Kondisi krisis ekonomi tahun 1998 mengakibatkan peran sektor agroindustri terutama agroindustri non makanan menjadi inferior terhadap sektor pertanian dalam
menggerakkan perekonomian sektor-sektor lainnya. Dalam kondisi krisis ekonomi itulah sektor pertanian primer merupakan sektor yang paling dapat bertahan sehingga apabila
diberikan stimulus ekonomi ke sektor pertanian akan memberikan dampak yang lebih besar dalam menghasilkan penerimaan sektor-sektor lain. Hal ini terlihat 3 dari 5 subsektor
pada sektor pertanian primer berada di posisi 10 urutan teratas. Sedangkan untuk sektor agroindustri, industri yang masih bisa bertahan pada 10 urutan teratas pada kondisi krisis
ekonomi adalah agroindustri makanan sektor perikanan, industri minuman dan industri rokok.
5.3. Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga
Berbeda dengan nilai pengganda output, nilai tambah maupun tenaga kerja yang selalu lebih besar dari satu, pengganda pendapatan rumah tangga menghasilkan nilai lebih
kecil dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan produksi sektor
agroindustri akan menghasilkan dampak peningkatan pendapatan sektor produksi maupun tenaga kerja lebih besar dibandingkan pengaruh yang ditransmisikan ke rumah tangga.
Dengan mengelompokkan rumah tangga ke dalam 6 golongan rumah tangga nilai
pengganda pendapatan rumah tangga berkisar 0.1 sampai 0.9 Tabel 9. Nilai pengganda rumah tangga untuk masing-masing sektor sektor secara rinci ditampilkan pada Lampiran
6. Sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan menghasilkan pengganda lebih besar dibandingkan sektor lain secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengembangan sektor agroindustri akan memberikan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan pengembangan yang dilakukan ke sektor lain. Namun untuk
kelompok buruhtani dan petani, nilai pengganda terbesar adalah untuk sektor pertanian primer.
Tabel 9. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga, Tahun 1998 dan 2003
Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga
Buruh Tani Petani Kecil
Petani Luas NP Rendah
Desa NP Atas Desa
NP Rendah Kota
NP Atas Kota SEKTOR
1998 2003
1998 2003
1998 2003
1998 2003
1998 2003
1998 2003
1998 2003
Pertanian Primer
Pertanian Tanaman angan 0.06
0.26 0.14
0.38 0.15
0.33 0.19
0.61 0.18
0.26 0.19
0.74 0.19
0.29 Peternakan dan Hasil-hasiln ya
0.05 0.22
0.13 0.28
0.14 0.25
0.19 0.55
0.19 0.22
0.21 0.80
0.21 0.31
Perikanan 0.04
0.03 0.10
0.03 0.12
0.03 0.17
0.06 0.17
0.02 0.22
0.10 0.23
0.04 Kehutanan dan Perburuan
0.03 0.16
0.08 0.18
0.10 0.17
0.15 0.43
0.17 0.16
0.23 0.67
0.26 0.26
Pertanian Tanaman Lainnya 0.04
0.23 0.10
0.32 0.12
0.28 0.16
0.59 0.17
0.24 0.23
0.79 0.24
0.31
Agroindustri Makanan
Ind mak sektor peternakan 0.02
0.18 0.06
0.22 0.07
0.20 0.11
0.48 0.12
0.18 0.16
0.74 0.18
0.28 Ind mak sektor tan pangan
0.03 0.18
0.06 0.22
0.08 0.21
0.12 0.50
0.13 0.19
0.18 0.77
0.20 0.29
Ind mak sektor perikanan 0.03
0.18 0.07
0.23 0.09
0.21 0.14
0.50 0.15
0.19 0.20
0.75 0.22
0.29 Ind mak sektor perkebunan
0.02 0.17
0.05 0.21
0.07 0.20
0.11 0.47
0.12 0.18
0.16 0.71
0.17 0.27
Industri minuman 0.03
