pada tahun 2030. Koefisien run off dan debit model juga berada dalam kondisi maksimal pada tahun 2030. Kondisi ini akan konstan dari tahun ke tahun jika konservasi dilakukan secara berkelanjutan. Gambar 34 Validasi struktur ketersediaan air baku.

5.4.1.3. Sub Model Kualitas Air Baku

Kualitas air baku dilihat dari sebuah indeks yang menggambarkan kualitas air yang dipengaruhi oleh parameter seperti COD, BOD, DO dan kekeruhan. Nilai masing-masing parameter dapat berubah dengan adanya upaya peningkatan 144 kualitas air. Kualitas air akan mempengaruhi biaya produksi air baku yang harus dikeluarkan oleh PDAM. Besarnya biaya produksi juga akan mempengaruhi harga jual air baku dan biaya yang dikeluarkan untuk konservasi. Semakin besar keuntungan PDAM maka alokasi dana untuk konservasi akan semakin besar. Artinya dengan alokasi dana untuk konservasi yang besar ketersediaan air akan dapat dijaga secara berkelanjutan. Untuk validasi struktur pada sub model ini dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel seperti indeks kualitas air dan biaya produksi air. Berdasarkan Gambar 35 dapat diketahui bahwa indeks kualitas air baku terus menurun hingga tahun 2027 dan konstan setelah tahun 2027. Penurunan indeks kualitas air baku mengindikasikan bahwa kualitas air baku semakin baik. Indeks kualitas air baku pada model ini memiliki range 1- 4. Peningkatan kualitas baku terjadi karena terdapat kebijakan peningkatan kualitas air sebesar 15 per tahun. Biaya produksi yang dibutuhkan menurun seiring penurunan indeks kualitas air. Namun biaya produksi akan meningkat jika ketersediaan air baku terus meningkat. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada tiga sub model maka struktur model ini dapat dikatakan valid secara teoritis. Gambar 35 Validasi struktur sub model kualitas air baku.

5.4.2. Validasi Kinerja Model

Setelah model dapat mengilustrasikan kerja sistem atau valid secara teoritis maka dilakukan validasi kinerja model untuk melihat seberapa akurat model dapat