Skenario Kebijakan Simulasi Model 1. Kondisi Eksisting
155
daya alam tersebut. Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan
sumberdaya alam yang semakin langka. Menurut Munasinghe 1993 penilaian kontribusi fungsi ekosistem bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang
sangat kompleks, mencakup faktor-faktor nilai sosial dan politik. Seiring dengan perubahan waktu, kondisi kualitas dan kuantitas air DAS
Babon sudah mengalami penurunan sehingga tidak layak lagi untuk digunakan atau perlu biaya yang sangat tinggi untuk memperbaiki kualitas air tersebut. Oleh
karena itu mengingat pentingnya peran DAS Babon dan untuk mengembalikan kondisi kualitas air DAS Babon sesuai dengan peruntukannya perlu segera
dilakukan penataan terhadap kondisi DAS Babon sesuai dengan tata ruang yang ada. Selain itu diperlukan suatu kompensasi terhadap sumberdaya air DAS Babon
yang airnya banyak digunakan oleh masyarakat setempat. Pemberian kompensasi kepada sumberdaya air didasarkan pada kemampuan masyarakat untuk membayar
willingness to pay= WTP atas penggunakan air DAS Babon untuk keperluan rumah tangga. Berdasarkan data sebaran penduduk yang ada di sekitar DAS
Babon terdapat lebih kurang 241 382 KK yang mempunyai peran dalam menggunakan air DAS Babon baik langsung maupun tidak langsung. Apabila
rata-rata pemanfaatan air oleh setiap rumah tangga sebesar 12.83 m
3
per bulan atau 153.58 m
3
air per tahun, dan apabila dilakukan pendekatan dengan harga tarif air PDAM Kota Semarang yang berlaku sekarang maka termasuk ke dalam
golongan IIA Klasifikasi Langganan Rumah Tangga I. Hasil pendekatan perhitungan ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai air yang dirasakan oleh masyarakat yang memanfaatkan air disekitar DAS sebesar Rp 243 603 724 000,-
per tahun. Berdasarkan survei WTP, keinginan membayar masyarakat WTP atas penggunakan air baku DAS Babon yang diolah menjadi air minum sebesar
Rp 3 000,- per m
3
, apabila kualitas air meningkat dan ketersediaan air terjamin. Dengan asumsi nilai Tarif berdasarkan WTP, maka nilai ekonomi dalam satu
tahun dapat dilihat pada Tabel 2.29.
156
Tabel 28 Nilai ekonomi air dalam satutahun
Gol Klasifikasi
Langganan Jumlah rata-rata
Penggunaan m
3
Tingkat Pemakaian m
3
Jumlah 0-10
10-20 II
Non Niaga A
Rumah Tangga I
22.4 m
3
bulan Rp 22 500,- Rp 61 600,-
Rp 84 100,- Nilai Ekonomi Air
Per Bulan Rp 84 100,-
Penggunaan Air Selama Setahun
268.8 m
3
tahun Rp 1 009 200,-
Jumlah Pengguna Air Sebanyak 241 383 KK Rp 243 603 724 000
Asumsi : 1
Penduduk yang memanfaatkan air adalah 1 206 912 jiwa 2
Harga Air 0 – 10 m
3
= Rp 2 250,- 3
Harga Air 11 – 20 m
3
= Rp 2 750,-
Tabel 29 Nilai ekonomi air dalam satu tahun
Gol Klasifikasi
Langganan Jumlah
Rata-rata Penggunaan
m
3
Tingkat Pemakaian m
3
Jumlah 0-10
10-20 II
Non Niaga A
Rumah Tangga I
32.4 m
3
bulan Rp 30 000,-
Rp 84 000,- Rp 114 000,-
Nilai Ekonomi Air Per Bulan
Rp 114 000,- Penggunaan Air
Selama Setahun 388.8
m
3
tahun Rp 1 368 000,-
Jumlah Pengguna Air Sebanyak 241 383 KK Rp 330 211 900 000
Asumsi : 1.
Penduduk yang memanfaatkan air adalah 1 206 912 jiwa 2.
Harga Air 0 – 10 m
3
= Rp 3 000,- 3.
Harga Air 11 – 20 m
3
= Rp 3 750,-
Dengan demikian nilai air yang dirasakan oleh masyarakat di DAS Babon sebesar Rp 330 211 900 000,- dan nilai air tanah berdasarkan Perda Provinsi Jawa
Tengah tentang tarif penggunaan air sebesar Rp 29 842 564 738.56. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa apresiasi masyarakat terhadap nilai air
berdasarkan WTP lebih besar daripada nilai ekonomi penggunaan air dari PDAM dan Perda Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya
ketergantungan masyarakat terhadap air sangat tinggi sehingga ketersediaan air dalam kehidupan mereka sangat penting dan vital. Sehubungan dengan hal
157
tersebut maka keberlanjutan akan ketersediaan air sangat penting dan hal ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai upaya.
Peninjauan kembali akan kebijakan yang ada tentang PERDA penetapan penggunaan air tanah perlu dilakukan mengingat terlalu kecilnya standard tarif
yang ditetapkan, mengingat konsumen pengguna air tanah terbesar adalah industri. Upaya menaikan standar harga air tanah dapat dilakukan dengan skenario
bahwa selisih dana yang ada selain sebagai PAD Provinsi Jawa Tengah dapat dijadikan dana jasa lingkungan dalam upaya pelestarian wilayah hulu sebagai
suplier air bagi kawasan DAS Babon, sehingga keberlanjutan ketersediaan air sebagai sumberdaya yang esensial bagi kehidupan masyarakat di Provinsi
Semarang dapat sustainable. Demikian pula dengan tarif PDAM memungkinkan untuk dilakukan evaluasi ulang terhadap standard harga air yang ada dengan
skenario peruntukan yang sama. Implikasi dari keadaan yang ada adalah perlu dilakukannya perubahan
Peraturan Daerah tentang penetapan tarif penggunaan air tanah dan juga tarif PDAM. Hal ini dilakukan guna adanya kesadaran dan kerjasama yang baik
terhadap daerah hulu agar ketersediaan air dapat tetap sustainable dengan memberikan bantuan dana ataupun insentif pengelolaan kawasan hulu sebagai
kawasan konservasi tangkapan air. Penetapan besaran tarif dilakukan berdasarkan seberapa banyak dan frekuensi penggunaan air dari setiap industri atau bila perlu
diberlakukan suatu gerakan community development berupa CSR community social responsibility bagi setiap industri bagi daerah hulu agar daerah hulu ikut
menikmati hasil atas kenikmatan yang dirasakan oleh daerah hilir. Selain itu perlu peraturan yang mengatur soal penggunaan air tanah agar penggunaannya dapat
terkontrol sesuai dengan daya dukung yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan penggunaaan air tanah, bila diperlukan dibuat aturan penggunaan
kombinasi sumber air yaitu 50 menggunakan PDAM dan 50 menggunakan air tanah. Hal ini bertujuan selain menghemat akan ketersediaan air tanah juga suatu
upaya pendapatan PAD dari komuditas air yang nantinya juga dapat dijadikan sumber dana dalam kegiatan konservasi air.
158