0.18 0.07
0.22 0.09
0.20 0.14
0.52 0.16
0.19 0.21
0.82 0.23
0.31 Industri rokok
0.02 0.18
0.06 0.20
0.07 0.19
0.12 0.56
0.12 0.19
0.17 0.94
0.18 0.35
Agroindustri Non Makanan
Industri Kapuk 0.01
0.16 0.03
0.17 0.04
0.17 0.07
0.48 0.07
0.17 0.10
0.84 0.11
0.31 Industri kulit samakan dan olahan
0.01 0.16
0.03 0.18
0.03 0.18
0.05 0.49
0.05 0.17
0.08 0.86
0.08 0.32
Industri kayu lapis, bambu rotan 0.02
0.18 0.04
0.19 0.05
0.19 0.08
0.53 0.08
0.19 0.12
0.94 0.1 3
0.35 Industri bubur kertas
0.01 0.16
0.03 0.18
0.04 0.18
0.06 0.49
0.06 0.17
0.09 0.86
0.09 0.32
Industri karet remah ,karet asap 0.01
0.18 0.02
0.20 0.02
0.19 0.04
0.57 0.04
0.19 0.06
1.05 0.06
0.39
Industri ringan dan lainnya 0.01
0.17 0.01
0.19 0.02
0.19 0.03
0.52 0.03
0.18 0.05
0.92 0.05
0.34
Industri berat 0.01
0.16 0.01
0.18 0.02
0.18 0.03
0.48 0.03
0.17 0.05
0.85 0.05
0.32
Agroindustri Makanan
0.03 0.18
0.06 0.22
0.08 0.20
0.12 0.50
0.13 0.19
0.18 0.79
0.20 0.30
Agroindustri non Makanan
0.01 0.17
0.03 0.19
0.04 0.18
0.06 0.51
0.06 0.18
0.09 0.91
0.09 0.34
Sektor Primer
0.05 0.18
0.11 0.24
0.13 0.21
0.17 0.45
0.18 0.18
0.22 0.62
0.23 0.24
Sektor Lain
0.03 0.20
0.07 0.20
0.08 0.23
0.14 0.41
0.14 0.14
0.23 0.80
0.23 0.30
Catatan: pengganda pendapatan untuk sektor lain secara rinci disajikan pada Lampiran 6
.
NP Rendah Desa = Non Pertanian golongan rendah di desa; NP Atas Desa = Non Pertanian golongan atas di desa; NP Rendah Kota = Non Pertanian golongan rendah di kota; NP Atas Kota = Non Pertanian golongan atas di kota.
1 4
1
Artinya bagi buruh tani dan petani pengembangan sektor pertanian primer yang akan menghasilkan pendapatan bagi buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan
pengembangan sektor lain. Jika diperhatikan lebih lanjut, bagi rumah tangga buruh tani, petani kecil dan petani
luas, stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri makanan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi mereka lebih besar dibandingkan jika pengembangan
dilakukan ke agroindustri non makanan. Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non pertanian stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri non makanan akan
menghasilkan peningkatan pendapatan lebih besar meskipun perbedaaannya tidak terlampau besar. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri makanan lebih banyak
berorientasi di sektor pertanian dan perdesaan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar kepada petani dan buruh tani, sementara agroindustri non makanan lebih banyak
berorientasi di sektor non pertanian dan di kota sehingga manfaat yang dihasilkan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga non pertanian.
Dilihat perkembangan dua titik waktu, peran sektor agroindustri terhadap pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan. Nilai pengganda pendapatan rumah
tangga untuk agroindustri non makanan meningkat sangat nyata antar dua titik waktu tersebut. Hal ini disebabkan pada masa krisis peran agroindustri non makanan sangat
menurun sehingga pada kondisi ekonomi normal dewasa ini peran agroindustri terlihat meningkat sangat nyata relatif terhadap kondisi masa krisis ekonomi.
Hasil analisis juga menunjukkan jika diberikan stimulus ekonomi di sektor agroindustri, terutama agroindustri non makanan, maka pendapatan terbesar diterima oleh
rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di kota dan di desa, misalnya para pedagang, buruh angkut serta rumah tangga pekerja jasa golongan rendah lain. Sebaliknya
rumah tangga buruh tani dan petani adalah golongan yang memperoleh pengganda pendapatan terkecil. Hal ini berimplikasi bahwa pengembangan sektor agroindustri lebih
banyak melibatkan sektor non pertanian khususnya sektor jasa dengan pelaku rumah
tangga non pertanian golongan rendah yang terlibat dalam proses industri. Sedangkan buruh tani maupun petani yang berperan dalam penyediaan bahan baku tidak banyak
terlibat. Kondisi ini bisa terjadi dengan adanya pengembangan agroindustri yang bersifat vertikal atau penggunaan bahan baku sebagian besar dari impor. Alasan perusahaan
melakukan pengembangan vertikal adalah terkait dengan jaminan kualitas dan kontinyuitas pasokan yang tidak terpenuhi pleh usahatani petani sekitar. Dengan demikian manfaat
pengembangan agroindustri tidak mengalir ke rumah tangga petani dan buruh tani. Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa strategi ADLI di Indonesia belum
terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Strategi ADLI yang bertujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani, terutama buruh tani dan petani kecil, belum mencapai
sasaran. Manfaat pengembangan sektor pertanian primer dan agroindustri belum sampai secara maksimal ke rumah tangga pertanian. Buruh tani menerima manfaat paling kecil
dibandingkan kelompok rumah tangga lain, bahkan rumah tangga golongan atas di kota menerima pendapatan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga buruh tani.
Kajian yang dilakukan oleh Bautista et al. 1999 dengan menggunakan SAM Indonesia 1995 menghasilkan kesimpulan yang sama. Pengembangan sektor pertanian
menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga petani yang lebih rendah dibandingkan dengan golongan rumah tangga lain. Namun strategi ADLI yang diterapkan di beberapa
negara Vietnam, Mozambique, Srilanka, Kenya, China, India disamping berhasil meningkatkan output dan pendapatan, juga mampu menghasilkan pendapatan bagi rumah
tangga pertanian yang lebih besar dibanding golongan rumah tangga lain Bautista, 1999; Jensen dan Trap, 2004, Adelman et al., 1989.
Kurang berhasilnya strategi ADLI di Indonesia dalam menghasilkan pendapatan rumah tangga petani dan buruh tani yang lebih baik juga dapat disebabkan oleh
keterbatasan rumah tangga buruh tani dan petani itu sendiri dalam mengambil manfaat
pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Modal yang terbatas, informasi pasar yang terbatas, ketrampilan dan pendidikan sumberdaya manusia yang terbatas menjadi
salah satu sebab rumah tangga petani dan buruh tani sebagai kelompok yang tertinggal dalam mengambil manfaat kemajuan teknologi dan pengembangan sektor pertanian dan
agroindustri. Hal ini berimplikasi bahwa pembangunan agroindustri tidak bisa dilakukan sepihak
melalui pengembangan dari sisi industrinya saja melainkan harus dilakukan simultan melalui pembangunan sektor pertanian primer, baik pembangunan fisik, pembangunan
sumberdaya manusia, maupun kelembagaan sehingga sektor pertanian primer dapat menjamin tuntutan kualitas dan kontinuitas pasokan yang dibutuhkan bagi pengembangan
sektor agroindustri dan manfaat pengembangan sektor agroindustri dapat mengalir lebih banyak ke rumah tangga buruh tani dan petani. Pembangunan agroindustri tidak akan
menghasilkan dampak optimal tanpa didukung oleh sektor pertanian yang berkualitas.
5.4. Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri